Lisa menghela napas pelan sembari menatap pada buku paket biologinya dengan wajah tanpa ekspresi, namun kalau dilihat-lihat, perempuan berponi itu terlihat lesu dan tidak semangat.
Sudah dua minggu berlalu sejak ia menghindari Jungkook dengan meminta bantuan Rose untuk menghindar agar tidak bertemu dan berpapasan dengan Jungkook.
Sampai saat ini rencana Lisa berhasil, selama dua minggu itu Lisa sama sekali tidak bertemu dengan Jungkook dan hari kamis ia lewati seperti hari-hari biasa pada umumnya.
Fakta tersebut membuatnya semakin yakin bahwa di kehidupannya yang sekarang ini, Jungkook memang menjadi pemicu dari hal-hal buruk yang terjadi di hari kamis.
Walaupun selama ini Lisa tidak pernah bertemu dengan Jungkook di hari selain hari kamis, namun mengingat bahwa Jungkook merupakan pemicunya, maka ia memilih untuk benar-benar tidak bertemu dengan Jungkook.
Namun kesannya ia seperti tengah melarikan diri, sebab dengan ia menghindar dari Jungkook itu membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kelas, berangkat sekolah lebih awal, pulang sekolah lebih awal atau menyengaja menunggu sampai sekolah sepi karena sudah beralih kegiatan dari pembelajaran ke kegiatan ekstrakurikuler.
Ia pun terkadang membawa bekal makan siang yang dibuat sendiri, kalau memang merasa tidak sempat maka ia akan meminta Rose untuk membelikannya makan siang.
Terdengar lebih merepotkan tetapi memang berpengaruh terhadap hari kamisnya. Walaupun memang hidup seperti itu bukanlah kehidupan normalnya, namun yang Lisa bisa lakukan hanyalah itu.
Lisa pun sebenarnya merasa lelah karena harus bertingkah seolah-olah ia menjadi buronan nasional, ia berpikir bahwa ia harus melakukan pelarian seperti ini sampai ia lulus, dan itu pasti sangat melelahkan.
Ia menjatuhkan kepalanya ke atas buku paket biologi yang terbuka, suasana perpustakaan yang begitu sepi dan damai membuatnya merasa sedikit mengantuk lantaran ia tidur terlalu larut dan bangun terlalu pagi dari biasanya.
"Lo mau tidur?" Tanya Rose yang duduk tepat di hadapannya.
Lisa hanya bergumam pelan dan tidak menjawab dengan pasti pada Rose, ia ingin memejamkan matanya beberapa belas menit agar merasa lebih segar.
"Bagian gue bentar lagi beres, lo salin dulu baru tidur. Masih ada waktu sejam, makanya nanti lo salin tulisan gue cepet." ujar Rose, mereka berdua membagi soal untuk dikerjakan berdua dan Lisa sudah lebih dulu selesai dibanding Rose, maka dari itu perempuan berponi ini merasa kantuknya datang.
Lisa mengangkat kepalanya dengan malas untuk melihat Rose yang masih sibuk membolak-balikkan buku paket yang ada di hadapan perempuan berpipi chubby itu,
"Jangan lama-lama, ngantuk gue masih ada jadi kalo lo kelamaan bisa-bisa ngantuk gue ilang atau gak udah ketiduran duluan." ujar Lisa sembari berdiri dan pergi ke arah rak buku bagian novel.
Matanya membaca judul-judul buku yang beragam, mulai dari penulis lokal sampai dengan novel-novel terjemahan dari penulis-penulis internasional.
Langkahnya berhenti melihat sekumpulan buku Tere Liye dari seri pertama hingga seri terbaru yang ada, ia tidak menyangka ternyata perpustakaan sekolahnya benar-benar lengkap.
Lisa belum pernah sama sekali membaca novel fiksi yang ditulis oleh Tere Liye, tetapi Rose lah yang menjadi penggemar setia dari tiga tokoh utama di seri panjang dengan penggemar yang sangat banyak itu.
Yang Lisa tahu hanyalah tiga tokoh utama pertualangan itu beranggotakan dua perempuan dan satu laki-laki. Sebatas itu, walaupun Rose sering kali menceritakannya dengan menggebu-gebu, padahal ia tidak mengerti apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Key Suspect! [Local AU] | END ✓
Fanfiction- Jinx [noun]: orang yang membawa sial. Apakah kalian percaya terhadap nasib sial? Bagaimana jika kesialan yang kalian alami merupakan siklus yang kontinyu? Terlebih lagi, seolah bukan kebetulan jika kesialan yang kalian alami bertepatan setelah ka...