A Game (part 3)

2.2K 103 0
                                    

Dion pov's

Aku berjalan di koridor sekolah menuju hall, perasaanku masih campur aduk oleh perkataan cewek-cewek tadi, ditambah lagi satu bogem mentah yang di layangkan ade ke wajahku.

"Dion!" panggil seseorang, "ada apa kak?" tanyaku ternyata itu kak farel, "ngobrol yuk!" ajaknya, ada yang aneh tumben banget ni kak farel ngajak ngobrol.

Akupun mengikutinya duduk di hall yang sudah sepi maklum karena semuanya sudah pulang,"apa kau menyukai cewek aneh tadi?" tanyanya. "Kenapa pertanyaan kak farel kayak gitu?" tanyaku sambil mengernyitkan dahi.

"Apa yang akan kau lakukan jika, aku merebutnya darimu?" tanyanya makin ngawur. "Coba saja kalau bisa" jawabku datar, entah kenapa kata-kata ini yang keluar dari mulutku.

"Mau taruhan? Aku yakin aku yang pertama akan mendapatkannya, karena sepertinya ia menyukaiku" kata kak farel dengan percaya dirinya meremehkanku.

"Silahkan saja, apa kak farel sedang menantangku?" tanyaku dengan nada dingin. "Ya kau boleh menganggapku menantangmu? dengan syarat tidak boleh menjatuhkan lawan" tawarnya.

"Deal!" kataku lalu berlalu pergi meninggalkannya dengan senyum sinis di bibirnya.

'Apa ini aku menerimanya?'
'Bodoh sekali aku kenapa menerima tatangan itu dengan mudah?'
'Ade kali ini tidak akan memukulku, tapi ia akan MEMBUNUHKU!'

Aku terbangun dari tidurku, kupandangi jam dindingku menunjukkan pukul 05:32, ah~ aku ketinggalan shalat subuh.

Aku beranjak dari kasurku, dan memasuki kamar mandi dikamarku, kemudian aku membasuh wajahku, "kenapa aku memimpikan itu? Aku harap hari ini tidak terjadi hal buruk" ujarku lalu berwudhu dan keluar untuk shalat subuh.

Skip

Saat ini aku sudah rapi untuk kesekolah, aku hanya bengong dan memakan rotiku secara perlahan dan terang saja papa dan mama bertanya padaku.

"Kamu kenapa dion?" tanya mama. "A.. Engga kok ma?" jawabku karena mama membuyarkan lamunanku. "Daritadi kok rotinya nda dihabiskan?" tanya papa. "Nda enak ya?" tanya mama lagi.

"Enak kok ma, pa! Udah ya dion mau berangkat dulu tuh sudah jam 7 lewat" ujarku sambil pamitan kepada orangtuaku. Meninggalkan pertanyaan di pikiran mereka masing-masing.

Disekolah

"Dion!" panggil randy, "eh iya ran?" balasku. "Bengong mulu, yuk kekelas." balas randy, "ini juga mau kekelas ?" ujarku sambil berjalan terus. "Loh gak naik tangga?" tanya randy bingung.

"Di ujung sana juga ada tangga kan?" balasku, "kau ngehindarin ade ya?" tebak randy, dan itu benar. "Hn" balasku singkat. "Ade sudah tau semuanya, semalam ia betengkar sama fila gara-gara masalah itu" jelas randy.

"Sorry ran, aku gak bermaksud bawa-bawa pacarmu, inikan urusan aku, ade , sama kak farel tapi malah dia yang kena sialnya." kataku lirih.

"Pacar ya? Kupikir, kapan ya aku bisa nembak dia?" tanya randy yang sukses membuatku menatapnya bingung, "belum jadian?" tanyaku heran. "Haha belum, aku mau nunggu kau nembak ade duluan, tapi udah keburu diambil kak farel?" jawabnya.

"Mending buruan, entar diambil yang lain" kataku, "eits, sorry bro! Gue pasti bakal jagain tu inceran gue" kata randy sok gaul, "udah ah, pagi-pagi kau sudah ngebuat aku badmood" ujarku.

"Santai dion, kau sih pake bilang bakal diambil yang lain?" tanyanya balik. "Gimana engga? Ferry sudah nembak cici, terus ryan sudah nembak tiya, lalu fauzan juga lagi PDKT sama dinda, nah kau?" balasku.

"Aku nungguin kau dion, aku juga sudah bilang sama fila kok? Dan dia juga setuju." kata randy sambil merangkul pundakku. "Gantung nih ceritanya?" balasku. "Enak aja, enggalah masih berjalan kali" kata randy.

Aku hanya tertawa, ya hanya dia sahabat yang bisa membuatku tertawa saat ini. Dan tadi dia bilang ade sudah tau? Apa ya reaksinya? Ahh~ aku semakin takut berhadapan dengannya, mungkin lebih baik aku menghindar dulu darinya.

Ade pov's

'Dimana dia sekarang? Apa dia tidak turun sekolah?' batinku, hari ini aku sengaja turun awal, aku ingin bertanya langsung dengan dion, dan aku ingin meminta maaf padanya.

Keadaanku sekarang semakin buruk, bagaimana tidak? Mataku bengkak gara-gara nangis semalam, dan disekitarnya terdapat lingkaran hitam akibat kurang tidur.

"De ayo masuk, sebentar lagi bel" ajak dinda. "5 menit lagi dinda, duluan saja" ujarku lirih, aku sekarang tidak teguran dengan fila karena insiden semalam.

Dan ini semua gara-gara kak farel, masa bodoh dengan dia sekarang, aku hanya ingin meminta kepastian dari dion.

Beberapa menit kemudian, bel berbunyi dan tampak dari jauh sudah ada guru killer yang akan masuk kekelasku. Saat aku berbalik dan menatap kelas dion, tampak dion yang baru datang di ujung tangga dekat kelasnya.

'Apa dia tidak mau bertemu denganku?' batinku sedih.
Akupun masuk kekelas.

Skip

Saat istirahat dion juga tidak ikut dengan kami, bahkan saat adegan aku menampar kak farel tadi, padahal aku berharap ada dion tadi.

Aku benar-benar merasa bersalah karena sudah melupakan sarannya, dan juga perasaanku bercampur marah karena dion sudah menerima ajang taruhan dari kak farel?

"Bagaimanapun dia hanya ingin menyelamatkanmu de!"
"Tapi tidak begini caranya?"
"Dia menyukaimu!"
"Tidak! Dia tidak pernah mengatakannya?"
"Apa harus dengan kata-kata? Lalu perlakuannya selama ini apa?"

Aku terdiam? Inner milikku membuatku tertohok, akupun melanjutkan perjalananku ke pos satpam menunggu jemputan.

'Kalau memang dia menyukaiku, pasti aku akan bertemu dengannya nanti' batinku asal.

"Mau ikut kah de?" Tawar dinda yang tiba-tiba lewar didepanku.
"Thanks dinda, aku di jemput," balasku. "Yaudah bye~" balas dinda yang langsung menancap gasnya.

"Kau gak papa de?" tanya cici yang sudah entah darikapan di sampingku? "Kau ni ci? Ngagetin aja?" balasku sambil memegang dadaku. "Hehe, jadi gimana?" tanyanya.

"Gak papa kok? Biasa aja?" balasku santai. Memang benar, tidak ada perasaan sakit ataupun ingin menangis karena kak farel?

Beda dengan dion waktu itu? Entah kenapa aku tiba-tiba menangis? Aku pikir aku cengeng ? Tapi dion benar-benar berbeda, dia orang yang bisa membuatku menjadi lemah.

"Yaudah, aku duluan ya? Sudah dijemput tuh" kata cici lalu berlalu dari tempatku. "Oke bye~ hati-hati," kataku. Ia hanya menganggukkan kepala dan melambaikan tangan.

Jadi sendiri lagi deh?

Sudah setengah jam aku menunggu di pos, suasana sekolah juga sudah tampak sepi? Oke intinya aku sendirian.

Akupun memutuskan untuk berjalan keluar, siapa tau diluar masih ada yang menunggu jemputan? Lumayanlah ada teman menuggu.

Tiba-tiba terdengar suara motor dari belakang.
"Hah, rupanya masih ada orang, aku pikir hanya sendiri" kataku senang, saat aku berbalik ?

Dion?
Apa maksudnya ini?
Apa kata-kataku menjadi nyata?

_____*F*_____

Hai hai hai ?
Garing ya? Gomenne, author lagi blank wkwkwk, habis author juga lagi galau jadi gak bisa ngebuat sambil bawa perasaan :" *jiaaah*
Oke tetap voments ya guys! Author tunggu loh?
Tunggu chapter selanjutnya yaaaa
See you~

AIN-1

it's you ❤ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang