"Semua cerita yang ada di sini. Nama tokoh, tempat kejadian, alur, dan konflik cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan."
*
*
*
*
*
Happy Reading
*
*
*Gulungan ombak terlihat sangat indah, dengan pantulan senja yang berwarna jingga terlihat sangat memanjakan mata siapa saja yang melihatnya. Hembusan deru angin yang kencang, membuat rambut hitam Asa terkibas tak beraturan.
Asa melihat disekelilingnya terdapat keluarga kecil yang tengah berpiknik di tepi pantai, hanya beralaskan sebuah tikar persegi yang sudah mampu membuat mereka terasa nyaman duduk di sana.
Terlihat mereka sedang asyik bercengkrama satu sama lain, membuat Asa yang melihat itu merasakan iri hati. Selama ini Asa tak pernah merasakan apa yang ia lihat saat ini.
Asa merasa bahwa kebahagiaan seperti itu mungkin hanya terjadi di drama. Sebuah perkataan yang sangat menyakitkan tiba-tiba saja terlintas dipikirannya.
Rasa sakit yang selama ini Asa rasakan selama bertahun-tahun, tak pernah berubah menjadi kebahagiaan. Hanya sebuah harapan-harapan yang ia tulis didaftar buku impian, yang membuatnya bertahan sampai sejauh ini.
"Pokonya, Mama gak mau tahu. Kamu besok harus jaga rumah, tak perlu ikut dalam acara pertunangan Rara---sepupu Asa."
"Tapi kenapa, Ma? Asa juga kan anak Mama. Asa takut kalau di rumah sendirian," Perlahan butiran bening mengalir begitu saja di pipi Asa.
"Udah deh gak usah manja! Kan ada bi Irah." Nindy langsung saja pergi meninggalkan Asa tanpa memperdulikan perasaan anaknya.
Ting!
Suara notifikasi ponselnya menyadarkannya dari lamunan. Asa pun langsung bergegas membuka ponselnya itu.
Terlihat jelas di sana Asna---kakaknya mengirim pesan, agar Asa segera pulang ke rumah. Jangan sampai Nindy marah dan hal itu akan menambah runyam keadaannya.
Setelah membaca pesan itu, Asa langsung bergegas pulang. Seberusaha mungkin ia tak melihatkan kesedihannya.
Ia berjalan sedikit gontai, karena rasa sakit di dada masih sangat terasa. Hal ini bukan yang pertama kalinya bagi Asa, namun tetap saja ia belum betul-betul terbiasa menahan sakit hati seperti ini.
Anak mana yang tak sedih, jika seorang Ibu mengatakan kata-kata seperti yang sangat menyakitkan seperti itu. Semua anak pastinya ingin diperlakukan sama dengan kedua orang tuanya dengan kasih sayang yang tulus dari hati.Sesampainya di rumah, Asa membuka pintu secara perlahan. Ia lihat tak ada seorang pun di sana. Sepertinya mereka sudah pergi ke Bandung untuk menghadiri acara pertunangan besok.
Asa sama sekali masih tak menyangka jika Mamanya benar-benar tega meninggalkannya sendiri di rumah, sedangkan mereka tengah berbahagia di sana.
"Non Asa," Sapa dari Bi Irah---Asisten rumah tangganya.
"Bi, Papa, Mama sama Asna sudah pergi ya?"
"Iya, Non. Baru saja mereka pergi. Oh ya Non, Bibi sudah siapkan makan malam di meja. Jangan telat makan, nanti Non sakit," ujar Bi Irah. Setelah itu ia bergegas pergi untuk melakukan pekerjaan lainnya.
Setelah makan malam, Asa langsung beranjak pergi menuju kamarnya. Ia teringat bahwa besok ia akan bersekolah di sekolah barunya. Ia tak boleh sampai telat.
***
Sebelum tidur Asa selalu melakukan rutinitasnya, yaitu menulis di buku diary kesayangan dengan di temani bulan sebagai teman setianya. Kata demi kata ia tuliskan disetiap bait buku itu.
Dear diary
Malam ini adalah malam pertamaku di rumah sendiri, tanpa adanya orang tua ataupun saudara. Dan besok juga adalah hari pertamaku sekolah di SMA Wirabrata.
Aku terpaksa pindah sekolah karena keinginan Papa. Aku tak tahu apa alasannya, yang jelas pasti papa tak mau jika aku satu sekolahan dengan Asna.
Ya Allah, Asa tak tahu mengapa Asa selalu dibedakan dengan Asna. Padahal Asa sudah berusaha keras untuk melakukan yang terbaik untuk mereka berdua.
Selesai.
Setelah menuliskan curahan isi hatinya. Asa langsung menguncinya dengan gembok, lalu menyimpanya di laci meja belajarnya.
Ia menatap lekat sang bulan yang bersinar terang di malam hari. Asa berharap, hidupnya akan seindah itu kelak di masa depan.
"Semangat Asa, kamu pasti bisa mewujudkan harapan kebahagiaanmu,"ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*GIMANA CERITANYA, KALIAN SUKA GAK?
TOLONG BERI KRITIK DAN SARAN YA!
DAN DISAMPAIKAN DENGAN KATA-KATA YANG BAIK.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selustrum (On Going)
Teen FictionSEBELUM BACA, DIHARAPKAN UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU. JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMENTAR. Kita adalah sepasang luka yang mengharapkan sebuah kebahagiaan, di atas luka yang takkan pernah tersembuhkan. Bagaimana perasaan kalian jika selalu dibeda...