Hari ini Asna tidak membawa mobil sendiri, tetapi ia diantar oleh Asa. Ide ini didapat oleh Nindy agar Asna tidak kecapean. Asa maupun Asna sama sekali tak keberatan akan hal ini, Karena baginya pilihan orang tua selalu yang terbaik.
"Gue masuk dulu ya Sa, nanti lo nunggu gue di depan gerbang aja!" pinta Asna, Asa pun menurutinya.
"Oke. Ya udah gue cabut dulu ya, takut telat nih," ujarnya sembari terkekeh.
"Iya, iya udah sana!"
Asa pun langsung bergegas pergi dari sana. Tak lama dari itu, bel masuk SMA Bima Sakti berdering, menandakan kegiatan belajar mengajar akan dimulai.
"Asna... Ya ampun temen gue cantik banget. Tapi kok muka lo agak pucat sih Na?" tanya Nera dengan sedikit khawatir melihat sahabatnya itu.Asna memegang wajahnya. "Masa iya sih? Alahhh paling juga cuma perasaan kamu aja."
"Tapi beneran puc-"
Asna langsung memotong perkataan Nera, "udah ayok masuk kelas! Bel udah bunyi." Asa langsung menyeret Nera untuk mengikutinya.
***
Suasana kelas sunyi sepi, mata pelajaran hari ini adalah pelajaran Kimia. Kimia adalah mata pelajaran kesukaan Asna, tetapi hal ini bertolak belakang dengan Nera. Nera sangat tidak suka dengan pelajaran ini.
"Asna...," Panggil Nera dengan suara lirih.
"Apa? Jangan ganggu gue, gue lagi fokus nih."Nera menghela nafas. "Lo ngerti gak? Gue enggak ngerti sama sekali, please bantu gue nanti kalau ada tugas."
Asa yang mendengar keluhan Nera hanya bisa menggelengkan kepala serta mengelus dada. "Makanya belajar Nera... Masa soal segampang ini lo gak bisa?"
Nera langsung melotot kaget mendengar kata 'gampang' dari mulut Asna. "Apa lo bilang Na, gampang? Bu Susi baru jelasin separuhnya aja gue udah pusing."
"Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu?"
Nera langsung menggelengkan kepala. "Gak... Gak apa-apa, maafkan aku Asna karena lo harus berteman sama teman otak lemot kayak gue."
"Nera! Kamu memperhatikan apa yang Ibu jelaskan tidak?" tanya Bu Susi secara tiba-tiba.
Nera yang merasa namanya dipanggil langsung terbelalak kaget. "Sa-saya mem-memperhatikan kok Bu!"
"Bagus kalau begitu, oh ya Ibu informasikan kepada kalian semua minggu depan kita ulangan harian kimia. Ibu harap kalian mempersiapkan diri kalian sebaik mungkin."
"Baik, Bu...," jawab para murid serempak.
***
Ketika bel pulang telah berdering, Asa langsung bergegas menuju parkiran. Ia tak boleh sampai telat untuk menjemput Asna. Bisa-bisa ia akan kena omelan lagi oleh Nindy.
"Asa, santai aja kali jalannya. Gue perhatiin lo ngebut amat jalannya?" tanya Satya yang kini berada di belakang Asa.
"Gue harus buru-buru ke SMA Bima Sakti untuk jemput Asna. Lo tau sendiri, kan gimana mama gue kalau dia tau gue telat jemput anak kesayangannya," jelas Asa.
"Tapi lo juga harus hati-hati Sa, jangan ngebut-ngebut! Ini perintah!" Kata Satya. Dibalas anggukan oleh Asa.
Asa langsung memasuki mobilnya, lalu menuju ke tempat sekolah Asna. Ketika di jalan ia melihat sosok lelaki yang sangat familiar baginya. Terlihat sosok lelaki berbadan tegap, berkulit putih, serta rambut yang sedikit berantakan.
Asa semakin dibuat penasaran dengan sosok lelaki itu. Ia pun memajukan mobilnya agar dapat melihat lebih dekat sosok lelaki itu. Dan yang benar saja, ia langsung dikejutkan dengan satu fakta bahwa.
"Itu gak mungkin dia? Kapan dia kembali?" Asa memutup mulutnya tak percaya, ketika mengetahui keberadaan lelaki yang telah lama tak ia temui, namun kini tepat ada di hadapannya.
Lelaki itu pun menoleh, tatapan matanya terlihat sendu. Ia sama sekali tak percaya, dengan apa yang ia lihat. "Asa..., " panggilnya lirih.
*
*
*WAHHH.... SIAPAKAH YANG DATANG!
BAGAIMANA KELANJUTAN CERITANYA NIH?
KIRA-KIRA SI COWOK YANG UDAH MEMENDAM RASA SELAMA 5 TAHUN ITU, ADA GAK YA KESEMPATAN BUAT DAPATKAN HATI SEORANG ASA?
JANGAN LUPA BERI VOTE SERTA KOMENTAR YA!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Selustrum (On Going)
Fiksi RemajaSEBELUM BACA, DIHARAPKAN UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU. JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMENTAR. Kita adalah sepasang luka yang mengharapkan sebuah kebahagiaan, di atas luka yang takkan pernah tersembuhkan. Bagaimana perasaan kalian jika selalu dibeda...