Semua murid di dalam kelas masih tak percaya dengan insiden yang terjadi beberapa menit yang lalu. Keberanian Asa membuat mereka semua memujinya.
"Wahh berani banget lo Asa, gue aja yang cowok gak berani lawan si Rafli," kata Akmal sembari bertepuk tangan.
"Yahhh kalau lo mah, jangankan ngelawan Rafli. Lo aja gak berani ngelawan si Ratih," ejek Niko yang membuat seluruh murid tertawa terbahak-bahak.
Asa menoleh kearah Rafa, terpasang raut wajah tidak menyenangkan di wajahnya. Asa mencoba untuk mendekatinya, tetapi buru-buru Rafa meninggalkan Asa keluar dari kelas.
Ingin Asa mengejar Rafa, untuk menanyakan apakah dia baik-baik saja. Namun, ada tangan yang meraih lengan Asa.
"Hai, Asa. Kita ke kantin yuk," ajak perempuan itu dengan ramah. Asa pun tak menolak ajakan itu.
Mereka berdua jalan ke arah kantin. Lalu, mereka duduk dan milihat makanan yang telah tersedia di daftar menu.
"Oh ya, kita belum kenanlan. Nama gue Dira Anastasya, lo bisa panggil dengan nama Dira, Anas, atau Tasya," ucapnya sambil mengukurkan tangannya. Asa pun meraih tangan itu.
"Namanya banyak banget, jadi bingung gue mau panggil apa."
"Hahaha.... Ya begitulah. By the way lo pindahan dari mana? Dan apa alasan lo pindah?"
"Hmm.... Gue pindahan dari SMA Bina Sakti, alasan gue pindah itu karena permintaan dari Papa," jelas Asa dengan suara sedikit tercekat. Tiba-tiba saja hatinya terasa sakit ketika mengingat kejadian kemarin.
Seolah mengetahui apa yang ada di pikiran Asa, Dira langsung mengalihkan pembicaraan dengan memilih makanan yang akan mereka pesan.
"Gue pesen nasi goreng bakso dan jus mangga aja, kalau lo mau pesan apa?" tanya Dira.
"Samain aja sama pesenan lo."
Akhirnya mereka memesan makanan itu, lalu memakannya dengan seksama. Sesekali mereka juga bercengkrama, terlihat mereka berdua sangat akrab seperti dua perempuan yang sudah lama bersahabat. Mungkin ini yang dinamakan dengan sefrekuensi.
Setelah membayar, Asa dan Dira langsung menuju kelas. Karena sebentar lagi jam istirahat akan segera berakhir.
***
Mata pelajaran siang hari ini adalah pelajaran Bahasa Inggris. Semua murid tampak sangat bersemangat untuk memulai pelajaran ini.
Asa merasa heran dengan sikap teman-temannya itu. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada Dira. Kebetulan Dira duduk tepat di belakangnya.
Asa memutar badannya menghadap ke Dira lalu bertanya, "kira-kira ada apa sih, Dir. Kok keliatannya semua orang pada semangat gitu sama pelajaran ini, beda sama matematika tadi?"
"Hari ini, Miss Zella akan menyeleksi siapa yang akan dikirim mewakili SMA kita untuk mengikuti perlombaan story telling di tingkat nasional. Oleh karena itu, mereka semua pada semangat banget. Dan sangat berharap merekalah yang akan dipilih dan dikirim untuk mewakili sekolah kita," jelas Dira, membuat Asa paham dengan sikap teman-temannya.
Tentu saja Asa sangat tertarik dengan hal ini. Asa cukup pintar jika mengenai Bahasa Inggris, karena sejak masih duduk di bangku SMP dulu Asa sudah sering mengikuti berbagai macam perlombaan yang mengenai bahasa asing. Sampai-sampai kini ia menguasai 3 bahasa, yaitu; Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa korea.
Miss Zella masuk dan menyapa para muridnya, "Assalamu'alaikum, Hi students, how are you? Are you ready to start today's lesson?"
"Waalaikumsalam, Hi miss, I'm fine. Yes I do," jawab para murid serempak.
"Baiklah anak-anak, hari ini Miss akan mulai menyelesksi siapa yang akan dikirim untuk lomba story telling. Dilihat dari daftar murid yang mendaftarkan diri, di kelas IPA 1 ada dua orang. Yaitu; Mala dan Yuta. Diantara kalian berdua akan Miss seleksi. Baiklah untuk Mala dan Yuta silahkan kalian praktekkan di depan kelas!"
Mala dan Yuta maju kedepan sesuai arahan yang diberikan oleh Miss Zella. Kali ini Mala yang akan menampilkan dirinya terlebih dahulu.
Miss Zella sangat teliti mengoreksi kata demi kata yang di ucapkan oleh Mala. Dan juga melihat mimik wajahnya apakah sudah benar-benar bisa menguasai apa yang ada dicerita itu. Setelah Mala selesai menampilkan dirinya, kini giliran Yuta.
Yuta terlihat sangat gugup dan kaku ketika menampilkan dirinya di depan kelas. Hal ini tentu saja akan mengurangi nilai yang akan diberikan oleh Miss Zella.
Yuta juga menyadari kegugupannya, ia tampak sangat kecewa karena telah merasa gagal. Padahal Yuta adalah orang yang paling semangat untuk mengikuti lomba ini.
Mau bagaimana pun keputusannya tetap harus diambil hari ini. Miss Zella memutuskan untuk memilih Mala. Dan meminta Mala untuk latihan lebih baik lagi, agar hasilnya bisa memuaskan.
Mala berbinar bahagia, tentu saja. Siapa memangnya yang tidak bahagia. Kesempatan tak datang untuk keduakalinya.***
Bel di SMA Wirabrata berbunyi, menandakan berakhirnya waktu kegiatan belajar mengajar. Asa langsung mengemasi semua buku-bukunya ke dalam tas. Saat ia keluar kelas dan berjalan menuju gerbang utama. Tiba-tiba ia teringat ada sesuatu yang tertinggal di kelas.
Buru-buru Asa bergegas kembali ke kelasnya. Untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di laci meja. Tiba-tiba Asa dibuat kaget dengan sebuah surat yang baru ia sadari terletak di dalam laci mejanya. Ia pun langsung mengambilnya.
Asa tertegun melihat surat itu, ia sangat yakin kalau tadi tidak ada kertas apa pun di lacinya. Asa menggelengkan kepalanya untuk segera menyadarkannya dari lamunan. Ia pun langsung berlari menuju tempat parkir dan menaiki mobilnya.
Di dalam mobil Asa memutar-mutar kertas itu. Ia sangat penasaran apa isi pesan itu dan siapa pengirimnya. Ia berniat akan membacanya ketika sudah sampai di rumah.
***
Sesampainya di rumah, Asa langsung berlari menuju kamarnya. Ia sudah sangat tidak sabar untuk membuka surat itu. Dengan debaran dada yang bergemuruh, Asa membuka surat itu secara perlahan.
Isi surat yang Asa dapatkan:
Hai cantik! Apa kabar? Lama ya kita gak pernah jumpa. Dan aku juga gak nyangka kalau kita bakalan satu sekolah. Jujur aku senang banget setelah tahu kalau kamu pindah sekolah ke sini.
Aku ngasih surat ini ke kamu, hanya untuk nenangin diri aku aja. Oh ya sa, ada suatu hal yang ingin aku ungkapkan ke kamu. Sebenarnya aku udah lama suka sama kamu Sa. Jauh sebelum laki-laki itu yang akhirnya memilikimu.
Sakit, Sa hati aku ketika aku tahu kamu lebih memilih laki-laki lain. Tetapi aku gak akan pernah nyerah, Sa. Sampai kapan pun aku hanya cinta sama kamu.
Terima kasih,
salam manis dari sang pengagum rahasiamu.
Degg
Tubuh Asa terdiam kaku, wajahnya terlihat pucat pasi setelah membaca surat itu. Ia berpikir siapa kira-kira laki-laki itu. Dan kenapa pula ia tak mau memberitahukan tentang siapa dirinya. Asa langsung meremas surat itu dan melemparnya ke arah jendela kamarnya.
*
*
*
*
*KIRA-KIRA SIAPA YA YANG NGIRIM SURAT ITU KE ASA?
DAN SIAPA SIHH LAKI-LAKI YANG PERNAH MENEPATI HATI SEORANG ASA?
KAMU SEDANG MEMBACA
Selustrum (On Going)
Teen FictionSEBELUM BACA, DIHARAPKAN UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU. JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMENTAR. Kita adalah sepasang luka yang mengharapkan sebuah kebahagiaan, di atas luka yang takkan pernah tersembuhkan. Bagaimana perasaan kalian jika selalu dibeda...