Bab 2 Hari pertama di SMA Wirabrata

104 42 126
                                    

Hari ini adalah hari pertama Asa sekolah di SMA Wirabrata, Jakarta Pusat. Seluruh murid-murid berbondong-bondong memasuki kelasnya dan duduk di bangku masing-masing. Murid kelas Xll IPA 1 mereka menunggu kedatangan Bu Rena, guru matematika yang akan memulai pelajaran pertama pada pagi ini.

"Assalamu'alaikum, selamat pagi anak-anak!" sapa Bu Rena di depan kelas.

"Waalaikumsalam, pagi Bu," balas salam mereka serempak.

"Baiklah hari ini, Bu Rena membawakan kalian teman baru. Ibu harap, kalian bisa berteman baik ya!"

Kelas itu tampak sangat gaduh ketika mendengar bahwa ada anak baru di kelas mereka.

"Ehh Kira-kira siapa ya?"

"Cantik atau jelek!"

"Hati-hati aja, kalau dia cantik pasti bakal di gebetin sama si Niko---cowok paling narsis di kelas Xll IPA 1."

"Cukup! Sudah, jangan ribut-ribut! Asa, silahkan masuk dan perkenalkan dirimu kepada teman-teman," ucap Bu Rena menyuruh Asa untuk masuk yang sedari tadi menunggu di depan kelas.

Dengan rasa yang percaya diri, Asa pun mulai melangkahkan kakinya masuk dalam kelas. Ia berdiri dengan tegap di dapan kelas.

Seluruh murid melongo, mereka sangat terkagum-kagum dengan kecantikan yang dimiliki oleh Asa. Penampilan dengan rambut panjang terurai yang dihiasi bando berwarna biru muda membuatnya terlihat sangat elegan.

"Hai teman-teman. Perkenalkan nama saya Asa Zafirsya Farassayu, kalian bisa memanggilku Asa. Saya harap kita bisa berteman dengan baik," kata Asa sembari tersenyum kepada teman barunya itu.

"Hai Asa, salam kenal," balas sebagian murid. Tetapi lebih banyak siswa laki-laki yang menyapanya.

Tak semua murid menyukai kedatangan Asa di kelas itu. Ada satu geng cewek yang beranggotakan tiga orang, menatap sinis Asa. Namun, Asa sama sekali tak menghiraukan hal itu.

Bu Rena melihat sekitar kelas mencari bangku kosong untuk ditempati oleh Asa. Beliau pun melihat di samping Rafael terdapat bangku kosong yang kebetulan terdapat di barisan no 2.

"Asa kamu gak papa kan duduk sama laki-laki? Di samping Rafael, karena hanya itu yang tersedia bangku kosong," kata Bu Rena menanyakan ketersediaan Asa untuk duduk di sana.

Asa mengangguk menyetujuinya, "Iya, Bu tidak apa-apa. Saya akan duduk di samping Rafael. Terima kasih."

Asa melangkah menuju bangku yang ditunjuk Bu Rena. Sebelum duduk ia menyapa teman sebangkunya, terlihat Rafael yang sedikit canggung dengan sikap yang diberikan oleh Asa. Tanpa memperdulikan itu, Asa langsung duduk di sampingnya sesuai arahan dari Bu Rena.

"Coba aja lo gak duduk di bangku gue, Asa pasti duduk sama gue," gerutu Niko yang sangat menyesali memperbolehkan Akmal duduk disampingnya.

"Ya elah lo tega amat sih. Gue ogah duduk sama si gagap," ujar Akmal yang tersenyum remeh mengarah kepada Rafael.

Asa menatap wajah teman sebangkunya itu. Ia terlihat sangat penasaran dengan Rafael, karena sedari tadi Asa perhatikan ia diam saja. Apa mungkin ia tak suka dengan keberadaannya di sini.

"Hai, namaku Asa. Kita belum berkenalan secara resmi 'kan?" Kata Asa sambil mengulurkan tangan kanannya. Ia sangat ingin bisa mengenal teman sebangkunya itu.

Rafael pun menerima uluran tangan Asa, " Na-na-namaku Ra-rafael. Se-se-senang bisa ber-berkenalan denganmu," ujarnya tersenyum.

Kini Asa mulai paham mengapa daritadi Rafael hanya diam saja. Rafael memiliki kekurangan dalam bicara, mungkin ia malu. Tapi kenapa harus malu, setiap orang memiliki kekurangannya masing-masing.

Pelajaran Bu Rena hari ini berjalan dengan baik. Asa sangat suka dengan cara Bu Rena menjelaskan materi pembelajaran hari ini. Sangat mudah untuk dipahami. Selang 5 menit bel istirahat berbunyi. Bu Rena bergegas keluar kelas, seketika suasana berubah menjadi sangat gaduh.

Brakk!!

Suara gebrakan meja membuat semuanya terdiam. Kelas yang tadinya sangat ramai dan gaduh, kini seketika berubah menjadi sunyi. Tak ada satu orang pun yang berani bersuara.

Mungkin Rafael dan murid lainnya sudah biasa dengan suara gebrakan itu. Berbeda dengan Asa yang sangat kaget.
tiga orang laki-laki dan satu perempuan, tiba-tiba saja masuk tanpa izin. Siapa lagi kalau bukan Rafli ketua dari geng yang sangat dikenal di SMA Wirabrata.

"Lo siapa? Anak baru ya?" tanya Rafli dengan menatap Asa sinis, namun sama sekali tak membuatnya takut.

"Iya, gue anak baru. Ada masalah dengan itu?" jawabnya dengan lantang. Ya begitu sifat Asa, ia sama sekali tak memiliki rasa takut kepada orang yang telah menindasnya.

"Wahh, anak baru aja udah berani lo," balas Audy sambil bertepuk tangan.
"Su-sudah, jangan pada ribut-ribut!" Rafael mencoba untuk menengahi agar Asa dan geng Rafli tidak sampai bergaduh.

"Eh lo jadi cewek gak usah ikut campur. Nanti gue pukul lo nangis, gue gak ada permen!" Kata Rafli meremehkan Asa.

Asa sudah sangat geram dengan tingkah laku Rafli, refleks tangan Asa meninju wajah Rafli dan meninggalkan memar di wajah laki-laki itu. Bukan hanya itu, bahkah Asa mencengkram kerah bajunya sampai Rafli terangkat ke udara.

Sontak semua murid terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Asa. Sejauh ini tak ada satu orang pun yang berani menantang Rafli, bahkan ketua osis pun kalah terhadapnya. Di saat ia mencoba membela orang yang ditindasnya. Sepanjang sejarah di SMA Wirabrata baru kali ini ada seorang perempuan yang menghajar Rafli.

"Awass aja, tunggu pembalasan dari gue!" Cetus Rafli dan langsung meninggalkan kelas Xll IPA 1.


GIMANA UNTUK PART INI?

APA YANG MAU KALIAN SAMPAIKAN UNTUK ASA, RAFAEL, DAN RAFLI.

JANGAN LUPA KOMEN DAN VOTE YA...
GRATIS KOK!

TOLONG BANTU SUPPORT SAYA YA! 🙂










Selustrum (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang