"Hahahaha.. enak ga kena pulpen Bu Indah?" Tanya laki-laki yang di sebelahnya itu.
"Ini semua gara-gara kamu!"
"Loh, yang ribut kan kamu, makanya kalo ngomong tuh jangan keras-keras. Hahaha.."
"Terserah!" Aira pun beranjak pergi dan meninggalkan laki-laki itu di perpus. Aira merasa kesal jika terus-terusan bersamanya.
Akan tetapi ketika di tempat parkir, Aira bertemu lagi dengan laki-laki itu. Sialnya, dia menatap Aira dengan sangat intens, yang membuat Aira menjadi risih. Pelan namun pasti, dia mendekati Aira. Aira yang mengetahui itu, segera menyalakan motornya dan bergegas pergi. Namun, laki-laki itu mencegahnya.
"Awas! Aku mau lewat!" Teriak Aira.
Tak mau kalah, laki-laki itu mencabut kunci motor Aira dan pergi menuju mobilnya.
"Iihhh... Ngeselin banget sih!" Aira pun mau ga mau turun dari motornya dan berlari mengejar laki-laki itu.
"Kalau mau kunci ini, masuk!" Laki-laki itu membuka kan pintunya. Karena Aira ingin segera mendapatkan kuncinya kembali, akhirnya Aira masuk ke dalam mobil laki-laki itu. Akan tetapi, bukan kunci yang Aira di dapat. Malahan Aira di bawah pergi bersamanya.
"Mau kamu apa sih?" Solot Aira.
"Nanti juga kamu tau sendiri."
****
Satu jam perjalanan, akhirnya mobil milik laki-laki itu berhenti juga.
"Cuma mau beli bakso? Ya, elah ngapain juga jauh-jauh. Di deket sekolah juga banyak," gerutu Aira.
"Tapi ga seenak di sini. Ya, udah yuk masuk!" Ajak laki-laki itu.
Dari luar memang tempatnya biasa aja, hampir persis seperti pedagang bakso yang lain. Namun, di dalamnya keren luar biasa. Sampai Aira melongo di buatnya.
"Tempatnya keren, rapi dan nyaman. Kamu sering ke sini?" Tanya Aira, yang kemudian mendapatkan anggukan oleh laki-laki itu.
"Oya, kamu belum tau namaku kan? aku Agam." Laki-laki itu mengulurkan tangannya. Begitu pun Aira, langsung menyambut uluran dari laki-laki itu. "Kamu mau pesen bakso yang apa?"
"Emang banyak varian? Coba mana menunya?" Aira membaca menu itu satu persatu.
"Lama amat, samain kaya aku aja yah?" Agam pun pergi menghampiri penjualnya, tanpa menunggu jawaban dari Aira.
****
"Gimana? Enak engga?" Tanya Agam setelah Aira menyuapkan bakso ke dalam mulutnya.
"Parah, enak banget ini sih. Rasanya pas, bumbunya kerasa, di tambah di baksonya ada sambelnya. Tapi..."
"Tapi apaan?" Agam menampakan muka serius.
"Ini yang bayar kamu kan, Gam?"
"Hahaha... Aku kira apaan, tenang aja, Ra. Aku traktir kamu seumur hidup."
"Pretttt..."
"Aku serius."
"Tapi aku ga percaya."
"Kenapa ga percaya?"
"Ya, itu sih modus kamu aja. Kan kebanyakan laki-laki mah suka gitu," ujar Aira sambil menyuapkan baksonya.
"Oke, kalau gitu."
"Oke apaan?" Aira yang kini di buat bingung oleh Agam.
"Di habisin dulu baksonya, nanti kita ke tempat selanjutnya."
"APA!!? Uhuk, uhuk..."
"Makannya pelan-pelan dong, Ra." Agam memberikan air minum untuk Aira. Tidak hanya itu, Agam juga mengelap sesuatu yang menempel di bawah bibir Aira. "Maaf."
Begitu perhatiannya Agam kepada Aira, sehingga Aira menjadi salah tingkah. Bahkan wajah Aira pun menjadi bersemu merah. Karena untuk pertama kalinya Aira di perlakukan seperti ini oleh laki-laki lain, selain Papahnya.