"Ma, ada tamu nih," ucap Agam setelah membuka pintu rumahnya.
"Siapa?" Sahut seseorang di dalam.
"Ya, keluar dulu dong, Ma. Ga enak masa teriak-teriak gini."
Mamanya Agam pun akhirnya keluar juga, wajahnya sangat cantik meskipun sudah ada garis-garis tipis di kelopak matanya. Wanita itu pun tersenyum kepada Aira. "Jadi ini wanita yang kamu maksud itu, Gam?"
Agam tersenyum malu, lalu ia beranjak pergi meninggalkan Aira dan Mamanya di ruang tamu. Mamanya Agam akhirnya memberitahukan bahwa selama akhir-akhir ini Agam sering menceritakan Aira.
"Agam itu sering cerita tentang kamu, katanya kamu mirip banget sama Syahira. Ya, pas awal-awal Tante sempet ga percaya sih. Tapi, setelah Tante ketemu kamu langsung, ternyata yang di ceritakan Agam bener." Mamanya Agam meraih tangan Aira, "Untuk siapa pun kamu, entah Syahira atau bukan. Tolong jangan sakitin Agam lagi yah, Tante takut Agam mabuk-mabukan lagi kaya dulu."
Belum sempat Aira menjawab, Agam datang membawa minuman beserta cemilan di nampannya. Wajahnya terlihat sangat bahagia sekali.
"Di minum dulu, Ra."
"Iya, makasih. Maaf sudah merepotkan," ucap Aira.
"Enggalah, malah seneng."
"Duhh, Mama berasa jadi nyamuk di sini. Ya, udah deh Mama mau lanjutin masak dulu," goda sang Mama. Yang membuat Agam menjadi salah tingkah.
"Gam, aku langsung pamit pulang aja deh," ucap Aira setelah Mamanya Agam pergi.
"Kenapa? Mamaku ngomong yang aneh-aneh ya sama kamu, atau kamu ga betah."
"Engga, bukan gitu. Cuma kepikiran sama motorku yang masih di sekolahan aja. Nanti kalau ada yang ngambil gimana?"
"Tenang, motornya udah ada di rumah kamu kok."
"Sok tau! Pokoknya kalau ada apa-apa sama motorku, kamu harus tanggung jawab!"
****
Mamanya Agam menyuruh Aira untuk menginap malam ini. Dengan alasan sedang hujan lebat, memang benar di luar sana sedang lebat-lebatnya, bahkan ada petirnya juga. Hujan ini telah mengguyur sejak siang tadi. Karena Aira yang tak punya kendaraan untuk pulang, akhirnya mau menginap juga di rumah Agam. Meskipun Aira tau, Agam adalah seorang laki-laki yang baru saja Aira kenal. Tapi Aira yakin Agam orang yang baik, begitupun orang tuanya.
"Sebaiknya kamu mandi dulu, kamarnya ada di ujung sana. Kamu bebas memakainya sesukamu. Anggap saja kamar sendiri," ujar Mamanya Agam.
"Iya, Tante."
"Mau aku antar?" Tanya Agam kepada Aira. Mamanya langsung menjewer telinga Agam dan menariknya. Aira yang melihatnya pun tertawa lepas. Begitu harmonis sekali keluarga Agam, Aira jadi teringat Papanya semasa beliau masih hidup. Tak terasa kerlingan air mata itu jatuh dan buru-buru Aira mengusapnya.
Aira kini memasuki kamar yang sudah di sediakan oleh Mamanya Agam. Kamarnya wangi, rapi bahkan bersih. Ga seperti kamar Aira dulu, yang berantakan dan penuh pernak-pernik. Di sudut meja Aira melihat ada boneka bear yang besar, segera Aira mengambilnya dan langsung memeluk boneka itu.
"Selama ini ternyata Agam mainnya boneka, hahaha." Aira tertawa membayangkan Agam bermain boneka ini.