4. Mantan-Mantan Fanta

74 9 0
                                    

Maret, 2021

"Sejak kapan kamu peduli sampe tanya-tanya tentang Fanta?" Noah bertanya heran, meskipun matanya masih fokus melihat daftar menu di aplikasi pesan antar.

Sachi menggumam panjang. Berusaha keras menanamkan fokus matanya pada kotak-kotak Microsoft Excel yang error terus rumusnya. 

"Sejaaak ... Mumpuuung ... orangnya nggak ada?" Sachi akhirnya menyahuti, dengan nada tak penasaran yang dibuat-buat.

Selepas proyek video musik Sandarsaka selesai, Fanta hanya tinggal beberapa hari saja. Ia kembali ke Singapura dan tidak ada kabar akan kembali dalam waktu dekat. Jadi tentang ciuman dan pendaftaran jadi pacar yang pernah iseng Fanta tawarkan, sepertinya tidak ada tanda-tanda akan closingan.

Cuma ya itu ... Kadang Sachi masih suka kepikiran, meskipun nggak nafsu-nafsu amat.

"Sebelum Iko, pas SMP sama SMA dia sering pacaran, sih ... Tapi aku lupa namanya siapa aja. Cuma hitungan bulan gitu. Cinta monyet kali."

"Sama cowok juga?"

Noah menggeleng. Ia mengulurkan ponselnya kepada Sachi, memintanya memilih menu untuk makan siangnya sendiri.

"Cewek. Cowok. Anjing. Kucing." Noah menjawab dengan tampang serius. Sachi jadi tak tahu harus tertawa dengan tulus atas kelakuan aneh Fanta atau prihatin.

"Tipe pasangan Fanta itu jelas. Yang pinter, cerdas, keren. Seingetku dulu pas SMP dia sama Ketua OSIS. Terus pas SMA sama anak Paskib. Pernah juga sama anak Olimpiade Fisika, tapi nggak bertahan lama. Karena sebel, pacarannya berasa kayak lagi les."

Sachi geleng-geleng kepala mendengar daftar panjang yang diceritakan Noah. Diam-diam menyembunyikan ciut hatinya.

"Pernah juga sama Kapten Cheerleaders, tapi nggak langgeng juga. Keburu naksir golden retriever yang menang lomba ketangkasan anjing di Mall. Si bego .... Tante yang punya peliharaan sampai geer, ngiranya lagi dimodusin brondong."

Sachi selesai memilih menu. Ayam geprek level lima, tak lupa tambahan kerupuk dan mendoan. Saat itulah Iko muncul dari kamar mandi. Sambil menyerahkan ponsel Noah pada Iko untuk gantian memesan, Sachi jadi mengamat-amati Iko dari atas ke bawah.

Penampilan Iko biasa saja. Di kantor, ia hanya memakai celana pendek dan sweatshirt longgar. Kalau ke lapangan, baru Iko memakai topi hitam yang ia gambari sendiri dengan spidol tinta kain. Untuk wajah, Iko biasa saja. Tidak ganteng, tidak jelek. Kadang manis kalau senyum, lebih banyak ngeselinnya kalau diajak nbomong nggak nyambung. Jadi mungkin yang membuat Fanta awet pacaran dengannya selama tiga tahun ya karena tiga kriteria itu.

Pintar? Hmm .... Tidak juga. Tapi kalau punya kecerdasan dan sisi keren sendiri, mungkin iya. Sachi sendiri mengakui, Iko kelihatan keren ketika melakukan hal-hal yang ia senangi. Iko bisa jadi orang paling tolol sedunia untuk hal-hal sederhana. Tapi kalau urusan pekerjaan, Sachi dan Noah tak bisa tak kagum melihat keseriusan dan ide-ide cemerlangnya.

"Kayaknya baru sama Iko aja sih, bisa awet tiga tahun lamanya. Jatuh cinta beneran kayaknya."

Iko mendongak. menatap kawannya satu per satu. "Ngomongin apaan, sih? Kok aku dibawa-bawa?"

Noah menunjuk Sachi, "Itu loh ... Si Sachi tiba-tiba kepo mantan-mantannya Fanta."

Iko mengerutkan keningnya. Sebagai sahabat sejak remaja, rasanya aneh sekali mendengar Sachi yang biasanya tertarik dengan dunia klenik, malah tertarik dengan dunia romantik.

"Kesambet apa kamu, Chi?" Iko bertanya serius, seolah Sachi baru pulang dari tabrak lari dan kelihatan sakit.

"Jadi ... Waktu kamu balik habis shooting Sandarsaka, Sachi kena modus Fanta. Katanya, mau nggak daftar jadi calon pacarnya? Kepikiran ya kamu, Chi? Hahahaha."

What Do We Do After A Kiss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang