Januari, 2021
"Orang kalau habis ciuman tuh biasanya ngapain, sih?" suara Sachi mengundang lirikan sengit dari Noah.
Dari balik layar komputernya, Noah berdecak, "Ck! Kamu lagi nonton apaan lagi, sih, Chi? Bukannya kerja, malah nanya yang enggak-enggak."
Kursi tempat Sachi duduk menggelincir ke belakang, seiring dorongan gadis berambut tembaga itu pada tepian meja. Sachi meluruskan kakinya ke lantai, duduk melorot demi meregangkan tubuhnya yang pegal. Sambil mengayunkan kursinya ke kanan dan kiri, ia menatap langit-langit studio.
"Rata-rata drama yang gue tonton itu, kalau habis adegan ciuman, terus udah .... Langsung pindah scene. Eh, ada yang adegan ranjang juga, sih .... Ah-uh-ah-uh teplak teplok teplak teplok .... Tapi kalau udah selesai, udah aja gitu? Langsung tidur? Atau pamit, samlekum, dadaaah ... apa gimanaaa?"
Gadis lainnya hanya menghela napas. Alih-alih menggubris kebingungan tak penting temannya, Noah lebih memilih menghitung ulang volume dinding set video musik yang sedang mereka kerjakan. Salah sedikit saja, bisa meleset anggaran mereka. Mengingat klien mereka adalah Sandarsaka, grup musik yang baru saja naik daun, Noah tak ingin membuat kesalahan.
Studio desain interior ini digerakkan oleh tiga orang saja. Selain Sachi yang bertugas di Administrasi merangkap Marketing, ada Noah sebagai Arsitek, juga Iko. Satu-satunya lelaki di tim ini yang sedang pergi. Merangkap jabatan sebagai owner, desainer interior, sampai koordinator lapangan kadang membuat Iko jarang di kantor.
"Jawablah, Non! Elo kan yang udah pernah cipokan! Beri kawan lo ini wawasan, dong!"
"Nggak mau. Itu privasi. Lagian kamu ini. Bukannya nyelesain revisian RAB rumah Pak Solomon, malah nonton drama. Aku laporin Iko, lho! Malah bahas cipak-cipok .... Apaan, sih ...."
Sachi sudah siap menggelundungkan kursinya ke meja kerja Noah. Ingin rasanya ia mencubit kawannya yang kelewat spaneng itu. Tapi anehnya, kursinya enggan bergerak. Malah, dengan gerakan tiba-tiba, kursinya tertarik ke belakang. Lalu berputar dalam kecepatan penuh.
Wuuush!
"Fantaaa!"
Lelaki yang iseng memutar kursi Sachi malah tergelak puas. Mengaduh juga akhirnya, setelah Sachi memberinya tendangan di tulang kering pada putaran terakhir kursinya.
"Ada apa sih ini ciwi-ciwi, tengah hari bolong panas-panas gini bahas cipok-cipok. Hahahaha."
Fanta menyisir rambut ungu gelapnya ke belakang, lalu mengelap keringat yang mengaliri lehernya yang lembab. Sampai dengan siang yang tanggung tadi, ia masih berdiskusi dengan Noah dan Iko tentang set video musik yang sedang mereka kerjakan.
Sebagai sutradara yang memberikan mereka proyek ini, Fanta mengawal detail prosesnya dengan cermat. Ia ikut lembur sampai dini hari, dan akhirnya tepar pukul setengah sebelas siang tadi. Mungkin karena cuaca yang panas, Fanta akhirnya terbangun dan keluar dari ruang rehat mereka yang terletak di belakang meja kerja Sachi. Atau malah, ia terbangun karena tertarik dengan obrolan yang berlangsung di studio ini?
"Siapa yang habis cipokan?"
Mendengar pertanyaan bernada cengangas-cengenges dari Fanta, Noah memutar bola mata. Tangannya sigap menarik headphone yang semula tersangkut di lehernya. Lebih baik mendengarkan musik yang menentramkan jiwa, daripada terlibat emosi berkat dua orang aneh yang suka ngobrol melantur ini.
"Nah. Ta, lo pernah ciuman, kan?"
Bahu Fanta naik turun berkat tawanya. "Ya, pernah, sih ... Terus kenapaaa?"
"Orang kalau habis ciuman tuh biasanya ngapain, sih?" Sachi mendekatkan kursinya ke kursi tempat Fanta duduk. Nada suaranya berbisik, padahal jelas-jelas Noah sudah membentengi dirinya dengan musik yang lantang di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Do We Do After A Kiss?
ספרות לנערותApa sih yang dua orang lakukan setelah mereka berciuman? Sachi yang polos cuma tahu ciuman dari adegan film yang ia tonton. Sepasang kekasih akan berciuman dengan mesra, dan adegan segera beralih begitu saja. Bodohnya, Sachi malah bertanya pada Fan...