DUA

1.7K 148 1
                                    

Aku berlari keluar kamar dengan segera karena dari tadi mamah sudah memanggil ku terus menerus.

"Iya ada apa mah" tanya ku sedikit terengah engah.

Mamah dengan pakaian yang rapih menatap ku, "Kamu ngapain si dikamar" aku hanya menunjukkan senyuman bodoh ku.

"Kamu mau nonton Irennia gak?"

Aku melotot tak percaya dn langsung mengangguk, "Mau dong mah" jawab ku excited.

Mamah mengeluarkan sebuah tiket lalu diberikan kepada ku, "Nanti malam jam 7" aku melihat tiket tersebut.

"Yeay yeay yeay" senang ku.

"Berarti malam ini kita nonton bareng kan?"

"Mamah gak ikut, kamu saja" aku mengeryitkan kening bingung maksud dari ucapan mamah.

"Lah kok? Aku doang?"

Mamah menepuk pundak pelan, "Mamah ada acara mungkin besok baru bisa pulang. Kamu saja yang menonton, itu mamah udah mohon-mohon sama temen mamah biar dapet tiketnya"

"Mamah memangnya mau kemana? Kok aku gak di ajak?"

"Ini mendesak Arel. Pokoknya kamu harus nonton dan pulang jangan larut malam ok. Besok pagi mungkin mamah sudah ada dirumah. Oh iya, kamu pergi pulang naik taksi aja ya jangan bawa motor bahaya nanti mamah khawatir"

Aku memanyunkan bibir ku, "Iya iya mamah bawel" balas ku.

Mamah mencubit pipi ku, "Ternyata anak mamah sudah besar ya bisa ngatain mamahnya"

"Dah mamah harus pergi, ingat. Sehabis nonton pulang jangan kemana-mana. Dan jangan pulang larut malam, oke?"

"Oke mah"

"Oke apa?"

"Langsung pulang dan jangan pulang sampe larut malam"

"Pinter. Mamah pergi dulu ya" mamah mencium pipi ku lalu pergi keluar rumah dengan aku yang berjalan pelan di belakangnya.

Mamah mulai memasuki mobil dan menyalakan, "Jangan nakal" ucapnya dari dalam mobil dan aku hanya menunjukkan ibu jari ku.

Mobil mamah sudah pergi meninggalkan area rumah dan kini aku kembali masuk sembari menutup pintu.

<<<•>>>

Kini seperti biasa aku beraktifitas layaknya seorang pelajar. Langit sudah gelap dan jam sudah menunjukkan jam 19.00 malam, aku berjalan pulang dari tempat belajar tambahan karena saat ini aku duduk di kelas tiga dimana aku harus berusaha semaksimal mungkin agar bisa lulus dengan hasil yang memuaskan. Kali ini aku tidak membawa motor dan menaiki transportasi umum yaitu kareta.

Di dalam kereta mata ku terasa berat dan memutuskan untuk memejamkan sebentar berharap mata ini bisa lebih ringan dibuka. Seketika aku bangun dan melihat sekeliling, aku masih di dalam kereta dengan posisi menyender dengan cepat aku berdiri dan melihat aku berada, kereta ini berhenti dan aku bergegas turun.

"Sial, aku kelewatan" kesal ku.

Aku membuang nafas secara kasar karena aku melewati dua stasiun sekaligus dari stasiun biasa aku berhenti. Aku terdiam sebentar dan entah ide dari mana kaki ku melangkah ringan begitu saja menuju suatu tempat.

Hingga di sebuah gedung yang dibilang lumayan besar dan bagus, aku memasuki gedung itu hingga aku bisa melihat dari ke jauhan seseorang yang sedang menari balet dengan lentur.

Aku duduk di bangku studio teater sambil menatap kagum orang tersebut. Kakinya bergerak gemulai, tangannya menari indah di udara.

"Lihat wajahnya, dia cantik banget"

Diary 18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang