DUA PULUH SATU

709 53 4
                                    

"Kita gak perlu datang ke sini Natta"

Aku tersenyum kecil dengan masih menatap sebuah taman yang sudah berhiaskan bunga-bunga putih, tampak cantik sekali dilihat secara langsung.

Semua orang berkumpul di meja masing-masing dengan baju berwarna putih. Aku jadi teringat kak Irennia menyukai warna putih.

"Kamu yakin?" tanya papah.

Dengan cepat aku mengangguk, "Aku datang mau ucapin selamat dan sedikit kata perpisahan ke kak Irennia" jawab ku yakin.

Kini aku, mamah dan papah sedang di acara pernikahan kak Irennia. Acaranya belum di mulai terlihat dari beberapa WO yang sedang sibuk mempersiapkan ini itu.

"Mah, aku ke toilet sebentar ya" ucap ku lalu melangkah pergi meninggalkan mamah dan papah.

Sampai di depan toilet Dami menghampiri ku, "Kak Irennia ada di kamar pojok" ucap Dami.

"Trus pengantin prianya?" tanyaku.

"Dia di bawah lagi ngobrol sama kerabatnya" aku mengangguk paham.

"Cepetan deh keburu acaranya mulai" perintah Dami sambil mendorong ku.

Kemarin aku meminta Dami untuk merencanakan agar aku bisa bertemu dengan kak Irennia secara langsung dan hanya kita berdua.

Aku berniat akan berpamitan untuk pergi dari hidupnya selamanya. Aku pikir keputusan ku sudah sangat tepat, menjauh dan melupakan adalah solusinya.

"Nat...." Dami menarik ku ke arah lain dan seseorang keluar dari kamar dimana ada kak Irennia.

"Siapa tuh?" tanyaku.

"Kayaknya MUA kak Irennia deh" jawab Dami sambil melihat sekeliling.

"Sepi nih cepet masuk Nat" Dami langsung mendorong ku kencang. Dipikir-pikir kita berdua seperti orang yang sedang melakukan tindakan kriminal saja.

Crek

Perlahan dan pasti aku membuka pintu tersebut lalu melangkah pelan untuk masuk dan tidak lupa menutup pintunya kembali.

Mata ku terpaku pada sosok perempuan yang berdiri di depan cermin dengan gaun pengantin berwarna putih menjuntai.

"Kak Irennia......" lirihku.

Kak Irennia juga terkaget melihat diriku di cermin dengan cepat ia membalikkan tubuhnya menatap ku, "Natta? Andreanatta?" aku mengangguk pelan.

Aku melangkah mendekat sambil berusaha untuk tetap tersenyum, "Aku mau ngucapin selamat ya kak....." kaki ku melangkah sekali lagi.

"Atas pernikahannya" hingga akhirnya aku berdiri tepat di depan kak Irennia dengan jarak dua langkah saja.

Aku menarik nafas dalam-dalam, "Aku juga mau pamit sama kakak.....aku akan pindah ikut papah ke Belanda........"

Belum selesai bicara kak Irennia langsung menubruk tubuh ku dengan erat lalu menarik tengkuk leher ku lalu dicium lah bibir ku.

Aku terdiam sebentar hingga tanpa sadar aku membuka mulutku, membalas ciuman kak Irennia. Kini tubuh ku sudah tidak bisa dikendalikan, otak ku berusaha menolak tapi aku tetap tidak bisa berhenti.

Ciuman kak Irennia semakin panas dan membuat ku benar-benar meminta sesuatu yang lebih. Kak Irennia mendorong ku ke atas kasur lalu menimpa tubuhku begitu saja tanpa melepaskan ciuman ini.

Kini kak Irennia duduk di atas perutku dengan wajah yang penuh nafsu, aku hanya menatapnya memahami isi perut kepala kak Irennia.

Dia sedikit mengusap sudut bibirnya yang belepotan lipstik dikarenakan ciuman panas tadi. Tangannya mulai terus meraba baju hingga tanpa sadar satu kancing ku terbuka di bagian atas. Dengan cepat ku tahan kak Irennia, "Kak....." lirih ku dengan raut wajah bertanya.

Diary 18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang