TIGA

1.5K 140 1
                                    

"Andreanatta!"

Aku menoleh ke arah tersebut dan mendapati seseorang yang membuat tubuh ku tidak karuan.

Orang itu berjalan ke arah ku dengan santainya, "Kamu disini?" perlahan aku mengangguk.

"Enggak sekolah?"

"Su–sudah pulang kak" jawab ku dengan terbata-bata.

"Kak Iren juga kenapa bisa ada disini?" tanya ku memecah keheningan. Jujur saja dari tadi jantung ku berdetak sangat keras berharap tidak ada orang yang bisa mendengarnya.

Ya, dia adalah Irennia yang berdiri di depan ku dengan pakaian casualnya serta rambut yang di gerai begitu saja. Ini pertama kalinya aku melihat dirinya tanpa dikuncir rambutnya, ternyata dia sangat cantik.

"Aku hmmm tadi ada urusan sebentar"

Jika kalian ingin tahu, saat ini aku sedang berada di sebuah mall besar di pusat kota. Alasan aku kesini karena aku ingin mencari buku materi-materi ujian dan sampai saat ini aku belum menemukannya.

Kami kembali hening, bingung apa lagi yang harus aku ucapkan padahal ada beribu kata yang ingin ku ucapkan tapi entah kenapa rasanya lidah ku kaku untuk bicara di depannya.

"Sekarang udah jam segini. Waktunya makan malam, kamu udah makan?" dengan cepat aku menggeleng.

"Bagus. Kita makan bareng yuk" ia langsung menarik tangan ku begitu saja dan aku hanya mengikutinya.

Kini kami sedang makan di restoran sushi, kata kak Irennia, sushi adalah makanan favoritnya terlihat dari cara dia memesan begitu banyak untuk dua orang perempuan padahal aku bukan tipe orang yang makan banyak apa lagi rata-rata makanan disini adalah makanan mentah, aku hanya menyukai makanan buatan mamah ku.

"Kamu cobain ini deh enak tau?" dia menyodorkan sebuah salmon dengan saosnya.

Dengan sopan aku memakan apa yang ia sodorkan, lagi dan lagi jantung ini berulah setelah kak Iren menyuapi ku. Bahkan makanan di mulut ini tidak terasa apa-apa karena jantung ku yang tidak bisa dikontrol.

"Kamu tuh mainya jauh-jauh ya? Emang klo boleh tau kamu disini ngapain? Pacaran ya?"

"ENGGAK KAK!"

Oh mulut sialan kenapa suara yang ku keluarkan besar sekali. Aku melihat sekeliling dan beberapa orang menatap kami aneh sedangkan kak Iren dia hanya tertawa kecil sambil fokus dengan makanannya.

"Terus?"

"Aku kesini cuma cari buku materi ujian. Aku juga pergi sendiri kok kak" jelas ku.

"Kamu suka pergi sendiri?"

"Iya kak"

"Kamu punya temen?"

"Ada kak banyak. Tapi, aku lebih suka pergi sendirian kak karena aku bisa bebas mau kemana saja ke tempat yang aku suka tanpa persetujuan orang lain—" aku menghentikan ucapan ku untuk meminum lemon tea yang ada di depan ku.

"Dan lagi pula pergi sendiri juga melatih kemandirian kita" lanjut ku.

Kak Iren menatap ku, "Tapi klo gitu bikin orang khawatir Natta" balasnya tidak setuju dengan ucapan ku.

"Paling mamah doang yang khawatir sama aku"

"Klo kamu jadi pacar aku. Aku gak akan bolehin kamu pergi sendirian dan klo pergi sendirian pun juga harus kasih tau aku setiap menitnya" aku tertegun mendengar ucapan kak Iren. Apa maksudnya? Kenapa dia bilang 'pacar'?

"Sial. Aku bisa gila lama lama" batin ku.

<<<•>>>

Diary 18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang