EMPAT

1.3K 139 3
                                    

Kini aku duduk di tempat dimana aku melihatnya latihan malam itu. Dan ku dengar suara langkah seseorang masuk, dia berjalan ke arah ku tapi aku tahan dengan isyarat tangan ku.

"Aku boleh minta kakak berdiri di atas panggung itu, please" dia terdiam sebentar lalu mengikuti perintah ku.

Dan kini dia sudah berdiri di atas panggung itu, aku tersenyum ke arahnya.

Aku menarik nafas ku secara kasar lalu sedikit menunduk menahan rasa gugup ku.

Ku angkat kepala ku perlahan menatapnya, dia memang selalu terlihat cantik kapanpun dan dimanapun.

"Irennia Jovanka Michellin. Sosok manusia yang aku kagumi sejak kamu berumur 18 tahun dan kini kamu berusia 21 tahun. Cukup lama aku menyukainya mu" Ucap ku dengan keras.

"Dari kejauhan aku memandang mu. Dari kejauhan aku mengagumi mu"

"Dari sinilah awal kita berkenalan dan situlah aku merasa bahwa aku berhasil masuk ke dunia mu"

Aku berjalan ke arah panggung dan sampai di panggung aku menatap wajahnya.

"Beginilah seharusnya yang aku lakukan, memandang mu dari bawah sini. Tidak berkenalan, tidak saling bercerita, tidak berbagi tawa, tidak saling mengasihi dan tidak saling memberikan perhatian lebih"

"Mak–maksud kamu apa sih" ucapnya dengan raut wajah yang bingung.

Aku tersenyum kecil ke arahnya, "Dari dulu aku bercita-cita ingin ke dunia mu tapi ternyata sebaliknya, kamu yang hadir ke dunia ku bahkan kamu mengambil sesuatu yang ku jaga selama ini"

"Apasih aku enggak paham maksud kamu"

"Irennia, maaf bila ini terdengar jijik dan aku sudah siap kamu membenci diriku" nafas ku begitu berat.

"Ku pikir perasaan ini hanya sebatas idola dan fansnya. Ternyata salah, perasaan ini lama-lama tumbuh dan aku enggak bisa menghentikannya. Maaf, bila semua ini membuat kamu pusing"

Aku menarik nafas ku dalam lalu membuangnya secara kasar, "Aku mencintai kamu Irennia" Dia terdiam lalu tertawa kecil.

"Kamu bercanda kan. Iyalah kamu cinta aku karena kamu ngefans aku kan"

Aku menggeleng pelan, "Aku mencintai mu melebihi seorang fans dan idolanya. Perasaan ini nyata bukan hanya sebuah ambisi ku semata, maaf bila aku lancang dan melewati batas" wajah Irennia berubah dan aku tidak dapat memahaminya.

Dia menatap ku dalam hingga ia berjalan turun dan berdiri di hadapan ku.

Plak

Ku rasakan perih di pipi ku, aku tau semua ini akan terjadi dan aku akan menerimanya. Semua ini ada resiko dari apa yang kulakukan, setidaknya aku sudah mengutarakan apa yang ku pendam selama ini.

"Kurang hajar kamu! Seharusnya kamu gak bertindak terlalu jauh. Aku memberi semua ini karena aku menghargai kamu sebagai fans aku" kini suara yang biasanya terdengar lembut berubah menjadi suara kebencian.

"Aku enggak nyangka selama ini kamu semenjijikan itu dan bisa bisanya...."

"Maaf" lirih ku.

"Maaf kamu enggak dapat memperbaiki semua. Dan STOP untuk mengeluarkan kata-kata menjijikkan itu!"

"Buang perasaan kamu jauh-jauh! Inget, batasan kamu. Kita cuma sebatas fans dan idola, enggak lebih!"

Dia memberikan ponsel ku lalu pergi begitu dengan menabrak pundak ku.

Aku membalikkan badan ku ke arahnya, "Tapi kamu harus tahu aku enggak pernah menyesal mencintaimu.....beri aku waktu untuk membuang semua perasaan ini!" teriak ku, dia berdiam sebentar lalu melanjutkan langkahnya lagi.

Diary 18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang