TUJUH BELAS

818 58 0
                                    

"Di duga gadis yang mencium Irennia pada malam itu adalah anak dari seorang legenda balerina di negeri ini. Tapi, sampai saat ini belum ada konfirmasi dari....."

Pip

Aku mematikan televisi dengan cepat, "Masih pagi, kakak mau jogging gak?" tanyaku langsung.

"Aku belum selesai nonton...."

Aku mendekatinya lalu berjongkok di depannya yang sedang duduk di sofa, "Dengerin aku ok. Kakak gak perlu lihat dan dengar berita serta ucapan orang lain. Cukup fokus ke kesehatan kakak dan aku ok" pinta ku.

Tangan kak Irennia mengusap wajah ku, "Maaf ya, aku belum bisa jadi yang terbaik untuk kamu" balasnya.

"Gak perlu yang terbaik cukup sayangi diri kakak aja" jawab ku lalu memeluknya dengan erat.

Setelah acara peluk memeluk itu, aku dan kak Irennia berniat jogging bersama hingga pada akhirnya bukanya olahraga tetapi kuliner jajanan.

"Kakak mau jajan apa lagi?" tanyaku dengan sibuk memegang bungkusan di tangan kanan kiri.

Kak Irennia menoleh ke kanan kiri, "Aku mau batagor deh....eh itu" dia menunjuk ke arah penjual permen gulali.

"Aku mau itu" rengeknya.

Melihat wajahnya yang seperti itu aku sungguh tidak tega membuat aku mengajaknya ke pedagang gulali tersebut.

"Pak gulalinya satu ya" pinta ku.

"Baik neng" jawab bapak penjual gulali.

"Ini neng" aku mengambil gulali tersebut dengan sedikit ribet karena bungkusan di tangan ku.

"Ini pak uangnya, terimakasih ya pak"

"Iya neng terimakasih kembali"

Aku membuka bungkus gulali tersebut lalu menyodorkan ke arah kak Irennia, "Ini" ujarku.

Seketika aku terdiam membeku melihat pergerakan kak Irennia yang menjilat permen gulali yang ku pegang.

"Manis" ucapnya.

Tubuhnya mulai menegak kembali sambil tersenyum lebar ke arah ku, "I–yah" pelan ku sambil memandang wajah kak Irennia.

Dia tertawa lebar menarik tangan ku yang memegang permen gulali ke arah mulutku, "Aaaaa" sontak aku membuka mulutku lalu kak Irennia menyodorkan permen gulali ke dalam mulutku.

"Buat kamu aja" ucapnya lalu pergi meninggalkan aku yang masih terpaku.

"Demi tuhan tadi itu apa? Kenapa aku deg deg an" dalam hati ku.

Sungguh tadi itu tubuh ku menegang entah apa yang dipikiran ku hanya saja itu terasa menggelitik di perut, gerakan kak Irennia seperti slowmotion bagi ku.

<<<•>>>>

Aku berdiri di sebuah hutan yang penuh dengan penuh pohon-pohon menjulang besar ke atas. Aku menoleh ke arah kanan dan kiri mencari sesuatu, aku cemas.

Hingga aku menemukan sosok yang ku cari sedang berdiri dengan baju putih yang anggun. Sosok itu berjalan ke arah ku dengan perlahan lalu berdiri tepat di depan ku.

Tangannya bergerak mengelus wajah ku lembut, matanya begitu bersinar bersih. Kini ibu jarinya mengelus bibir ku, ia tersenyum manis.

Tapi perlahan-lahan sosok itu memudar seperti debu berterbangan. Jantungku serasa terhimpit dan sesak, air mata ku mulai menetes dan sosok itu sudah benar-benar hilang bagaikan debu.

"ANDREANATTA!"

Aku terkaget sambil membuka mata ku perlahan, "Mau balik gak? Dah kelar kelas nih" ucap teman kelas ku bernama Bima.

Diary 18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang