Meurindu part 2

328 40 22
                                    

Ivan pun mengemasi barang-barangnya dan berpamitan kepada keluarga yang merawatnya dikampung ini. Tak lupa ia sangat berterimakasih dan juga memberikan sedikit kenang-kenangan buat mereka.

Ivan: mbok .. pak ivan pulang yah makasih sudah mau merawat Ivan selama ini. Ivan ngga tau kalo ngga ada kalian, Ivan sudah menganggap kalian orang tua Ivan jadi simbok sama bapak jangan ragu kalo butuh bantuan yah

Simbok: iya toh le, maafin simbok sama bapak belum bisa memberikan yang terbaik yahh

Bapak: Iya, jaga kesehatannya yah le, kalo kamu tidak sibuk mampirlah sesekali kesini yah. Bapak sama simbok pasti senang sekali

Ivan: Iya pak Ivan insyaallah pasti sering-sering kesini, nengokin kalian. Ivan pergi dulu yah assalamu'alaikum

Bapak simbok: wa'alaikumsalam

Mobil-mobil berseliweran disisi kanan dan kiri, Ivan termenung melihat suasana yang cukup lama ia tinggalkan. Rindu pasti ada tapi banyaknya sakit membuat ia hilang rasa terhadap rindu tersebut.

Ivan: Pak langsung ke bengkel aja yah, saya mau lihat dulu keadaan kerjaan saya yang sudah lama saya tinggalkan ( titah Ivan pada sopirnya )

Cring..cring..cring.. ratusan chat masuk dan panggilan tak terjawab masuk pada ponsel Ivan, papahnya yang marah karena Ivan tidak tanggung jawab terhadap pekerjaan hingga Aldi yang khawatir akan keadaan serta puluhan chat dari tamara kecewa hingga rindu terhadapnya.

Ivan: hemmm... ( Menghela nafas ) udah yah van lo harus lebih fokus dulu terhadap pekerjaan lo masalah cinta ntar dulu aja ( ivan berbicara pada dirinya sendiri )

Sesampainya ditempat kerjanya Ivan sedikit kewalahan karena banyaknya pekerjaan terbengkalai masalah keuangan serta fasilitas yang sudah kurang memadai. Tak memikirkan kesehatannya yang belum pulih total dia langsung mengerjakan semuanya tak tertelawat satu pun ia langsung bergerak cepat. Waktu menunjukan pukul 9 malam pegawainya sudah mulai berkurang tinggal 2 staf yang akan berpamitan, Tetapi Ivan masih sibuk dengan laptop serta berkas-berkas yang ada dimeja nya.

Perutnya mulai berteriak ingin diisikan makanan karena ia sadar sejak dari pagi dia hanya memakan sepotong roti dan kopi saja. Ia pun memanggilkan security-nya untuk membelikan makanan, karena seringnya Ivan membeli makanan ditempat Tamara sang security nya pun membelikan makanan ditempat Tamara, tak seperti biasanya Tamara pun masih berada restaurant nya. Tamara yang hapal dengan security-nya Ivan pun menanyakan siapa yang memesan makanan semalam ini, dan Tamara juga tau itu adalah makanan favorit Ivan. Security-nya pun menjelaskan bahwa Ivan lah yang meminta membelikan makanan tersebut.

Tamara pun sangat senang mendengar Ivan sudah kembali dia berinisiatif memberi tambahan makanan untuk Ivan serta mengantarkan makanan tersebut kepada Ivan tetapi setelah dipikir-pikir mungkin Ivan butuh waktu untuk sendiri terlebih dahulu, ia hanya melihat security menghantar kan makanan untuk Ivan dari kejauhan. Tetapi alangkah terkejutnya Tamara melihat Ivan justru menolak makanan tersebut dan memberikan makanan tersebut untuk security-nya, Ivan pergi begitu saja tanpa melihat isi dari makanan tersebut.

Tamara: Mas sekecewa itu kah kamu terhadap aku bahkan makanan yang tidak salah apapun kamu enggan untuk melihatnya ( tamara terisak melihat reaksi Ivan )

Tamara pun pergi meninggalkan tempat Ivan.

Security: Pak ivan, tapi ini bu Tamara yang membuat nya ( memberikan makanan ) . Tadi saya keliling cari makanan cuma restaurant bu Tamara yang belum tutup jadi saya kesana dan ternyata cuma bu Tamara yang ada didalam lalu dia yang membuat ini semua.

Ivan: tidak apa-apa pak saya sudah kenyang ini buat bapak saja, saya mau lanjutin kerja. Kalo bisa kedepannya bapak tidak perlu datang ke restaurant Tamara lagi. Cukup beli indomie aja saya sudah senang dibandingkan membeli makanan ditempat Tamara. Saya harap bapak mengerti

Security: oh iya saya minta maaf pak

Ivan: ya sudah pak, tolong jangan ganggu saya di ruangan saya. Mungkin malam ini saya tidak pulang karena masih banyak pekerjaan

Security: oh iya pak

Didalam mobil Tamara masih menangis memikirkan sikap Ivan tadi, beberapa saat kemudian telpon Tamara berbunyi ternyata Tirta yang menelpon.

Tirta: hallo, kamu dimana aku mau ketemu

Tamara: ada apa?

Tirta: kita ketemuan atau aku tungguin kamu dirumah

Tamara: kenapa?? Ada masalah apa lagi. Aku kan udah ngomong kamu jangan sekali-kali deketin keluarga aku lagi

Tirta: aku ini bapak nya El, aku bisa bawa El dan jauhin kamu dari El untuk selamanya

Tamara: Okey kita ketemuan di kafe pelangi, bentar lagi aku nyampe

Tirta: Iya aku tunggu

Belum selesai dengan Tamara memikirkan Ivan kini, dia harus segera menemui Tirta.

Mobil tamara segera terparkir, terlihat juga Tirta yang sudah menunggunya. Tamara pun lantas segera menghampirinya

Tamara: Ada apa?

Tirta: duduk dulu kek, buru-buru amat

Tamara: gue ngga punya banyak waktu

Tirta: Tapi kok kalo buat laki-laki yang lo temuin di bengkel, lo punya banyak waktu banget sampe sampe hidung dan pipi lo merah kayak gitu

Tamara: oh jadi lo diem diem nguntit gue hah? Lo bisa gue laporin ke polisi kalo lo sekali-kali lagi lakuin itu

Tirta: silahkan saja, lo lakuin itu selanjutnya hidup lo akan gue buat lebih sengsara. Bukan hanya El saja yang gue bawa tapi gue akan hancurin hidup cowok yang lo tangisi itu

Tamara: jangan bawa bawa Ivan dalam masalah kita dia ngga tau apa apa

Tirta: ohh jadi namanya Ivan, bagus juga namanya

Tamara: kalo lo cuma mau ngomongin itu, gue ngga ada waktu

Tamara pun segera pergi meninggalkan Tirta. Dia tidak habis pikir mengapa Tirta sampe senekat itu sampai sampai dia mengikuti Tamara kemana pun Tamara pergi. Dan tamara pun takut jika Tirta berbuat nekad terhadap Ivan.

*Pengen disemangati nihh

Berjanjilah "at one time"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang