Sudah sore saat Michele sampai di rumah. Piket jaga sudah beganti, Frank dan Joy sudah digantikan oleh Riddle.
Riddle? Michele menepuk keningnya, dia lupa kalau jadwal piket untuk hari ini adalah Riddle dan dia.
"Maaf Riddle, aku lupa bahwa jadwal kita yang jaga sekarang."
"Tidak apa-apa Michele, kamu pulanglah istirahat"
"Baik, aku akan segera kembali, Riddle", seru Michele sambil berlari ke rumahnya.
"Tidak, biarkan hari ini aku saja yang berjaga, kamu istirahat saja", teriak Riddle menimpali tetapi Michele sudah berlari menjauh dan tidak mendengarnya.
Sesaat kemudian Michele sudah berada di pos jaga, tampilannya sudah beda. Wajahnya sudah kembali segar, ada sisa-sisa air di ujung rambut depannya sepertinya dia habis mandi.
"Sudah aku bilang Michele kamu istirahat saja kamu pasti capek karena dari luar seharian, tidak apa kali ini aku berjaga sendirian, belakangan ini juga keadaan sudah aman."
"Aku baik-baik saja Riddle, sekalian ada yang ingin kubicarakan denganmu, maaf telah menamparmu kemarin", seru Michele sembari menunduk, dia masih merasa bersalah dengan perbuatannya itu.
Melihat itu, mata Riddle melembut, dia tau Michele bukan orang yang seperti itu, yang suka melepaskan amarah tanpa berpikir, keputusasaanlah yang membuat Michele begitu.
"Tidak apa-apa Michele, aku juga minta maaf, seharusnya aku bisa lebih memahamimu"
"Riddle, aku ingin minta pengertianmu, mungkin aku egois, tidak, tidak, aku memang egois sangat egois. Aku sudah memikirkannya seharian ini, aku tidak bisa melepaskan Nicholas, bagaimanapun keadaannya aku ingin tetap berusaha untuknya, terserah apapun hasilnya nanti, tapi tenang saja aku tidak akan melupakan tugas-tugasku lagi dan misi kita di sini, aku akan berusaha lebih keras lagi James."
Riddle tersenyum, tatapannya semakin melembut kepada Michele.
"Lakukanlah apa yang kau mau Michele, aku tidak akan melarangmu lagi, jika ada hal yang bisa aku bantu jangan sungkan untuk memintanya".
Riddle menyadari membuat Michele supaya merelakan Nicholas mati bukanlah hal yang tepat. Setiap pembahasan itu mereka sampaikan, Michele pasti jadi kacau, membiarkannya adalah hal tepat supaya Michele tetap stabil.
Mendengar itu Michele tersenyum cerah, wajahnya berbinar.
"Hei... aku tidak salah dengar kan?, kamu Riddle kan?, kamu tidak kerasukan arwah atau sesuatu di tempat ini?" sambil dia menggoyang-goyangkan bahu Riddle, nadanya bercanda.
"Mau aku tarik lagi kata-kataku? hentikan kelakuanmu ini."
"Ooppss maaf Riddle". Michele tersenyum.
Sejak Michele kembali dari danau, wajahnya memang lebih cerah, keputusannya yang sudah bulat untuk berjuang kembali meringankan hatinya. Seperti inilah Michele yang dikenal oleh Riddle, penuh semangat, ceria, cekatan, dan selalu bisa membawa perubahan yang baru, dia sangat cerdas. Mereka bisa hidup di planet ini, semua karena kecerdasan Michele.
Michele lah yang memilih tempat ini dari bumi, siang dan malam dia menelitinya.
Menggunakan teleskop luar angkasa yaitu teleskop hubble yang diluncurkan ke orbit bumi. Michele yang memilih planet ini, sebagai satu - satunya yang memiliki kehidupan, yang bisa ditempati oleh manusia bumi.
Sebelumnya Michele malah berdebat keras dengan senior mereka para ilmuwan lain. Senior mereka malah memilih planet mars untuk tujuan basecamp hema, karena planet itu sudah lama di teliti oleh para ilmuwan dan disimpulkan planet merah itu ada kehidupan walau belum ada yang pernah ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubuh Abadi
Science FictionMichele menghabiskan bertahun-tahun kehidupannya di dalam lab berwarna putih hanya untuk mengerjakan penelitian demi penelitian untuk membuatkan tubuh baru untuk kekasihnya yang sudah lama lumpuh. Dia ingin mengembalikan kembali tubuh itu seperti di...