Pasca keributannya dengan Mahen, Bina disidang habis – habisan oleh sang papa di ruang tamu. Papa kembali menasehatinya mengenai fitrah perempuan yang lemah lembut, hingga sopan santun. Bila dirangkum, nasehat papa ini bisa dijadikan proposal untuk bahan skripsi. Ya benar, karena saking panjangnya. Bina hanya duduk terdiam sembari memainkan jari jemarinya. Ia juga terus menunduk, tak berani mengangkat wajahnya karna tau akan dimarahi lagi. Benar – benar hari yang menyebalkan untuknya. Sudah lelah lembur seharian, ditambah bertengkar dengan Mahen, dan kini diomel oleh papa. Benar – benar Bina yang malang.
Usai mengakui kesalahan, Bina lantas masuk ke kamar untuk menenangkan diri. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur seraya melayangkan pandangan ke arah langit – langit kamarnya. Beberapa kali ia tampak menarik nafasnya dalam – dalam, dan mengeluarkannya dengan perlahan. Di sela – sela menenangkan diri, ponsel Bina kembali bergetar untuk yang ke sekian kalinya. Ia mulai merogoh tas kerjanya untuk mengambil ponsel dan dilanjutkan dengan membuka notifikasi. Matanya membulat, senyumnya mengembang, rasa lelahnya menjadi hilang seketika tatkala ia melihat nama Dimas yang memenuhi notifikasi barnya itu.
22:45
LINE
Dimas
Hi Bin
Udah sampe rumah?
Jalanan aman?
Udah makan?
Mmm lo lagi istirahat ya?
Okay deh have a good rest Bina!
Bina
Hi, sorry gw baru buka hp
Abis diomel
Dimas
Lah gw kira uda tidur
Hadehh diomelin mulu deh lo
Ada apa sih?
Sini – sini cerita
Dimas memang selalu datang untuk Bina, sekaligus selalu menjadi tempat Bina mengeluarkan keluh kesahnya yang tidak kunjung berakhir. Dimas senang mendengarkan Bina bercerita, saking senangnya ia selalu mendatangi Bina hanya untuk mendengar TMI sahabatnya itu. Bina banyak bercerita kepada Dimas, begitun sebaliknya. Namun hingga kini Dimas masih tidak menyadari bahwa perlakuannya terhadap Bina bisa menimbulkan salah paham antar keduanya.
Berbeda dengan Bina yang mengadukan semua harinya pada Dimas, Mahen justru harus menelan kenyataan pahit bahwa Bella tidak bisa dihubungi sejak pertemuannya kemarin. Bella menghilang, dan Mahen hanya bisa bersabar. Bella sudah tidak pernah lagi menjadi tempat Mahen mengadu, selain karna minimnya waktu yang Bella berikan, juga karena tidak ada perasaan berdebar yang Mahen rasakan. Terkadang, Mahen bimbang atas keputusannya menikahi Bella. Ia tidak lagi berdebar bertemu sang pujaan hati, namun di sisi lain ia juga tidak ingin kehilangan Bella begitu saja. Oleh sebab itu ia selalu berusaha mengalah agar tetap bisa beriringan dengan Bella. Bila mengalah adalah hal yang berat untuk Bella, maka Mahen rela untuk melakukannya meskipun itu juga terasa tidak adil untuknya.
Hari berganti hari, Mahen kembali disibukkan dengan urusan pernikahan. Banyak sekali hal yang harus ia urus hari ini mulai dari vendor, gedung, katering, hingga souvenir. Di minggu terakhir persiapannya ini Mahen juga sudah melunasi sisa – sisa pembayaran di seluruh komponen yang ia pesan sehingga ia hanya tinggal memantau perkembangan dan memastikan semuanya aman sampai hari H nanti. Bisa dibilang Mahen mencurahkan seluruh energinya untuk hari bahagianya ini. Ia benar – benar teliti, bahkan ia rela – rela bolak – balik antar satu tempat ke tempat yang lain hanya untuk memastikan semuanya sesuai keinginannya. Tentu saja ia mengurusnya seorang diri, tanpa kehadiran Bella di sisinya. Berat memang, namun apa boleh buat jika takdir mengharuskannya begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiba - Tiba Nikah || Jung Jaehyun x Wendy Red Velvet
Fanfiction"Gue cuma pengen jadi bagian dari cerita bahagia lo, Bin." - Mahen