Setelah kejadian Dimas yang meninggalkannya di pasar malam, Bina berusaha semaksimal mungkin untuk menghindar dari pria yang selalu ia puja tersebut. Tercatat sudah dua minggu lamanya Bina membiarkan pesan – pesan dari Dimas menumpuk di Line-nya. Tidak ada satupun pesan yang ia baca, juga tidak ada satupun panggilan yang ia jawab. Padahal dulu ia sangat bersemangat manakala notifikasi bar-nya diisi oleh Dimas, namun entahlah petuah dari Mahen beberapa waktu lalu cukup menusuk baginya. Mengingat kejadian pasar malam tersebut, tentu saja Bina masih merasa kesal dengan Dimas. Namun dibandingkan dengan perasaan kesal ia lebih merasa lelah mengagumi Dimas yang selalu memberinya perasaan sakit tak berkesudahan itu.
"Weitsss...weitsss...weitssss... buru – buru amat lo" cibir Rendi sembari mensejajarkan langkahnya dengan Bina yang berusaha menghindari Dimas yang sedang berjalan di belakang mereka.
"Berisik lo" balas Bina seraya terus mempercepat langkahnya
"Oh lo mau ngindarin Dimas ya?" goda Rendi setengah berbisik
"Tapi sumpah lo aneh banget dari kemarin Bin, lo kaya bener – bener ngindar anjir dari Dimas"
"Oh lo jangan – jangan lagi marahan ya?"
"Atau jangan – jangan lo abis confess ke dia terus ditolak?" cerca Rendi yang menyadari ada keanehan antara keduanya
"Diem deh lo, gue lagi buru – buru"
Bina lantas menekan tombol 'open' di lift yang ada di depannya kini. Perasaannya semakin cemas manakala pintu lift tidak kunjung terbuka. Bina benar – benar sendiri di depan lift seusai kepergian Rendi, dalam batinnya ia terus bermunajat agar pintu lift segera terbuka dan ia bisa menghindari Dimas petang itu. Namun sayang, langkah Dimas lebih dulu sampai di dekatnya dibandingkan dengan terbukanya pintu lift.
Baik Dimas maupun Bina sama – sama terdiam, dan tidak memandang satu sama lain. Benar – benar seperti orang asing. Banyak hal yang ingin Dimas utarakan sore itu, atau setidaknya ingin mengajak Bina makan malam sebelum mengantarkannya pulang. Namun semuanya tertahan begitu ia merasakan sikap dingin yang ditampilkan oleh Bina. Berbeda dengan Dimas, Bina justru ingin mengakhiri semuanya sesederhana pintu lift terbuka dan bisa pulang dengan nyaman tanpa harus menghindar lagi.
Setelah menunggu kurang lebih lima menit, pintu lift tepat keduanya menunggu akhirnya terbuka. Bina masuk lebih dulu, dan diikuti Dimas. Bina lantas menekan tombol 'close' untuk menutup pintu dan dilanjutkan untuk menekan tombol angka satu untuk menuju lobi utama. Dalam kesunyian menunggu pintu tertutup, Dimas mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengajak Bina mengobrol lebih dulu.
Akan tetapi belum sempat Dimas menyapa, kedatangan Mahen lebih dulu menghentikan niatannya. Ya, Mahen datang tepat di detik – detik akhir pintu tertutup bak adegan yang sering terjadi dalam sinetron. Laki – laki dengan jas yang disampirkan di lengan kiri tersebut lantas masuk dan berdiri di belakang Bina sebelah kiri sejajar dengan Dimas. Meski sedikit terkejut, namun kehadiran Mahen cukup membawa angin segar bagi Bina yang tidak ingin terjebak di situasi canggung bersama Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiba - Tiba Nikah || Jung Jaehyun x Wendy Red Velvet
Hayran Kurgu"Gue cuma pengen jadi bagian dari cerita bahagia lo, Bin." - Mahen