6. Little Things

40 7 11
                                    

Danuar Adinata, 2016.

Siang ini cerah di kota Jakarta, secerah suasana hati Danuar. Ia mengalungkan gitarnya di pundak, berjalan dengan langkah besar-besar menuju belakang panggung. Kemarin, ia sudah daftar pada Jaka—temannya yang menjadi panitia pensi kali ini, kalau dirinya akan mengisi sedikit acaranya dengan sebuah lagu. Kalau bahasa kerennya, Danuar mau confess.

Ia sudah siap dengan jaket kulit hitam andalannya. Rambutnya ia biarkan seperti biasa, hanya pakaiannya yang ia pikirkan baik-baik. Sehingga dalam perjalanannya tadi, ia jelas tahu banyak yang diam-diam memuji ketampanan seorang Danuar Adinata.

Namun, hatinya jangan ditanya. Ada banyak tempat di sana, tetapi sudah penuh oleh Namira Aylana.

Danuar sudah ada di belakang panggung, tepat di sebelah mobil ambulans yang katanya disediakan untuk jaga-jaga, padahal isinya panitia yang istirahat. Lelaki itu duduk di sebuah bangku yang mejanya berantakan, memetik gitarnya untuk memastikan bahwa suaranya pas. Dari atas panggung, ia bisa dengar jelas bagaimana suara pembawa acara yang bersahutan meriah, menyebut namanya beberapa kali hanya untuk mengundang teriakan dari penontonnya.

“Danuar Adinata dari FEB? Wah, jarang-jarang nih ada anak FEB yang ngisi pensi.”

“Bener, tuh! Malah katanya kali ini dia mau menyampaikan sesuatu juga.”

“Waduh, apa tuh? Tapi Danuar kayaknya pemalu banget, ya? Dia minta buat nyanyi di belakang aja katanya, jadi sedih nggak bisa liat gantengnya.”

Danuar geleng-geleng kepala mendengar sepasang pembawa acara itu terus menggodanya dari sana. Namun, yang dikatakan di sana memang benar adanya, bahkan Danuar juga mengakui bahwa dirinya memang tampan.

“Aku abis ngintip, kayaknya Danuar udah siap deh.”

“Oh ya? Mas Danuar, udah siap belum?”

Dengan mic yang disediakan untuknya di atas meja, Danuar mendekatkannya pada senar gitar yang sengaja ia petik tidak beraturan. “Sudah, Kakak!”

“Sudah, katanya. Ya sudah, selamat menikmati penampilan musik dari Danuar Adinata!”

Gemuruh tepuk tangan terdengar saling bersautan, itu membuat Danuar semakin bersemangat. Wajahnya tidak sedikit pun kehilangan senyuman. Walau tidak tampil di depan umum, ia tetap tebar pesona dengan mengibaskan rambutnya.

“Tes. Satu, dua, sayang Aylana. Eh?” Ia tertawa sendiri setelahnya, memberikan sederet giginya pada para panitia yang menatapnya tidak habis pikir. “Sorry, sorry.”

Sembari menunggu beberapa orang yang menyiapkan mic-nya, Danuar sesekali memetik gitarnya, menciptakan sebuah melodi acak yang enak didengar. Lalu setelah semuanya siap, ia menatap langit sebentar, merapalkan segala doa untuk sebuah kelancaran.

“Hai, semuanya. Gue Danuar Adinata dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Hari ini, di siang menjelang sore yang cerah ini, ada sebuah lagu kesukaan seseorang yang mau gue nyanyiin. Tapi kalian nggak boleh suka lagunya, karena ini cuma buat dia.” Ada jeda yang Danuar ciptakan sembari menatap Namira dari celah tenda, senyumannya semakin mengembang kala melihat bahwa orang yang menjadi sasarannya juga memberi senyuman. “Ini cuma buat Namira Aylana.”

Teriakan dan tepuk tangan semakin terdengar kencang. Meski deg-degan setengah mampus, tetapi adrenalin Danuar malah semakin terpacu. Maka dari itu, ia mulai memetikkan gitarnya, memberi intro lagu indah dari band kesukaan Namira.

Your hand fits in mine like it's made just for me
But bear this mind, it was meant to be
And I'm joining up the dots with the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me"

Dan di setiap jeda lagunya, matanya pasti selalu menyempatkan untuk menatap wajah indah yang tengah tersipu di sana.

"I know you've never loved
The crinkles by your eyes when you smile
You've never loved your stomach or your thighs
The dimples in your back at the bottom of your spine
But I'll love them endlessly"

Ada tawa kecil yang Danuar sisipkan di akhir. Ia tiba-tiba tidak habis pikir, bagaimana dirinya bisa sejatuh cinta ini pada setiap hal yang ada dalam diri Namira Aylana?

"I won't let these little things slip out of my mouth
But if I do, it's you
Oh, it's you, they add up to
I'm in love with you
And all these little things"

Danuar mengingat setiap detail yang selalu Namira ceritakan di setiap obrolan malam mereka. Tentang ketidakpercayaan dirinya, tentang kekhawatirannya perihal masa depan. Dan dari lirik-lirik ini, Danuar mau Namira tahu, bahwa segala hal kecil yang selalu ia keluhkan; Danuar mencintainya.

"You'll never love yourself half as much as I love you
And you'll never treat yourself right darling, but I want you to
If I let you know, I'm here for you
Maybe you'll love yourself like I love you, oh

And I've just let these little things slip out of my mouth
'Cause it's you, oh, it's you
It's you, they add up to
And I'm in love with you
And all these little things

I won't let these little things slip out of my mouth
But if it's true, it's you
It's you, they add up to
I'm in love with you
And all your little things.”

Lalu setelah bait terakhirnya, Danuar berteriak nyaring. Itu gila, memang. Bagaimana ia menyanyikan lagu akustik dengan sangat tenang, lalu mengakhirinya dengan teriakan memekakkan. Namun, dengan itu, lagi-lagi Danuar tetap bahagia. Karena sebab itu juga, Namira jadi tertawa lepas. Danuar senang Namira menikmatinya.

Tangan dingin Danuar mengambil mic dari stand yang disimpan di depannya, menyisipkan sebuah tawa kecil tempatnya menyembunyikan rasa gugup di sana. Tepuk tangan meriah masih bisa ia dengarkan. Bagaimana para mahasiswa kampusnya berteriak keras, meneriakan keirian mereka pada wanita yang terus Danuar sebut namanya dalam hati.

“Oy, Namira Aylana!” Lagi-lagi Danuar tertawa setelah menyadari bahwa masih banyak orang di tempatnya yang masih heran menatapnya. Namun, cintanya kuat, kegigihannya tidak bisa dilawan. “I’m love with you, Ay, and all your little things. I love it, i love you.”

Hari ini Danuar bahagia, sungguh bahagia. Meski banyak teman-temannya yang datang untuk memeluk dan menyorakinya, Danuar tetap bahagia. Tubuhnya didorong dan dicubit habis-habisan, tetapi Danuar tetap bahagia. Hingga bagaimana ia ditarik dan diborgol oleh BNN tepat ketika ia menyimpan mic-nya, Danuar tetap bahagia.

Sejahat apa pun dunia, jika di sana masih ada Namira Aylana yang menjadi kekasih Danuar Adinata, ia akan tetap bahagia.

┈ ┈ ⋞ 〈 ⏣ 〉 ⋟ ┈ ┈

┈ ┈ ⋞ 〈 ⏣ 〉 ⋟ ┈ ┈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang