RAWAT INAP
"Dita..." Lengkuh Jinny.
Dita, Soodam, Lea, dan Denise menghentikan kunyahan mereka. Tatapan mereka mengarah ke sumber suara. Mata mereka kini beradu dengan mata Jinny. Ada rasa terkejut sekaligus bahagia terpancar di wajah keempatnya.
Dita meletakkan makanannya, menghampiri ranjang Jinny. Wajah Dita begitu berseri, menyapa Jinny dengan kuluman senyum. Digenggamnya tangan Jinny erat. Dita tidak mengatakan sepatah kata, dia hanya memandangi Jinny.
Begitupun Jinny, dia hanya menikmati tatapan Dita yang teduh, tidak ingin melepaskannya sedikit pun. Ada rasa resah ditangkapnya dari tatapan itu.
"Sorry, membuatmu khawatir" Ujar Jinny menatap kekasihnya itu.
"Aku tidak akan memaafkanmu jika kamu seperti ini lagi" Balas Dita dengan wajah serius, dia tidak sedang bercanda. Matanya yang bulat mengatakan kejujuran itu membuat Jinny terenyuh dan sekali lagi meminta maaf atas itu.
Jinny mengangkat sebelah tangannya, menyentuh wajah Dita, mengelusnya dengan lembut.
"Kenapa kamu selalu meninggalkan sisa makanan di sudut bibir ?" Ucap Jinny mengusap sudut bibir Dita dengan ibu jarinya.
"Agar kamu bisa membersihkannya untukku" Balas Dita melebarkan senyumnya.
"Kamu mau aku mengusapnya dengan apa ?" Jinny mengedipkan sebelah matanya.
"Jangan menggodaku" Dita tersipu.
"Aku tidak sedang menggoda, aku serius bertanya" Balas Jinny lagi.
"Aku tau apa yang ada di kepalamu sekarang" Dita memicingkan matanya.
"Jadi...?"
"Jadi apa ?"
Jinny menarik lengan Dita hingga tubuh Dita jatuh di pelukkannya. Jarak mata mereka kini hanya beberapa senti. Jinny melancarkan tatapan tajam yang tidak akan bisa ditolak Dita. Jinny memanfaatkan kelemahan kekasihnya itu. Ditariknya dagu Dita lebih dekat lagi dengan wajahnya.
"Yyaa yyaaa yak ! Kalian fikir kami prabot rumah sakit ? Bisa-bisanya melakukan hal senonoh !" Lea naik pitam, dia tidak menduga akan ada adegan yang dilihatnya.
"Unnie...aishh...kenapa kamu mengehentikannya ? Itu sudah hampir sampai" Keluh Soodam yang menikmati adegan itu.
"Ada apa denganmu ?!" Lea masih dengan rasa kesalnya.
"Aku penggemar berat mereka. Itu adegan yang kutunggu-tunggu" Ucap Soodam lagi dengan mata yang berbinar-binar seperti mendapatkan tontonan luar biasa.
"Kamu aneh sekali unnie" Sahut Denise melihat tingkah Soodam.
"Ahh kau ini unnie, tidak bisa melihat kesenangan orang" Protes Jinny dengan wajah cemberut.
"Heh, kalau mau melakukannya lihat sekeliling dulu, memang sopan begitu di depan kami ?" Balas Lea memasang wajah sinis.
"Katakan saja jika kamu iri unnie..." Balas Jinny dengan seringaian senyum kecut.
"Bukan membela Lea unnie, tapi dia benar. Bagaimana jika tiba-tiba ada yang masuk dan melihat kalian seperti itu, bisa gawat" Tungkas Denise menyela.
Semua lantas terdiam, sepertinya setuju dengan perkataan Denise.
"Apa kalian hanya akan berdiri saja tanpa menawariku makan ? Aku sangat lapar" Jinny memecah keheningan, melihat ke arah Dita yang duduk di pinggiran ranjangnya. Wajahnya mengisyaratkan inginnya dituruti.
Tentu saja Dita faham sekali maksud kekasihnya, diambilnya makanan yang sudah disiapkan pihak rumah sakit untuk Jinny. Sedang Lea menyiapkan meja kecil khusus, disiapkannya tepat di atas Jinny yang kini duduk menegak.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Mine #2 Cinta dan Harapan
FanfictionHallo Readers, ini Season #2 dari fanfiction She is Mine yang bertajuk Cinta dan Harapan, akan banyak drama yang menguras emosi di season ini. Happy reading.... _________________________________________________ Cinta itu buta ? No, cinta itu realita...