Part 22 BLACKMOON

371 39 26
                                    

ALEXA APARTEMENT

"Sudah cukup Denise, jangan minum lagi" Alexa menarik kaleng bir yang hampir diteguk Denise.

Ini adalah kaleng ketiga yang ia habiskan. Perasaannya yang kacau membuatnya ingin mabuk hari ini.

"Apa aku sejahat itu Lexa ?" Tanyanya setengah sadar.

"Tidak, kamu tidak jahat" Balas Alexa ingin teman akrabnya ini tidak merasa semakin kecewa pada dirinya.

Denise mencurahkan semua yang ia alami hari itu kepada Alexa, teman satu-satunya yang menjadi pelariannya dikala dirinya membutuhkan tempat curhat.

"Aku tau, aku tau, aku sangat tau, ini tidak benar. Kamu tidak perlu membelaku Lexa, katakan saja aku kali ini memang buruk, aku tidak suka kau pura-pura" Meski dalam keadaan mabuk, Denise masih bisa membalas lawan bicaranya.

Alexa menarik nafas dan menghembuskannya dengan cepat.

Dia benar-benar mabuk, tapi dia masih waras.

"Waktunya istirahat Denise" Alexa berusaha mengangkat tubuh Denise yang sedikit berat, memapahnya ke kamar untuk beristirahat.

Hari ini Denise hanya ingin didengarkan, orang yang tepat untuk bisa menjadi pendengar yang baik adalah Alexa, sahabatnya sejak pertama menginjakkan kaki di Korea Selatan. Alexa pendengar yang baik, sedikit banyak mengetahui bagaimana Denise dan segala keterbatasannya, bahkan dia satu-satunya orang yang tahu persis keadaan Denise saat ini, bagaimana Denise harus menjalani terapi untuk scoliosis-nya. Meski tidak mempengaruhi aktivitas Denise sehari-hari, tapi Alexa tidak pernah absen untuk mengingatkan Denise menjalani terapi rutinnya.

"Itu tidak seburuk yang kau fikirkan" Kalimat yang selalu Denise lontarkan ketika Alexa mengingatkannya untuk pergi ke dokter ortopedi.

Tapi, Alexa tidak ingin sahabatnya ini menyepelekan hidupnya, sekalipun itu terlihat baik-baik saja sejauh ini. Alexa bahkan pernah meminta Denise untuk cuti saja dari aktivitasnya sebagai member Secret Number dan fokus pada kesehatannya. Tapi, Denise tetaplah Denise, dia pantang dianggap lemah, apa lagi di depan orang yang dia sukai, yaitu Dita.

"Kenapa kau masih saja mempertahankan cintamu, padahal sudah tau akan sesulit itu mencapainya. Yah...sekarang mungkin wakunya untuk bebenah, ya kan ? Kamu harus bisa menjadi Denise yang aku kenal, jangan patah hati lagi" Tungkas Alexa melihat wajah polos Denise yang begitu tenang ketika tidur.

Alexa menarik selimut untuk menutup tubuh bongsor Denise yang sudah nyaman di kasur. Dia tersenyum sebentar sebelum meninggalkan Denise di sana.

***

KEDIAMAN SOODAM

Soodam sudah berjanji untuk mempertemukan Dita dengan Jinny. Hanya ini yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan grup-nya. Konflik inernal berkepanjangan membuatnya sedikit tidak nyaman, rasanya bukan hanya Soodam, tapi semua member merasakan hal yang sama.

Sebagai orang yang mendukung hubungan Dita dan Jinny sejak awal, bahkan mungkin bisa dikatakan dialah "mak comblang" keduanya, Soodam memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah dalam porsinya. Dia tidak ingin terlampau menyelam ke dalam hubungan keduanya, apa lagi terlibat dalam keluarga mereka. Apapun hasilnya kemudian, dia hanya bisa menerima, keputusan ada di tangan Dita dan Jinny.

"Unnie, apa kamu masih bersama Jinny unnie ?" Tanya Soodam kepada Lea yang ada di seberang telepon.

"Iya, dia sedang bersamaku" Jawab Lea.

"Kau sudah membaca pesanku kan ?" Tanya Soodam lagi.

"Iya, aku sudah membacanya. Aku sedang berbicara dengannya, tunggulah" Jawab Lea Lagi.

She is Mine #2 Cinta dan HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang