Part 5 Firasat

408 38 4
                                    

Flashback

Jinny tidak banyak bicara, dia bergegas ke back stage. Meletakkan microphone yang melekat di leher bajunya, matanya melihat kiri kanan ruangan mencari seseorang. Sampai akhirnya dia melihat laki-laki paruh baya dengan sweater hitam, badan yang tambun dan kaca mata yang menjadi ciri khasnya masuk ke ruangan menenteng beberapa barang. Jinny menghampiri si pria berkacamata yang tidak lain adalah Sang manager.

"Manager-nim, bisa kita bicara sebentar ?" Tanya Jinny sembari membantu meletakkan barang-barang yang dibawa oleh sang manager.

"Harus sekarang ?" Tanya sang manager masih sibuk dengan barang bawaannya.

"Iya" Jawab Jinny pendek saja.

"Baiklah, tapi sebentar saja, karena saya harus menyiapkan keperluan kalian yang lainnya" Sang manager mulai serius melihat ke arah Jinny.

"Aku hanya ingin bertanya, kenapa posisi duduk kami dirubah ? Bukankah seharusnya aku di tengah ?" Tanya Jinny penasaran bercampur rasa kecewa.

"Oh itu, itu permintaan dari pihak acara" Jawab manager-nim singkat.

"Bukankah anda harusnya terlibat untuk hal kecil ini ?" Jinny tidak puas dengan jawaban sang manager, "Maksudku tidak bisakah lain kali kita yang mengatur hal kecil semacam ini ?"

"Justru karena ini hal kecil, jadi tidak perlu dipermsalahkan bukan ?" Balas manager-nim tegas.

"Oke, aku akan sedikit memaksa, aku tidak ingin posisi kami dirubah lagi apapun alasannya" Jinny mulai lepas kendali, dia menjadi sedikit emosi, tatapannya berubah menjadi sangat mengerikan.

"Jinny, kalian masih rookie, permintaan pihak acara atau penyelenggara itu sangat-sangat penting, kita bahkan harus menjadi pihak yang pengertian di posisi ini" Manager-nim melemahkan suaranya untuk mengontrol emosi Jinny yang sangat terlihat di mata yang kini menatapnya begitu tajam.

Jinny tidak menjawab, dia sadar betul dengan perkataan sang manager, dia tidak bisa menjadi egois, dia hanya cemburu, itu saja.

"Baik, aku mengerti" Tungkas Jinny masih menyisakan kekecewaan dan meninggalkan sang manager yang mulai kebingungan.

Jinny sadar apa yang dilakukan tadi salah, salah besar. Seharusnya dia tidak melampiaskannya ke sang manager.

Jinny melangkah jauh dari ruangan, sampai di pintu depan gedung langkahnya terhenti. Dia mengelus dadanya, seperti sedang menenangkan dirinya, kemudian dia kembali berjalan, entah dia pergi ke mana, dia sendiri tidak tahu, yang pasti dia ingin menenangkan diri, mengontrol emosinya yang tak karuan.

Aku tidak boleh menjadi egosi, tadi itu hanya hiburan. Segala resiko seharusnya sudah menjadi tanggungan setiap orang, cemburu itu wajar. Kamu pasti bisa Park Jinny.

Jinny terus berjalan dengan segala keluh kesahnya, sampai dia tidak sadar bahwa dia sudah berjalan terlalu jauh dari gedung. Tidak lama terdengar suara ponselnya berdering, tapi diabaikannya, Jinny masih berjibaku dengan perasaannya. Ponselnya berdering lagi dan sekali lagi Jinny mengabaikannya, sampai deringan berikutnya Jinny mulai mengalihkan perhatiannya pada layar ponsel.

"Baiklah, mari lakukan yang terbaik Jinny, jangan kecewakan orang-orang sekitarmu, terutama orang yang paling kau cintai" Jinny menghela nafas panjang dan sampai kemudian dia mengambil langkah sedikit berlari berputar arah kembali ke gedung.

Wajah Dita terbayang-bayang di pikirannya, seakan sedang menunggunya di sana.

Dita pasti sangat cemas

She is Mine #2 Cinta dan HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang