003

4 2 0
                                    

Drama sudah dimulai sejak 5 tahun lalu, ketika Lelaki itu sebelum tertimpa karma.

Disekolah, tepatnya di toilet tanganku kotor dan hendak membersihkan. Aku menatap cermin besar, mengusap keringatku dengan sapu tangan rasanya cukup lelah ketika membersihkan lapangan sekolah.

Hari ini.
Aku telat untuk pertama kali dalam sekolah baru ini, tadi pagi ada masalah dirumah yang membuat bunda membutuhkanku. Bude-arimi tetanggaku ia memesan kue untuk acara syukuran dirumahnya, seharus sudah selesai tinggal dibawa lalu dibayar. Namun, kecelakaan yang menyebalkan terjadi, ayah naik ke meja menginjakkan kaki-kaki kotor ke kue tersebut. Bunda hanya pergi ke toilet dan aku berada di teras mengenakan sepatu hendak pergi ke sekolah.

Tiba-tiba Rini berteriak kencang dan suara berjatuhan terdengar sampai halaman rumah. Jantung ini serasa copot saking kagetnya lalu, hal yang pertama di lakukan adalah memastikan apa yang terjadi di dalam. Aku kesal dan marah ingin ku ucapkan kalimat tak pantas kepada orang gila ini yang telah menyusahkan sejak dia ada. Aku ingin menangis sejadi-jadinya tapi, apakah hal itu akan mengembalikan waktuku?.

Wajah bunda lesu, tapi masih bisa membujuk ayah turun dan membersihkan kaki-kaki ayah karena menginjak kue tersebut. Lalu perlahan membawa ayah ke kamar setelah itu menguncinya.

Kenapa hidup ini begitu kejam?
Apakah karena aku terlalu bersabar?
Tapi, Tuhan mencintai orang yang bersabar. Kalimat itu dari bunda.

Bunda menatapku " gak papa ran, pergi aja sekolah biar bunda sama Rini yang bikin baru kuenya,, kita udah di amanahkan." Aku menggeleng. " Alangkah baiknya jika anak bunda yang berguna ini membantu bunda, masalah sekolah bisa di selesaikan nanti karena hari ini pelajaran olahraga kok pasti guru hanya menyuruh bermain di lapangan." Jelasku  sambil tersenyum senang.

Dia sangat baik.
Bumi mencintai dia begitu juga alam.
Aku yakin dia termasuk orang-orang yang dirindukan oleh surga.
Tuhan selalu ada untuk orang seperti bunda.

Tiba-tiba suara berteriak dan gaduh bercampur jadi satu. Suara hentakan kaki juga terdengar, mataku menyipit pada salah satu pintu terbuka terdapat beberapa siswa siswi berdesak sambil berteriak histeris. Aku melangkah keluar dan cahaya siang hari menyinari penglihatan aku, aku tak ingin melihat ini serius.

Siswi tergeletak disana dengan darah mengalir, beberapa guru menutup badannya dan guru menyuruh untuk masuk kekelas masing-masing bel terus berbunyi hingga kegaduhan siang ini tak bisa di hentikan.

Aku menatap sekelilingku tak ada yang mengasihi dia yang sudah tak bernyawa dibawah ini.

" Eh? Serius dia bunuh diri?"

" Iyaaa,, katanya karena keluarga dia cerai terus dia diusir sama papinya.."

" Dia bukannya anak orang kaya."

" Kemarin, dia disindir sama guru karena tunggak bayar SPP padahal kan dia selalu lunas awal bulan."

" Sedih banget, padahal 6 bulan lagi lulus."

" Mentalnya ga kuat,"

" pasti dia malu karena dia jatuh miskin,"

Musibah apalagi ini?
Apakah cara begini sudah reda..
Bukannya cara ini memperburuk keadaan...

Berdamai saja dengan diri sendiri meskipun sedang sulit.

Kehidupan Yang Saya Lihat (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang