012

2 0 0
                                    

Di setiap malam, pukul 03:00 terus berbunyi suara gentong yang di pukul santai, tetapi, suaranya begitu keras.

Aku menatap arah jam, diluar masih terlalu malam untuk usiaku bangun. Tapi, ini lah terjadi kepadaku. Aku tak pernah bermimpi tentang hal indah setiap aku tertidur.

Mata ini selalu terjaga pada waktu yang tepat, bahkan dihari libur aku selalu bangun jam segini. Pikiran ku kosong, hidup ku tetap sama. Hampa.

Kulihat kearah sisi kiri, pintu kamar ku terbuka sedikit, ada cahaya sedikit yang menyinari kamarku. Aku beranjak membuka pintu.
Bunda.

Tertidur setelah menyiapkan bahan kue. Pesanan untuk hari ini lumayan. Karena kantin disekolah tetangga sebelah memesan risol cukup banyak.

Aku membersihkan sisa adonan nempel wadah-wadah, dengan hati-hati tanpa membangunkan bunda. Tetapi, ketika aku hendak mencucinya, suara air kran begitu keras hingga membangunkan bundaku.

" Ya ampun Rana, biar bunda aja yang bereskan kamu harusnya belum bangun jam segini, nanti kamu ngantuk lagi disekolah. " Ucap bundaku tersadar.

" Tidak apa-apa." Ucap Rana tersenyum.

" Udah sini bunda aja, " Ucap bunda-ku.

Dia mendekati ku, lalu mengambil alih pekerjaan ku, aku bisa melihat jelas kantung matanya sudah menghitam ada rasa sedih, tetapi, aku tau dia wanita kuat.

" Oiya, ambil piring di kamar ayah kemarin malam, ayah makan. " Suruh bunda.

Aku mengiayakan lalu pergi ke kamar ayah, aku membuka pintu kamar ruangan ini gelap sekali, ada bau pengap karna ayah tidak suka tempat terbuka. Ayah masih tertidur.
Aku langsung mengambil piring, aneh, meskipun ada noda bekas sambal tapi kenapa nasinya bersih? Pikirku biasanya selalu berantakan.
Aku tatap ayah sekali lagi sebelum pergi, dia masih tidur, matanya tertutup, badanya diselimuti selimut.
Aku menghela nafas, lalu berjalan kearah pintu.

Sebelum aku keluar, aku mendekati ayahku lagi, rasanya aneh dia tertidur dengan tenang, tidak mengorok ataupun ngiler. Dia sangat santai. Aku memegang kepalanya, seakan dia baik-baik saja. Perlahan aku mengoyangkan badannya, tak ada jawaban. Aku memeriksa nafas yang keluar dari hidung. Kosong tak ada rasa hangat.

" BUNDA! " Teriak ku dengan mata berkaca-kaca.

--------

Suasana ini cepat berlalu, tangisan bundaku belum terhenti, rini selalu memelukku dengan erat. Dia menangis aku tak tau apa yang kurasakan hari ini. Kosong. Dia pergi untuk selamanya.

Semua orang di keliling ku memakai pakaian hitam, kecuali pak ustad. Ada beberapa kali membacakan surat ataupun doa yang kudengar. Berulang kali hatiku tak tahan.
Akhirnya, Orang jahat akan selalu meninggalkan bekas luka. Hari ini, apakah sama dengan hari besok?.

Apa aku masih belum bisa memaafkan? Batin berulang kali.

Sesampai dirumah, Orang-orang baik menghibur bunda yang sedari tadi tak bisa menahan air matanya.

" Yang tabah bunda Rana. "

Ku pergi diam-diam lewat dari belakang rumah, aku benci situasi seperti ini sebernarnya. Aku muak!
Aku pergi ke lorong gelap tempat aku biasa jalan Artenatif ke sekolah, jalan ini di tutup ada pagar kawan tajam diujung kan karna pembangunan.

Hidup ini berjalan dengan apa yang terjadi kah?
Kenapa aku, marah jika awalnya aku ingin dia mati. Aku tidak sanggup. AKU BENCI AIR MATA.
Aku..
Sebenarnya
RANA ingin ada rasa sayang ayah sebelum ayah pergi. Rana ingin ayah beliin mainan kaya dulu buat rana. Ayah jangan pergi makannya. Ayah udah punya banyak uang kenapa ayah tetap pergi..

Teriak ku frustasi.

Rasa sakit ini ucapku memukul dadaku.

Masih ada, tetapi disini ucap ku menunjukkan arah hati.

Rasa sayang untuk ayah.

Maaf, selama ini selalu berfikir kenapa ayah memberi rana kehidupan jika ayah menyusahkan rana.

Tapi, ayah sumber kebahagian bunda.
Ayah.
Maaf.

Aku tak tahan lagi, aku teriak sejadi-jadinya disana aku sudah tak kuasa menahan air mata yang kutahan. Aku kehilangan kendali saat aku menjambak rambutku sendiri.
Izinkan aku bertemu sekali lagi, aku ingin minta maaf ucapku berulang kali.

Saat menuju rumah, rumahku penuh dengan guruku.
Wali kelasku, memelukku erat berkata aku anak hebat selalu bisa menahan semua.

Selang beberapa kali guru guru perempuan memelukku. Aku melihat bunda dari ambang pintu berusaha tersenyum.

_____

"Rini, " Teriak afgan saat melihat rini sedang membaca buku.

" Iya ada apa?" Tanya rini.

" Ini, ayam goreng dari ibuku. " Ucap afgan sembari memberikan wadah berisi ayam goreng.

Waktu dulu. Afgan adalah teman terbaik rini.

"Ni, kamu bikin surat apa tentang ayah? " Tanya afgan menghampiri rini yang sibuk menggambar.

" Tidak ada?"

" Kenapa? " Tanya afgan penasaran.

" Karna aku tidak punya ayah, mungkin. " Jawab rini

" Hei, kenapa kamu berkata begitu, kalo kamu tidak punya ayah kenapa tidak pinjam ayahku, aku sudah bosan melihat ayahku. " Ucap afgan

" Kenapa kamu seperti itu? "

Belum terbalas pertanyaan rini, ayah afgan datang, tersenyum kepada semua orang.

"Hei, afgan yang ingin jadi spiderman. "

" Hei pak santo, lihat afgan anak saya sudah besar dia ingin jadi spiderman, saya masih menyimpan foto waktu dia mengumumkan Cita-cita. "

" Ayah hentikan. "

"Lihat lah rini, ayah ku menyebalkan. "

Rini hanya tertawa saja.

Ketika hari ayah, peserta didik disuruh untuk maju sesuai absen bersama ayahnya, ketika rini berdiri tiba-tiba ayah afgan berdiri disampingnya lalu mengiringi rini maju.

Rini melihat ke arah belakang, melihat afgan tersenyum lalu berteriak "semangat."

Ayah afgan duduk di bangku dengan rini berdiri didepan ayah afgan. Rini bergetar ketika memegang mic.

"Silahkan murid-murid untuk membacakan surat kepada ayah kalian. " Perintah guru.

Ayah

Orang hebat dalam hidupku
Dia memang tertutup hatinya
Tapi selalu mengetahui hatiku
Dia gagah ketika dia berani untuk menghibur aku.
Dia bahkan bisa menaklukkan serangan apa saja yang menghantui buah hati kecilnya.
. Ayah.
Sosok kesatria yang mengayunkan pedang siap, untuk melawan siapa saja yang  menghalangi anaknya untuk tersenyum.

dia sosok cinta pertama untuk anak perempuan dan dia motivasi bagi anak laki-laki.

Tapi, tanpa kehadiran dia aku tak bisa merasakan hal itu.
Kadang ayah, bisa bahagia dengan sendiri ketika dia pergi. Aku selalu berharap jika ayah ada disini untuk membantu ku melangkah jauh sejauh mana aku akan melewati rasa takut.

Kenyataan berbeda.

Walaupun, kenyataan begitu

Tetap ada rasa hangat untuk ayah serta sayang yang amat dalam. Meskipun ayah akan pergi jauh sejauh-jauhnya.

Itu yang rini katakan sebelum dia siap untuk kehilangan semua, surat bertahun-tahun dia simpan ketika dia bacakan di hadapan semua orang dan ayah afgan masih membekas. Dia termenung kenapa dia bisa membuat surat kedalam ini ketika dia merasakan kepergian nyata.

Rabu, 5 april 2023

Kehidupan Yang Saya Lihat (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang