0

10 4 0
                                    

Kamu hidup dimana?
Berada dimana?
Pengen tau saja hahaha!

Tertawa kecil, mendengarkannya saja sudah membuat muak apalagi harus menjawab pertanyaan bodoh itu.
Si-AKU masuk ke lingkungan bodoh beserta dengan orang-orang yang menyebalkan.

Kenapa disini!

Aku bagaimana?

Aku ga mau!

AKU hanya mencoba bernafas tenang sembari menunggu titik kemarahanku mereda, bagaimana aku berada di ambang ini sementara aku ingin mengakhiri?. Terus berusaha tidak kenal siapa-siapa, sementara disekolah baru ini wajah yang membosankan berlalu lalang!

Teriak batin ini menggebu-gebu, sejak pertama menginjak neraka ini saja sudah membuat mati ketakutan. Aku saja rasa ingin loncat dari lantai dua.
Mata ku sakit, kepalaku berfikir kotor bermaksud untuk memukul apa saja yang ada di hadapanku.

Badebah

Kalimat yang tak ada arti namun berasa  jorok.

Anjing!

Hanya nama binatang. Puas setelah mengatakan.

Diujung ini, AKU selalu saja menyendiri membayangkan kejadian lama-lama yang trauma tapi tetap tegar karena ini sekolah yang baru.

Kejadian tahun 2016, aku SMP terkena penindasan akibat latar belakang keluargaku yang terkutuk. Aku membencinya tapi aku tak bisa, aku sadar masih membutuhkan.
Orang-orang menganggap bahwa aku adalah anak-anak yang biasa, sampai kejadian aneh yang menimpa.

Kemalangan ini terjadi di tahun 2016, entah kenapa aku benci tahun itu, setidaknya tahun itu sudah lewat beberapa kali terlewat, namun masih saja teringat dengan jelas.

Aku duduk di samping ujung jendela, tersenyum setelah melihat nilaiku. 80 nilai sempurna tanpa ikut remedial gumanku sangat senang.

Aku memikirkan mata pelajaran apa yang akan ku kerjakan nanti setelah pulang sekolah.

....

Langkah kaki bergetar, Dia Gila bertelanjang berlari - lari kencang. sementara, di belakang dengan tongkat berusaha mengejarnya.

" Aa!!! " Teriak sang wanita mengejar namun kesusahan karena tongkat yang ia pegang. Tongkat yang indah membantunya berjalan.

" AA.. RIAN, KESINI!!!" teriak wanita itu lagi.

" Ayah, ayo kesini dengerin bunda!" Sang anak kecil berkuncir kuda menarik tangan dia.

Dia mendorong anak kecil itu sampai jatuh terjungkar bahkan ada lecet bagian lutut.

....

Kembali ke aku, aku menikmati suasana angin di jendela tiba-tiba siswa-siswi berlari keluar jendela begitu juga dengan guru melihat ke arah bawah ada keributan dan teriak-teriak.

" RANA!!!" Teriak dibawah.

Aku kaget, lalu keluar melihat ke bawah dari lantai 2.

Sosok pria bertelanjang tersenyum mengerikan dan badan kumuh berserta dengan pasir-pasir atau debu melekat dengan badannya.

Security dan pak guru berusaha untuk memegang tangan dan menghentikan perbuatan pria tersebut.
Sementara guru perempuan menyuruh muridnya masuk kembali kedalam kelas. Beberapa dari mereka tertawa keras sehingga berteriak!

" orang gila- orang gila!!" Berulang kali

ORANG GILA!

ORANG GILA !!

ITU BUKANNYA AYAHNYA RANA?!

Akhirnya terungkap sudah, aku mengangguk sambil menahan meskipun beberapa murid lain melihatku dengan tatapan aneh.

Kalimat-kalimat menyakitkan terus berdema di telingaku bahkan beberapa murid menjauhiku.

...

" Kami meminta maaf atas apa yang terjadi pak!" Ucap Rin sambil menutup telapak tangannya memohon.

" Kami mengerti buk." Ucap guru disana.

Aku hanya tersenyum, setelah semua selesai ayah di bawah pulang di antar menggunakan mobil dan juga setelah ayah dikenakan baju.

Rin, menghampiriku, mengelus pundak. Sedikit mengharukan karena Rin mengerti apa yang aku rasakan. Tapi Rin tak bisa mengatakan apa-apa kecuali Bersabar.

Masa lalu kelam, kini kembali ke masa sekarang dimana sedari tadi aku sendiri hanya menunduk lalu-- mengangkat kepala lalu- menunduk lagi.
Aku memegang buku tulis kosong, sedang berlangsung MPLS namun aku tak peduli. Yang ada aku akan di diceritakan lagi.

" Ihh... penerima PIP sekolah sini ya?"

Aku menoleh sedikit, aku menebak siapa yang datang, si iblis dengan 3 pengawal terkutuk mendekati sang bidadari yang baik hati ini. Aku sudah bosan melihat wajah mereka yang seperti sok-asik jika berhadapan dengan diriku.

Aku tersenyum, lalu menjawab.

"Iya cantik."

Dengan sempurna dia duduk di sebelahku tiba-tiba mencampakkan bukuku. Ke-3 temannya tertawa lalu menendang hingga jatuh di tanah.

" Ga malu ya?" Tanya Clara.

Sicantik bertanya tentang bagaimana perasaanku sekarang, tapi tetap sama saja jawabku apa adanya.

" Bingung."

Si cantik ini merangkul layak sahabat selamanya bagai kepompong, beberapa mereka mendekatiku lalu memainkan rambutku. Sudah tebak ada yang nyangkut di rambutku.

" Ga nyangka ya, satu sekolah lagi, padahal aku pengen banget Lo kau itu jauh-jauh dariku, tapi kayaknya..." Clara melepas rangkul menatap ku.

" Oiya! Gimana sih rasanya dapat Bantuan dari pemerintah?" Sindir Cantika.

" Senang." Ucapku simpel.

" Tertulis keterangan tidak mampu ga?" Tanya Bella.

" Tidak."

" Kasih tau dong, gimana rasanya dapat bansos terus di cam keterangan tidak mampu, sama apa?? Oiya father crazy?" Bisik Clara namun masih terdengar jelas oleh teman-temannya.

" Senang, rasanya seperti di perhatikan pemerintah mulai dari kebutuhanku sehari-hari hmmm begitulah." Jawabku.

" Masalah keluarga, itu musibah!" Ucap aku lalu tersenyum.

Minggu 27 Maret 2022

Kehidupan Yang Saya Lihat (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang