010

4 1 0
                                    

Imam adalah kemudi dalam mengarungi zaman. Hal ini terjadi sekarang.
Awan berwarna hitam ini tak henti-henti mengikatku dari belakang, aku sudah kikuk, tidak bergeming dan hanya membuang-buang nafas ku saja.

Ada rasa iblis bersembunyi dilubuk kecil ini, mengatakan dengan ekspresi sirap hati yang menggebu-gebu. Tak bisakah ada nur bermekar diantara sisa-sisa jiwa murka ini?.
Pukulan ini langsung membengkak diwajah mulus yang sudah dirawat berjuta-juta ketulusan serta uang mengalir.
Jelas sekali, benjolan merah membekas hingga membuatnya tak berdaya.

" SAYA TAK PERCAYA DENGAN APA YANG KAU LAKUKAN CANTIKA!?"

Teriakan kekecewaan ini, benar-benar dari ulung hati si-ayah. Aku tak mengerti situasi apa yang dibuat oleh Tuhan untuk Cantika. Tapi, kenyataannya Cantikalah yang berpaling dari Tuhan.

Aku hanya berpendapat begitu, tetapi, tak bisa mengetahui pendapat apa yang bisa aku tuangkan apakah ini benar atau salah?.

Air mata Cantika tak berhenti turun, Air mata tanda tak ada harapan lagi ini bukan lagi tentang bagaimana cara semua akan baik-baik saja tetapi bagaimana cara agar semua berhenti dan cukup sampai disini.
Fisik sudah menunjukkan kelemahan di tanggung mental yang memalukan, siswa-siswi di seberang menatap dia tanpa ada rasa sabar semua asik menonton termasuk aku disini

Masalahnya dengan masalahku berbeda, tetapi memiliki rasa yang sama, hampa dan menangis ingin meminta pertolongan untuk menghentikan waktu sakit ini.

°°°

Kembali dimasa lalu kelam aku, sehari setelah kejadian mematikan menimpa mental, setiap perjalanan neraka,  tubuhku bergetar seakan seseorang menyoraki dengan sebutan yang tak layak. Orang ini melempariku dengan kertas, aku mengambilnya karena tertulis tulisan yang aku harap adalah tanda semangat, aku meminta untukku bertahan. Semua adalah ejekan tertulis GILA, hebatnya siswa-siswi di sekolah menengah pertama ini tak ada beretika baik semua sudah tidak peduli.

Di belakang sekolah tempat aku berdiam diri, aku menyenderkan punggungku membiarkan bajuku kotor akibat cat sekolah luntur. Membuka satu persatu kertas yang dilempar ejekan selalu sama, tidak ada yang berkreativ untuk mengejek aku. Sungguh bosan membaca kertas itu. GILA, BODOH, TELANJANG, KERTAS INI BENAR-BENAR MENGERIKAN.

Sang-jiwa baik-baik saja aku hancurkan, aku butuh tempat menumpahkan sakit hatiku, aku ingin meneriaki kehidupan pahit ini. Aku sungguh malu.
Aku lelah jika hidup selamanya begini, rumah dan sekolah adalah tempat kebencian menjadi.
Perut ini lama-lama berubah menjadi suara gelegar petir, tak ada nafsu untuk menikmati makan, hanya tatapan kosong sambil memegang perutku erat.
Tetap saja ini membuat gelegar semakin menjadi, saat aku buka kotak makanan.

Hai Rana, semangat sekolahnya. Kasih tau bunda jika kamu butuh pelukan ❤️.

Hal ini membuat aku yang benar-benar lemas menangis sejadi-jadinya. Aku masih tak percaya dengan surat hangat, apa yang harus kulakukan ketika dia benar-benar ada untuk aku yang terluka.
Setelah mengalami hal mengerikan kemarin, mata ini masih saja mengeluarkan air serta isak-isakan tragis serta teriakan keras namun, tersamar oleh bel yang berbunyi seakan menghalangi suara keras ku. 


12 Juni 2022

Kehidupan Yang Saya Lihat (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang