Teruntuk kehilangan yang belum kuberi percaya;
Usai senja menggulung jingga, aku bersiap mengurai kenangan. Meyakinkan diri bahwa berpisah denganmu hanyalah mimpi buruk yang singgah untuk tak sungguh. Tapi tangisku yang kacau menyadarkanku bahwa permintaanmu benar-benar ingin berpisah denganku. Tak peduli seberapa besar aku bergantung padamu-- sampai hal remeh-temeh sekalipun.
Aku bahkan tak sadar sejak kapan tangisku mulai tak bersuara. Sebab, yang aku tahu, saban derai yang berurai dalam diam lebih menyayat hati dan memilukan. Ada banyak kekecewaan, kesedihan, dan kehilangan yang akan berkepanjangan--saat kamu memilih melanjutkan perjalanan sendirian-- tak ada peranku sebagai teman tualangmu.
Meski kamu tahu seberapa kacau aku usai menamatkan kisah denganmu, tak ada ragu yang mampu merayumu menetap. Kamu hanya mampu menatap saat aku benar-benar meratap--pada tiap doa malam yang kulangitkan-- perihal kisah kita yang rumpang. Sebab, kamu yang paling tahu rapuhku dalam juang melabuhkan cinta.
Di peraduan malam, 12 April 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parade Ujung Tualang
PoesíaSeiraAsa Anniversary's Challenge SeiraAsa 20 Hari Menulis Senandika Start: 11 April 2022 #AnniversarySeiraAsa #EventMenulisSeiraAsa #20DSAWC #KamarFiksi #Senandika #Perayaan #Kehilangan #Perasaan