Bab 2

7 1 0
                                    

Hana melangkah masuk, menghampiri Aidan. 

“Bang, kakak gue kemana?  Kok cuma bang Ai doang di sini?  Katanya ada temannya yang mau bicara sama Hana, tapi bang Rai malah hilang, dia serius gak sih minta gue ke sini atau cuma lagi ngprenk?” cerocos Hana sewot dan berkacak pinggang di sisi meja Aidan. 

Dalam hati Aidan, cowok itu sedang melayang, menikmati pandangannya ke Hana. Gadis cantik gaul yang bawel dan idaman bangetnya. 

“Adeeeh, bang Ai kok diam sih?” cetus Hana. 

Aidan berdiri membuat Hana mundur sedikit, saking dekat dan tingginya ketua basket itu. 

“Anu itu… ” ucap Aidan malu-malu, seperti Ibunya dulu ketika berhadapan dengan pujaan hati. 

“Anu itu apa, bang?” tanya Hana. 

“Itu Na, gue yang mau bicara sama lo,” jawab Aidan agak salah tingkah dapat berduaan di dalam kelas hanya bersama sang pujaan hatinya. 

“Hah, bang Ai?  Mau bicara apa sama Hana, bang?” tanya Hana heran, pertama kalinya cowok populer itu ingin bicara empat mata dengannya. 

‘Duh, kok perasaan gue mulai gak enak ya?' batin Hana deg-degan. 

“Apa jangan-jangan mau nagih utang? Tapi kan gue gak pernah minta uang ke bang Ai, kecuali ke adiknya, Keyra.” Jantung Hana tambah berdenyut-denyut melihat Aidan tersenyum manis padanya. Cowok itu sangat tampan hingga Hana terkesima. 

“Hana, gue…” ucap Aidan mulai tegang. 

“Gue apa, bang?”  tanya Hana semakin deg-degan. 

“Nanti sore lo ada waktu gak, dek?” tanya Aidan menatapnya. 

“Emmm… bentar, gue ingat jadwal dulu,” guman Hana menyentuh dagunya. 

“Kayaknya udah gak ada, emang... kenapa nanya soal waktu gue, bang?” tanya Hana yakin. 

“Itu gue pengen ajak lo jalan-jalan doang sih, lo mau gak?” tanya Aidan sangat tegang dan takut Hana akan menolaknya. 

‘Eh, kok rasanya bang Ai ngajak kencang ya? Apa cuma gue doang yang ngerasainnya?’ batin Hana ragu. 

“Lo mau gak, Na?” tanya Aidan sekali lagi. 

Hana pun tersenyum indah. “Boleh nih buat hilangkan beban pikiran tugas sekolah juga,” ucap Hana setuju. 

Senyum Aidan melebar sempurna. “Yes, bagus.”

“Tapi, jam berapa pergi jalan-jalannya, bang?” tanya Hana.

“Jam 04.32 sore. Gue akan datang ke rumah lo, terus minta izin ke Mama lo sekaligus, Na.” Aidan serasa ingin melompat riang. 

“Weh, jangan bang!” tahan Hana. 

“Loh, kenapa?” tanya Aidan mengernyit. 

“Anu, mama gue itu gak suka Hana jalan sama cowok,” jawab Hana jujur. 

“Loh, gue kan bukan orang lain, gak bakal macam-macam sama lo,” ucap Aidan agak kecewa. 

Pemilik Hati Tuan AidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang