Kreek! Aidan mendorong pintu minimarket. Perlahan masuk dan mengamati sekelilingnya. Aidan khawatir seseorang mengenalinya, bisa ribet kalau ada orang lain melihatnya membeli susu bayi.
Terlihat minimarket hari ini cukup ramai, sehingga kehadirannya tidak terlalu mencolok di mata pembeli.
“Aishh, susu apa yang harus gue beli nih?” gumam Aidan mendesis bingung susu mana yang akan dia ambil di rak depannya. Begitu banyak merek membuatnya terlihat bodoh.
“Sial, gue kayak orang gila bengong sendiri di sini!” gerutunya kemudian merogoh saku celana.
“Ahhh, kenapa gue bisa lupa minta kontaknya Qila sih!” cetusnya tadi ingin menelpon Qila tapi Aidan lupa memintanya sebelum ke sini. Soal mata pelajaran, Aidan memang ahlinya, tapi soal mengurus bayi, dia sangat panik dan ketakutan.
“Sekarang gue harus gimana? Masa gue balik ke apartemen?” pikir Aidan melirik kusir. Terlihat masih banyak antrian panjang di depan sana.
Aidan berniat ingin tanyakan ke kusir tapi dia memikirkan lagi dampaknya. Bisa saja kusir itu akan curiga dia yang masih muda beli susu formula, apalagi gerak gerik Aidan dari awal cukup mencurigakan.
Sehingga, Aidan masih bengong di depan rak. Satu demi satu Aidan lihat dengan teliti sembari memikirkan bayi misterius itu. "Habis ke sini, gue harus pulang dan cek Cctv. Pasti ada jejak orang yang telah menaruh bayi itu!"
"Berani sekali ada yang cari masalah di keluarga Zardkizel!"
Terlihat tangan Aidan dikepal kuat-kuat, merasa muak orang yang sudah membuang bayi itu di depan rumahnya.
“Mentang-mentang keluarga gue kaya, orang itu seenak jidat naruh sembarangan bayinya! Kalau saja gue jahat, sudah gue buang bayi itu, tapi gue juga gak tega melihat bayi tidak bersalah itu menangis!” Aidan terus menerus mengoceh sendirian, tidak sadar seorang karyawan toko sudah berdiri di dekatnya.
"Permisi dek, ada yang bisa saya bantu?” tanya Mbak itu.
"Ahh, astagfirullah! Mbak, tolong jangan ngagetin lah!” ucap Aidan memegang dadanya. Terkejut tiba-tiba dikagetkan dari samping. Buru-buru Aidan menunduk-nunduk agar Karyawan tidak melihat jelas wajahnya.
"Haha, maaf. Habisnya tadi adek diam mulu di sini jadi mbak samperin, maaf ya dek kalau tadi mbak bikin kaget.” Karyawan itu tersenyum ramah.
"Yah, gak apapa kok,” ucap Aidan melihat merek susu.
"Kira-kira, untuk susu bayi cocoknya beli yang mana ya, mbak?” tanya Aidan tanpa menoleh.
"Oh, ternyata cari susu yang pas ya, dek?”
"Ya mbak," jawab Aidan singkat.
"Mau beli susu untuk keponakannya ya, dek?” tanya Mbak itu lagi.
"Duh, Mbak ini banyak tanya juga ya, benar-benar merepotkan harus menjawabnya!” gumam Aidan dalam hati.
"Ya mbak, Tante saya baru-baru ini habis lahiran," jawab Aidan berbohong dan sekali lagi tidak menoleh.
"Wah selamat dek, keponakannya cowok atau cewek nih?” tanya Mbak lagi.
Aidan mulai kesal ditanya terus. “Hadeh, nih mbak mau bantuin gue atau lagi usaha PDKT?” batin Aidan menjauh sedikit.
"Alhamdulillah cowok, mbak!" jawab Aidan tegas, bermaksud tak mau basa-basi.
“Oh ya, susu ini cocok kan mbak buat keponakan saya?” tanya Aidan mengambil satu merek susu kemudian menoleh ke Mbak itu, dan tersenyum kecut.
Mbak itu terdiam, dia terkesima dapat melihat Aidan langsung. Serasa melihat malaikat maut yang tampan, hampir membuatnya serangan jantung.
"Hei mbak! Saya lagi buru-buru, tolong jawab saya!” desak Aidan membuyarkan pandangan Mbak itu.
"Astaga, maaf. Silahkan ke sana saja, dek."
Aidan agak emosi mendengarnya. Bukan dijawab, mbak itu malah menyuruhnya ke kusir.
"Cih, bikin jengkel aja beli di sini, emang muka gue ada yang salah gitu sampai mbak itu bengong di sana?” pikir Aidan mengabaikan mbak itu, dia pergi ke antrian, menunggu paling belakang sambil terus menunduk.
Setelah membeli dua kotak susu, Aidan masuk ke dalam mobil, dan meletakkan kreseknya di kursi sebelah. Aidan pun menyalakan mesin, menancap gas dan menyetir meninggalkan minimarket.
"Huh, sudah jam 04.45 sore nih. Apakah toko Dedelional itu masih terbuka ya?” pikir Aidan ingin mengambil gelangnya.
"Kalau gue ke sana dulu, kayaknya gak papa deh, lagian ada Qila yang jagain bayi itu. Tapi gue juga gak enak ngerepotin Qila, apalagi dia baru saja tiba di sini, pasti Om Wira dan Tante Kinan sudah menunggunya di rumah."
Aidan bimbang, memikirkan gelang, bayi dan Qila.
"Ah, sudahlah. Mending gue ke toko itu dulu."
Aidan mendesah sebal kemudian melaju cepat ke toko Dedelional.
Sesampainya di sana, Aidan masuk ke dalam. Terlihat toko itu lumayan besar dan mewah. Pernak-pernik aksesories begitu banyak dijual. Sehingga kalangan dari anak-anak hingga tua dapat memilih-milih sesuka hati.
Aidan langsung saja menuju ke tempat kasir.
"Permisi Mas," ucap Aidan pada Karyawan laki-laki.
"Ya ada apa, dek?” tanya Karyawan itu.
"Itu, saya orang yang pesan gelang perak dari koplakbuka. Apakah barangnya ada di sini?” jawab Aidan bertanya juga.
"Oh yang itu, tentu ada, dek. Tolong tunggu sebentar ya, saya ambilkan dulu," ucap Karyawan itu pergi setelah Aidan membayar.
Aidan pun berdiri menunggu pesanannya, tiba-tiba dia terkejut saat pintu toko itu dibuka oleh beberapa geng gadis-gadis muda. Aidan membola melihat mereka adalah teman-teman kelas Hana. Jika begitu, pasti salah satu di antara mereka ada Hana, kan?
Benar saja, Hana ada bersama mereka. Aidan buru-buru mengambil satu masker, memasangnya agar Hana tidak melihatnya. Dia menepi ke tembok dan berusaha tidak mengambil perhatian Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilik Hati Tuan Aidan
Teen FictionMohon bijak memilih🔥 bacaan ya bestie, Terima kasih. Facebook : Camellaa Mencintai adik kelas itu sudah biasa, tapi bagi Aidan (17 tahun) itu sangatlah luar biasa dapat merasakan pertama kalinya jatuh cinta pada gadis gaul dan cerdas seperti Hana (...