Bab 3

4 2 0
                                    

Aidan menghirup nafas dalam-dalam di depan pintu rumah Raiqa. Gugup luar biasa tidak lama lagi akan kencan bersama pujaan hati. 

“Okay Ai, pasti Hana sudah pulang, dan waktunya lo ajak dia jalan-jalan hanya berdua!” teriak Aidan dalam hatinya. 

Ding Dong… 

Aidan menekan bel, namun belum ada respon. 

“Hem, kok lama banget gue dijawab? Apa mungkin gak ada orang?"

Ding Dong… 

Tetap saja tak ada jawaban dari dalam. 

“Raiqa kemana sih?” desis Aidan mengeluarkan ponselnya, dia pun mengirim chat ke Raiqa. 

@Aidan:
Bro, lo gak ada di rumah? 

@Raiqa:
Yoi, gue lagi di rumah Beto,
main game online nih,
lo ke sini saja deh, Ai. 

@Aidan:
Kamvret lo, Rai! Gue kan tadi mau
ke rumah lo ngajak Hana kencan,
masa lo main cabut gitu saja sih…

@Raiqa:
Waduh, gue lupa Ai,
sekarang lo ada di mana nih? 

@Aidan:
Sudah di depan rumah lo bombang,
tapi gak usah mikirin gue,
sekarang adek lo ada gak di rumah?

@Raiqa:
Bentar, gue telpon adek gue. 

Aidan pun duduk di teras rumah, menunggu balasan Raiqa. Tidak tertinggal, tatapan cowok itu menelusuri halaman rumah tetangganya. 

“Hem, sepertinya Om Wira dan Tante Kinan belum pulang dari luar kota, kalau begitu gue bisa puas nih ngajak jalan Hana di luar sana,” gumam Aidan berbunga-bunga. Kemudian menatap ponselnya. Tidak sadar, seorang berpakaian misterius tidak dikenal berjalan ke rumahnya, meletakkan satu buah kardus misterius kemudian pergi meninggalkan kardus bekas itu. 

Aidan mengangkat dagu, menatap ke rumahnya. Sontak, dua alisnya terangkat melihat ada kardus di depan pintu rumahnya. 

“Loh, kok ada kardus? Tadi pas ke sini kayaknya gak ada deh,” batin Aidan heran. 

“Cih, ini pasti kerjaan Keyra main taruh sampah sembarangan, awas saja, aku bakal balikin sampah itu ke kamarnya.” Aidan berdiri dari kursi, meninggalkan rumah Raiqa, dia menuju ke rumahnya. 

Langkah demi langkah, Aidan mendekati kardus itu. Dia celingukan melihat sekeliling tidak ada orang. Aidan pun yakin kardus ini milik Keyra. Namun, saat mengangkat kardus itu, Aidan hampir tidak dapat menstabilkan keseimbangannya. 

“Ya ampun, berat banget juga nih kardus, isinya apa sih sampai gue susah payah angkatnya?” Aidan meletakkan hati-hati kardus itu, lalu jongkok dan perlahan membukanya. 

DeG! 

Aahhh!

Pekik Aidan jatuh beringsut ke belakang, terkejut isi dalam kardus itu adalah… 

Oeeekkk… 

Mata Aidan melebar sempurna, melotot tidak percaya isinya adalah bayi kecil kemerah-merahan. Sekilas dapat diprediksi bayi itu mungkin baru berusia tiga bulan. Aidan sangat syok, ia pun kembali melihat bayi itu yang dibalut selimut mulai ingin menangis. 

“Astaga, ini bayi asli? Atau gue lagi mimpi?” Aidan menampar kedua pipinya, dan tentu itu sakit. Aidan pun sadar yang dia lihat nyata. 

“Si-siapa bayi ini? Ke-kenapa bisa ada di sini? Siapa yang bawa?” Aidan berdiri, mengintip isi rumahnya dan ingin menanyakan ke pembantu. Tapi, bayi itu agak rewel, sehingga Aidan mengangkat kardus bayi itu, menggoyangkan sedikit agar bayi itu tenang. Beruntung, bayi itu kembali tertidur. 

“Fiuh, susah juga ngurus bayi ini, tapi sekarang gue harus masuk dan cari pembantu sebelum Keyra melihat bayi ini duluan, gue takut Keyra ngomong tidak-tidak soal bayi ini, atau lapor ke mommy dan daddy .” Aidan mengintip, lagi-lagi matanya melotot ingin keluar melihat di tangga ada Keyra sedang turun. 

Oh my god! Kenapa sih dia turun!” Aidan kalang kabut tidak tahu harus bagaimana, sontak dia sembunyi di balik tiang rumah saat pintu dibuka oleh Keyra. 

“Hem, kayaknya tadi ada suara bayi, apa gue salah dengar ya?” gumam Keyra garuk-garuk kepala. 

Aidan menelan ludah susah payah, berkeringat hebat melihat Keyra yang sempat mendengar tangis bayi itu. Apalagi Keyra melangkah perlahan ingin ke arahnya. 

“Duh, masuk sekarang gih, gak usah ke sini napa?!” cetus Aidan dalam hati tidak tahan mengangkat kardus itu. 

“Tau ah, mungkin gue salah dengar.” Keyra masuk, menutup pintu rumah. Aidan buru-buru lari ke rumah Raiqa. 

Ting… 

Satu pesan masuk. 

@Raiqa:
Sorry bro, Hana bilang dia ada tugas
kelompok di rumah temannya,
jadi sepertinya rencana buat
nembak adek gue hari ini ditunda
saja deh, maaf ya Ai.

@Aidan:
Hadeh, ya udah deh gue tunda,
tapi sekarang lo bisa gak pulang ke sini? 

@Raiqa:
Sorry Ai, gue lagi sibuk push rank,
lo ke sini saja deh, ntar mama dan papa
gue curiga lagi kalau lo di rumah gue terus.

@Aidan:
Hah, mama dan papa lo udah mau balik? 

@Raiqa:
Yoi, adek gue si Qila udah
pulang hari ini ke Jakarta,
jadi itulah mama dan papa
 gue pulang kerja hari ini. 

@Raiqa:
Sekarang lo ke sini saja deh
main game bareng gue dulu. 

@Aidan:
Aduh gue keknya gak bisa,
lo lanjut saja deh mainnya.
By. 

Chat mereka pun berhenti di sana. Aidan bingung kemana harus membawa kardus itu, ingin ke panti asuhan, tapi dia juga tidak tega. Ingin membawa ke polisi tapi takut nanti makin ribet. 

Tiba-tiba saja, seseorang memanggilnya dari belakang. 

Excuse me, Tuan.”

DEG! sekali lagi Aidan terkejut mendengar suara tidak asing itu, suara yang sama persis dengan pujaan hatinya.

"Mungkin kah itu Hana?” 

Pemilik Hati Tuan AidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang