Bab 9

3 1 0
                                    

Mama Kinan tersenyum lega melihat putri bungsunya sampai dengan selamat, wanita itu berdiri, memeluk putrinya.

"Syukurlah, kamu sudah pulang, Nak. Mama kangen banget sama kamu," ucap Mama Kinan.

"Qila juga kangen Mama," lirih Qila membalas pelukan mamanya dan sedikit menangis merasakan tangan Ibunya sedang membelai rambutnya dengan lembut.

"Ehem, sama Papa gimana nih?" 

Qila menengok pria berkacamata yang sudah berdiri di samping Ibunya. Qila melepaskan pelukan Ibunya, dia pindah ke Papa Wira.

"Qila kangen juga sama Papa," ungkap Qila mendongak dan tersenyum sumringah.

"Alhamdulillah, Papa senang melihatmu. Gimana kabarmu berada di sana, Nak?" tanya Papa Wira mengelus punggung putrinya. Putri yang tidak pernah membuatnya naik darah.

"Nilai kamu gimana, sayang?" tambah Mama Kinan ingin tahu.

"Al-alhamdulillah, nilaiku baik, Mah," jawab Qila tersenyum ceria.

"Kabarku di sana juga baik, Pah," lanjut Qila deg-degan.

"Baguslah, kamu sudah ada kemajuan. Dua hari nanti, Papa bisa memasukkan kamu ke sekolah Hana dan Kakakmu Raiqa. Papa harap, nilai kamu jauh lebih baik di sini," ucap Papa Wira menepuk lembut kepala putrinya.

"Dan besok, Mama akan bawa kamu ke mall. Penampilan kamu harus diubah, Mama ingin kacamata dan gaya rambutmu itu diganti," sambung Mama Kinan.

Qila mengangguk saja dan menurut. Tiba-tiba saja, ketiganya menoleh saat Hana masuk.

"Wah asik nih Qila pindah sekolah," riang Hana merangkul lengan Qila.

"Papa masukin Qila ke kelas gue ya," tambah Hana tersenyum manis.

"Terus, Hana ikut ya Mah ke mall, pleasee," mohon Hana merengek ke Ibunya.

"Baiklah. Tapi ingat, jaga adikmu." Mama Kinan dan Papa Wira setuju permintaan Hana.

"Yes, aseeek! Hana sayang Mama dan Papa!" ungkap Hana memeluk orang tuanya .

"Ya sudah, mari kita keluar makan sekarang," ajak Papa Wira ke istri dan anaknya. Dia keluar bersama Mama kinan. Hana pun ikut keluar dan berlari riang. Qila tak mau ketinggalan, dia juga keluar dari kamar lalu menyusul Hana. Terlihat malam ini keluarga Tuan Wira sudah kumpul bersama. Menyantap makan malam dengan gembira. Tak lupa Raiqa dan Hana sering kali bikin rusuh di meja makan.

Malam yang cukup istimewa, tapi tidak untuk keluarga Tuan Rayden di rumah sebelah. Terlihat daddy Aidan itu sedang memegang cambuk menunggu putranya yang tidak pulang-pulang.

"Keyra, kemana kakakmu?" tanya nyonya Arum ke putrinya yang sedang mencontek tugas dari buku Aidan.

"Key gak tau, Mom. Tapi tadi sore bang Ai keluar terus ke rumah tetangga," jawab Keyra menunjuk.

"Ke sana?" gumam nyonya Arum menyentuh dagu lalu menelpon Mama Kinan dan melihat suaminya sedang mondar mandir di depan pintu masih menunggu Aidan pulang.

"Oh begitu, baiklah. Maaf sudah mengganggumu."

Nyonya Arum membuang nafas panjang tahu putranya tidak ada di sana.

"Kenapa, Mom?" tanya Keyra melihat Mamanya berhenti menelpon.

"Huh, kakakmu sepertinya mulai keluyuran, dek." Nyonya Arum pusing dan heran mengapa bisa putranya keluar tanpa mengirim kabar sampai saat ini.

"Nah kan, ini pasti gara-gara Raiqa! Keyra yakin, bang Ai lagi keluyuran bareng Raiqa, Mom!" ucap Keyra mendengus.

"Salah dek, Raiqa ada di rumahnya," timpal nyonya Arum.

"Hah? Terus kemana bang Ai, Mom?" kaget Keyra.

"Entah, mommy juga tidak tahu kakakmu itu," ucap nyonya Arum memijat kepalanya.

Braak!

Nyonya Arum dan Keyra tersentak melihat Tuan Rayden menutup pintu dengan marah dan kecewa. Buru-buru Nyonya Arum menghampiri suaminya.

"Sayang, sudah ya tidak usah marah-marah, mungkin Aidan lagi keluar nugas di rumah temannya, kita tidak usah prasangka dulu ke anak kita, mending kita makan malam yuk," ajak Nyonya Arum menghibur suaminya.

"Cih, anakmu itu sudah mulai kelayapan malam-malam begini. Dia sudah berani bandel hari ini, sayang. Jika besok aku tidak melihatnya pulang, awas saja, jatah jajannya aku tarik sebulan!"

Keyra menelan ludah melihat Daddy nya itu serius. Pasalnya, Aidan tidak pernah keluar malam, dan pergi tanpa kabar.

"Udah udah, yuk kita makan dulu, sayang." Nyonya Arum menarik suaminya ke dapur. "Keyra, ayo sini ikut makan juga!" panggilnya ke Keyra.

"Baik, Mom!" Keyra pun bergegas ke dapur, mengisi perutnya yang kelaparan dan tidak lupa mengirim pesan ke Aidan.

@Keyra:
"Bang, mommy dan Daddy dah pulang nih, Lo kemana? Tumben Lo gak pulang-pulang? Kasih kabar juga gak ada nih, Lo kayak bang Toyib, bang!"

Ting!

Secepat itu, pesan suara Keyra masuk ke dalam ponsel Aidan di atas meja. Tapi pemilik benda itu sedang tertidur lelap di sebelah Aiko.

"Umh…"

Aidan terbangun saat suara Aiko merengek. Cowok itu buru-buru meraih selimut lalu menyelimuti Aiko yang tampak kedinginan. Setelah tenang, Aidan kembali memejamkan mata, tidur kembali di dekat Aiko. Terlihat sangat indah melihat ayah dan anak itu tidur bersama.

......
Ini novel ke dua Author, semoga kalian suka😊🙏maaf apabila masih banyak kekurangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pemilik Hati Tuan AidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang