Bab 8

2 0 0
                                    

Sebenarnya, sejak awal, Qila ingin jujur saat dia pertama kali merasa mual-mual dan pertama kali dia tahu sedang hamil muda, tapi Qila takut papanya akan marah dan ibunya membencinya, apalagi usianya masih muda, belum masuk umur untuk menikah, ditambah Aidan pun juga belum cukup umur untuk menjadi ayah dan juga Aidan tidak mencintainya.

Jika Qila membocorkan kehamilannya dan tragedi cinta satu malam bersama Aidan saat itu, pasti cowok itu tidak akan bertanggung jawab dan menerima buah hatinya. 

Qila pernah berniat untuk aborsi, tapi dia takut menerima resiko. Sehingga Qila terpaksa setuju untuk diterbangkan ke luar negeri dengan alasan belajar. Hidup sendirian bagaikan diasingkan dan dikucilkan di negeri orang, dan hanya sendirian merawat kehamilannya. 

Sungguh malang, Qila sudah lewati suka dan duka bagaimana mengandung dan melahirkan anak di masa putih abu-abunya. Masa di mana Qila beranjak menjadi gadis remaja, tapi sekarang dia sudah menjadi sosok Ibu muda untuk Aiko.

Kini Qila tidak tahu lagi bagaimana masa depannya nanti, dia yang sudah berstatus gadis yang tidak perawan lagi pasti akan susah mencari pasangan. 

Gadis itu pun berjalan murung masuk ke dalam rumahnya, selalu memikirkan awal dia tidur dengan Aidan, sebuah pesta keberhasilan Aidan dan Raiqa yang sudah memenangkan juara basket ternama dan kini membuat hidupnya hancur. Qila ingin sekali berbagi keluh kesah pada Raiqa, tapi Qila takut persahabatan kakaknya dengan Aidan akan ikut hancur, dan juga takut bisnis papanya akan bangkrut.

"Qilaaaaaa!" teriak Hana berlari riang ke arah saudara kembarnya itu. Qila tertegun diberi pelukan pertama dari Hana.

"Selamat datang, Qi! Gue senang banget lihat lo pulang, gimana sekolah dan hidup lo di sana? Lancar gak?" tanya Hana ingin tahu.

Qila menunduk, meremas ujung bajunya dan menahan tangisnya. 

"Alhamdulillah lancar, Kak," jawab Qila tersenyum.

"Kalau lancar, kenapa Lo pulang sekarang? Kenapa gak nunggu lulus di sana terus pulang ke sini?" tanya Hana dengan mata curiga.

Seketika seseorang tertawa.

"Hahahaha…."

Hana dan Qila menoleh bersama dan melihat Raiqa masuk ke dalam rumah. Hana mencibirkan bibir melihat kakaknya baru pulang main.

"Kenapa Lo ketawa, bang?" tanya Hana.

"Lo gimana sih, Na! Qila pulang ya pasti kangen sama keluarga di sini, Lo aneh tau! Kayak gak niat banget nyambut Qila pulang ke Indonesia." Raiqa berdiri di dekat dua adiknya.

"Hmm, apaan sih! Gue senang dodol!" bantah Hana menggenggam tangan Qila. "Yuk Qi, kita ke kamar. Nanti gue bantu Lo beresin barang-barang." Hana menarik ria adiknya itu. Walau keduanya berbeda sifat, dan kecerdasan, keduanya masih tetap saling menyayangi. 

Raiqa menyentuh dagu melihat dua adiknya menaiki anak tangga.

"Hem, kayaknya ada yang beda nih, tapi apa ya?" Raiqa mengamati penampilan Qila. Meski masih terlihat cupu dan polos, tapi rasanya ada yang berubah dari adiknya itu.

"Astagfirullahaladzim! Kenapa tiba-tiba otak gue bisa geser gini! Sadar Raiqa, Lo jangan mikir soal tubuh adek Lo sendiri!" Raiqa menggelengkan kepalanya, membuang pikirannya tentang body Qila yang berubah, seperti PD nya yang lebih berisi dan pinggulnya yang bahenol. Terlihat body Qila lebih seksi dari Hana. Mungkin kah efek melahirkan?

Pemilik Hati Tuan AidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang