•••
"Ini kamu lucu kayak gini emang udah dari lahir ya yang?"
"Kamu jangan lucu-lucu dong, ga kasian apa sama hati pangeran?"
"Lulus sekolah nikah yuk?"
Pertanyaan-pertanyaan aneh yang keluar dari mulut Ohm membuat Nanon ingin memukul pria itu sekali saja, ayolah. Saat ini mereka sedang berada di kelas ada guru di depan sana, Nanon tidak ingin di huk—
"Ohm! Nanon! Kalian niat belajar atau mengobrol hah? Keluar dan berdiri didepan kelas!"
Lihat? Nanon menyumpah serapahi Ohm dalam hatinya, ia bangkit dari kursinya dan berjalan keluar kelas dengan gontai kemudian disusul Ohm yang wajahnya terlihat gembira.
"Asik euy dihukum bareng ayang"
"Jauhan! Jangan deket-deket!"
Nanon mendorong Ohm menjauh darinya, memandangnya dengan tatapan tajam saat Ohm berusaha mempersempit jarak keduanya.
"Maaf atuh yang."
"Aku bilang jangan deket-deket!" Ohm memelas tapi tidak mempan untuk Nanon, salahnya sendiri mencari masalah saat sedang dikelas.
Bukan Ohm jika dia menyerah membujuk kekasihnya itu, dia mencoba menggoda Nanon dengan menoel-noel pipi dagu dan hidung pria manis itu, namun tetap tidak mempan,
Nanon malah memukul tangannya bahkan menggigitnya, dan mengancam Ohm seperti tidak usah menemuinya lagi.
"Pulang sekolah beli eskrim deh, gimana?"
"Ga."
"Eskrimnya dua?"
"Ga."
"Eskrim dua sama coklat?"
"Oke, dimaafin."
Nanon mendekatkan dirinya pada Ohm, namun tetap menatap lurus ke lapangan sekolah.
"Giliran eskrim sama coklat aja cepet." Gumam Ohm sendiri, Nanon mendengarnya langsung memukul lengan kanan Ohm dengan keras.
"Kalo ga ikhlas gausah!" Nanon menjauhkan lagi tubuhnya dari Ohm kali ini wajahnya berubah menjadi cemberut.
"Sini sayang ku, manis ku, gemes ku, embul ku, cintaku." Ohm menarik lengan Nanon agar mendekat lagi padanya.
•••
Disinilah keduanya, di supermarket dekat sekolah mereka. Nanon sedang berkeliling mencari eskrim dan coklat yang ia mau,
"Katanya eskrim dua sama coklat kok ini malah jadi banyak?"
"Aku yang bayar."
"Engga yang, maksudku ga gitu."
"Udah diem deh! Berisik kamu." Salah lagi, entah apa yang dimakan pria manis itu saat sarapan hingga membuat galaknya dua kali lipat dari sebelumnya.
Akhirnya Ohm memilih diam dan mengambil alih troli belanjaan Nanon dan membuntuti kemanapun Nanon pergi.
Selesai acara berbelanja cemilan Ohm dan Nanon sedang santai-santai di meja depan supermarket sambil memakan eskrim yang mereka beli.
"Makan belepotan kayak bayi." Nanon menyeka sisa eskrim di sudut bibir Ohm yang mana malah membuat Ohm lebih sengaja menaruh eskrim lebih banyak disekitar bibirnya.
"Yang masih belepotan nih! Bersihin lagi dong." Ohm memanyunkan bibirnya meminta Nanon untuk membersihkannya, namun Nanon tidak menggubrisnya dan malah sibuk dengan eskrim nya sendiri.
"Kamu jangan dingin-dingin dong, aku gampang pilek."
"Kulkas kali dingin, dah ayok pulang nanti aku dicariin Papa." Ohm mengiyakan ajakan Nanon, tangan kirinya memegang kantong belanjaan dan tangan kanannya menggandeng Nanon.
"Pake." Nanon menggeleng, Ohm berdecak dan memakaikannya dengan paksa pada kepala Nanon.
"Maksa banget batu."
"Yeu, kulkas." Ohm menepuk helmnya yang sudah terpasang dengan sempurna di kepala Nanon.
Dia menarik tangan Nanon dan melingkarkannya pada pinggangnya meminta Nanon untuk berpegangan padanya. Sementara Nanon hanya menurut dan menyandarkan kepalanya pada punggung lebar Ohm.
•••
"Mampir dulu ga?"
"Ga ah, besok aja. Aku pulang ya, kamu istirahat jangan lupa mandi." Nanon mengangguk dan melepaskan helm yang masih menyangkut di kepalanya.
Nanon masuk kedalam rumah, Ohm pun segera tancap gas menuju rumahnya.
Karna hanya beda blok jadi hanya butuh beberapa menit untuk Ohm sampai ke rumahnya, dia memarkirkan motornya dan melepas jaketnya.
"Pa? Kira-kira di kantor Daddy ada lowongan kerja buat anak sekolah kayak aku ga ya?"
•••
To be continued.
•••
Kasian Paw abis jajanin ayang duitnya abis, wkwkwk.
Hai guys, don't forget to vote!
Thank you for reading..
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker | Ohm Nanon
Teen FictionOhm si tukang bikin ulah dan Nanon si penyabar.