•••
"Psstt." Bisik Chimon pada Nanon yang sedang sibuk menjelaskan sesuatu pada salah satu anggota OSIS sekolah mereka juga.
"Apa sih Chi, diem dulu!"
"Nengok ke belakang lu tuh!"
Nanon penasaran dan menoleh kebelakang, ada Ohm disana yang menatapnya dengan datar kemudian pergi begitu saja.
"Kenapa lu ga bilang dari tadi!"
"Si anjing! Tadi kan gue udah bilang." Jika tidak ada orang lain Chimon pasti sudah memukul Nanon saat itu juga.
Nanon kembali menatap anggota OSIS yang tadi dan kembali berbicara, sedikit melupakan Ohm yang menatapnya datar tadi.
Sementara di sisi Ohm, pria itu sedang berjalan menuju toilet dengan nafas yang berkali-kali ia hembuskan dengan kesal.
Baru saja Ohm memegang kenop pintu toilet, didalam sana terdengar desahan dan suara-suara laknat lain yang harus Ohm dengar saat ia benar-benar sedang kesal dengan kekasihnya.
"Woy berisik! Ga modal amat dah ampe harus ngewe di toilet sekolah." Ohm menggedor salah satu bilik toilet yang berisikan dua sejoli yang sedang bercinta itu.
Hingga pintu itu terbuka dan menampilkan pria dengan seragam yang sama dengan yang Ohm pakai, perawakannya lebih pendek dari Ohm, penampilannya yang acak dan celana yang belum terpasang dengan benar.
Pria itu menatap Ohm dengan kesal, dia maju dan menarik kerah baju Ohm.
"Pengen kan lu? Ga bisa kan lu kayak gue? Iya lah pacar lu kan cowok, dasar homo, tch." Pria itu mendorong Ohm dan meludah.
Ohm mulai terpancing hingga dia melayangkan satu pukulan pada rahang pria tersebut.
Gadis yang memakai seragam sama seperti Ohm dan pria yang tersungkur karna pukulan Ohm keluar dari bilik kamar mandi tadi.
Bukannya menolong gadis itu keluar dari toilet dengan berlari ketakutan, "Kalo lu emang jantan, nanti malem kita selesain dengan secara jantan juga."
•••
Malamnya, Ohm sudah siap diatas motornya. Ya, jadi malam ini ia dan pria yang siang tadi ia pukul rahangnya.
"Siap kalah?" Ohm bertanya dengan muka konyolnya yang hampir tertutup sepenuhnya dengan helm.
"Jangan PD dulu."
Balapan dimulai, dengan Ohm yang memimpin didepan, jaraknya tidak terlalu jauh keduanya saling susul-menyusul. Hingga—
Brak!
Motor Ohm terpental ke sisi jalan dengan Ohm yang juga ikut terpental, kepalanya membentur sisi trotoar jalan hingga darah tiba-tiba mengucur dari kepalanya.
Tadi pria yang menjadi lawan Ohm melakukan kecurangan, pria itu memepet sepeda motor Ohm dan saat sudah benar-benar berada disampingnya, pria itu langsung menendang motor Ohm hingga Ohm kehilangan keseimbangannya dan terpental.
Pandangan Ohm mulai berbayang dan ia tak sadarkan diri, hingga beberapa orang datang mengerumuninya dan segera menelepon pertolongan.
Salah satu dari mereka yang memang teman Ohm langsung menghubungi Nanon selaku kekasihnya untuk datang ke salah satu rumah sakit terdekat.
•••
"Kenapa bisa kayak gini sih, Drake?"
"Yang gue liat sih motornya Ohm ditendang gitu sama lawannya, sampe Ohm oleng terus mental, kepalanya kena sisi trotoar." Drake, teman Ohm yang tadi menghubungi Nanon.
Nanon dengan wajah penuh ke khawatiran dan cemas, "Non, Ohm gimana nak?"
"Ga tau Pa, Ohm masih didalam."
"Udah ya, jangan cemas. Ohm anak yang kuat." Papa Gulf memeluk Nanon dengan erat, berusaha menenangkan kekasih anaknya itu.
Seorang dokter keluar dari ruang IGD, "Keluarganya pasien?"
"Saya Papanya dok, gimana anak saya?"
"Benturan di kepalanya sangat keras, tapi untungnya anak anda sangat kuat hingga tidak ada cedera yang fatal dari benturan tersebut." Dokter itu tersenyum dan pergi dari hadapan mereka semua yang ada disana.
"Dengar 'kan? Ohm anak yang kuat." Ucap Papa Gulf dengan senyum di bibirnya, Nanon menghela nafas lega dan ikut mengembangkan senyumnya.
•••
"Anak nakal! Udah Papa bilang jangan keseringan bikin ulah!" Marah Papa Gulf pada saat Ohm baru saja membuka matanya.
"Pa jangan ngomel mulu dong, Ohm pusing nih."
Papa Gulf menghela nafasnya, anaknya yang satu ini memang benar-benar keras kepala seperti Daddynya.
Pintu kamar ruang inap Ohm terbuka, menampilkan Nanon dengan tas berisikan beberapa baju ganti Ohm.
"Eh udah sadar?"
"Ngapain kesini? Masih peduli?" Sinis Ohm.
Nanon menghela nafasnya dan menatap Papa Gulf dengan tatapan bertanya, Papa Gulf hanya mengendikkan bahunya tak tahu.
"Papa keluar dulu ya?"
Setelah Papa Gulf keluar, Nanon langsung mendekati brangkar Ohm dan duduk di kursi samping brangkar itu.
"Kamu gapapa?"
Ohm hanya menjawab dengan gumaman tidak jelasnya, dan memalingkan wajahnya menghindari tatapan dari Nanon.
"Hey, maaf."
"Hm."
"Pawwie maafin Nanon.." Nanon memegang lengan atas Ohm dengan tatapan memelasnya, Ohm hanya melirik sambil berusaha untuk tidak luluh oleh tatapan dan panggilan lucu itu dari Nanon.
"Paw ga mau maafin Nanon?"
"Kamu pulang aja deh, aku pusing mau istirahat." (Jangan pulang, tetep mohon-mohon ke aku, please.)
"Ga mau, Paw harus maafin Nanon dulu!"
"Yang sakit mana? Nanon cium biar ndak sakit lagi."
Ohm tidak tahan dan langsung menunjuk bibirnya sendiri, Nanon mendekatkan wajahnya pada wajah Ohm dan mengecup bibir pria yang lebih besar, Ohm langsung memanfaatkan situasi dia menahan tengkuk Nanon dan melumat bibir Nanon dengan terburu-buru.
"Ekhem, maaf ganggu." Papa Gulf masuk ke dalam ruangan dan itu membuat Nanon kelabakan dan memukul dada Ohm pelan.
"Tck, Papa ganggu nih ah."
"OHM!!" Teriak Nanon sambil menutupi wajahnya malu.
•••
To be continued.
•••
Gatau ini apa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker | Ohm Nanon
Teen FictionOhm si tukang bikin ulah dan Nanon si penyabar.