Arak-arakan pun tiba, semua peserta festival perburuan berjalan berkeliling kota dengan menunggang kuda masing-masing.
Orang-orang bersorak, meneriaki jagoan mereka serta mulai memasang taruhan untuk menentukan juara dan Fisika, masih tidak menemukan Sagi di mana pun ia memandang.
"Maaf." Fisika melepas paksa rengkuhan si pria asing yang baru ia kenal. Fisika berinisiatif mencari Sagi dengan cara lain. Dia tidak tertarik memandang kumpulan pria yang sedang memamerkan senyum mereka seperti model pasta gigi populer.
"Nona!"
Pria itu berusaha mencegah Fisika untuk pergi. Belum pernah ia ditinggalkan seorang wanita begitu saja. Tetapi Fisika tidak mempedulikannya. Lebih baik bersama Sagi daripada orang tidak dikenal.
"SAGI!" Fisika berteriak sekencang mungkin.
Sagi menoleh di antara lautan manusia yang berdesak-desakan. Suara Fisika merambat begitu nyaring di pendengarannya.
Ujung bibir Sagi tertarik tipis. Dia seperti menemukan oasis di tengah panasnya gurun. Mendadak, senyum Sagi menghilang saat mendapati seorang pria tengah mengejar Fisika dari belakang.
Tidak perlu menunggu waktu lama. Sagi berusaha menerobos kerumunan dengan segera. Orang-orang mulai mengumpat oleh dorongan Sagi yang meminta membuka jalan dengan memaksa.
Tangan kanan Fisika terulur untuk mencapai Sagi. Sedikit lagi, maka ia bisa kembali bersama sang Kaisar. Akan tetapi, tepat sebelum Sagi meraih jemari Fisika bahkan menyentuhnya. Tubuh wanita tersebut terdorong ke belakang dan tangan Sagi hanya meraih udara kosong.
"TIDAK!" Sagi memekik tidak terima. Aneh, mereka baru terpisah beberapa jam. Tetapi terlihat seperti saling merindukan dalam waktu yang cukup lama.
"Hey!" Fisika memberontak pada pria yang tadi menolongnya. "Lepaskan! Itu temanku!" Fisika menunjuk ke arah Sagi.
Si pria menoleh menatap Sagi yang kini malah menarik lengan Fisika dengan kuat, lalu mendorongnya untuk berdiri di samping kirinya dengan satu tangan bersikap melindungi.
Fisika sendiri masih tercengang dengan kehadiran Sagi yang tiba-tiba menariknya mendekat. Dia mengerjab beberapa kali memandang wajah Sagi yang terlihat dari samping.
"Dia rekanku." Sagi menginterupsi. Tetapi mata ink-nya yang berkilat seperti berkata, apa yang kau lakukan padanya tadi?
"Oh, maaf, Bung. Aku tidak sengaja."
Lalu pria itu memutar badan dan berjalan pergi begitu saja. Sagi masih mewaspadainya sampai pria tersebut benar-benar lenyap dari pandangan mata. Setelah itu, Sagi mau menoleh menatap Fisika.
"Kenapa lo berkuyuran sendirian?" cerca Sagi langsung.
Fisika agak tergucang dengan pertanyaan Sagi. Dia ingin menjawab, namun suara terompet mulai terdengar saling sahut-sahutan. Dengan terpaksa, Sagi menggengam telapak tangan Fisika dan membawanya kembali ke penginapan.
.
.
."Lo bisa terinjak di sana!" Sagi melanjutkan amarahnya setelah ia dan Fisika berada di lobi penginapan matahari.
"Kan gue udah bilang. Gue mencari Baginda. Baginda hilang setelah sarapan pagi. Kenapa Baginda gak bangunin gue aja? Ntar gue pasti bangun kok."
Sagi memutar bola malas. Lalu ia menyeringai sambil melipat kedua tangan di depan dada dan menatap Fisika dengan nada mencibir.
"Berkali-kali gue memanggil lo. Tapi lo sama sekali gak bangun, Fisika. Lo tidur terlalu pulas. Bahkan gue yakin, jika sedang gempa bumi lo gak bakal bangun juga."
![](https://img.wattpad.com/cover/231260883-288-k952961.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuanta (End)
Science FictionKuanta merupakan novel Fiksi Ilmiah-Fantasi yang menggambarkan tentang keberadaan dunia paralel. Ketika hanya bermodalkan ikut giveaway dan memiliki aplikasi SHAREit. Seseorang bisa pergi mengakses dunia tersebut. Tidak percaya? Buktikan sendiri! #...