Chapter 30 - Gerak Lurus

418 128 12
                                    

Makan malam, entah bagaimana Sagi mengetahui jam pasti para anggota kerajaan duduk di meja makan kerajaan Galangga. Barangkali, dia berpikir setiap kerajaan punya etika makan yang hampi sama.

Untuk pergi ke arah bukit. Ada pos penjagaan yang dijaga ketat oleh para kesatria khusus. Tentu saja, anggota Atom tidak bisa dengan mudah memasuki kawasan tersebut. Mereka bertiga memilih opsi lain dengan membuat rencana kedua. Di mana, rencana ini akan dilakukan oleh Izar.

"Lo siap?" tanya Sagi memastikan kondisi Fisika.

Wanita ini harap-harap cemas. Sebelum mendaki bukit pun, mereka harus melewati satu-satunya jalan yang membawa Atom menuju ke tujuan utama.

"Siap, Baginda."

Sagi mengganguk takzim. Lalu dia, memposisikan dirinya berdiri di belakang punggung Fisika sambil memegang kedua pundaknya. Sang Penulis dunia oren ini bisa merasakan embusan napas sagi di sela-sela rambut hitamnya.

"Perisai mereka mulai dibentuk dari gerbang istana. Pos di depan tidak memiliki sihir pelindung sama sekali. Begitu Izar membuat pengalihan setempat. Lo dan gue mulai berlari secepat mungkin melewati gerbang yang tidak dijaga. Setidaknya ... ada seseorang yang tetap tinggal. Saat itu terjadi. Gue akan melempar lo ke udara dan gunakan sihir pelindung lo buat hancurin pertahanan istana. Tipe penyihir kerajaan memiliki warna mana yang hampir mirip dengan punya lo."

Fisika mengganguk takzim. Dia membuang jauh-jauh ketakutan di lempar ke udara. Keteguhan Fisika cuma satu, Sagi tidak akan membiarkannya terluka.

Senja telah benar-benar lenyap di ufuk barak. Langit menggelap dengan bintang-bintang yang bertaburan indah. Pertanda yang dibuat Izar berhasil. Sebuah kobaran api dari si Jago Merah tampak melahap area sekitar wilayah perumahan dari jarak terdekat pos penjagaan.

Bunyi bel tanda bahaya dibunyikan dengan suara yang sangat berisik. Orang-orang mulai berlarian ke luar rumah sambil berteriak. Para Kesatria yang berjaga pun berhasil dialihkan. Sebagian besar dari mereka pergi melakukan penyelamatan.

Kesempatan ini digunakan Sagi menyusup ke dalam pos. Sekali pukulan, ia membuat dua orang pria terkapar pingsan di tempat mereka berdiri dan dengan segera, ia meraih pinggang Fisika.

Seberkas petir menari-nari di tangan Sagi. Dengan segenap kekuatan dan energi yang dicurahkan dalam satu titik. Sagi memusatkan momentum massa benda Fisika dan melemparkannya ke udara begitu mudah.

"Fisika!" Sagi berseru lantang.

Fisika membuka tangannya. Ia hanya perlu berpikir untuk menghancurkan perisai tidak terlihat. Percobaan pertama gagal. Arah serangan Fisika sama sekali tidak menyentuh perisai sihir.

Sagi pun segera menangkap tubuh Fisika yang terjatuh.

"Ingat Fisika. Ini seperti gerak lurus. Di mana gerak lurus ini dibagi dalam tiga aspek yaitu titik acuan, jarak dan perpindahan. Titik acuan dan perpindahan bertemu dalam satu titik yang disebut kelajuan dan kecepatan. Ini pun bakal terbagi lagi."

Fisika agak terhenyak dengan penjelasan Sagi. Sebelum ia memahami apa yang terjadi. Sagi telah melemparkan tubuhnya kembali ke atas udara.

"Setiap benda yang bergerak akan membentuk lintasan tertentu."

Fisika paham maksud Sagi. Jika dia bergerak sedikit, maka konsep gerak beraturan yang diperhitungkan Sagi akan menjadi gerak lurus berubah beraturan.

Fisika tidak lagi menggunakan tangannya karena takut akan mempengaruhi gerak lurus yang tercipta. Ia hanya memusatkan pikiran untuk menghancurkan mana yang melindungi istana dan dalam sekian detik. Terdengar sesuatu yang mirip kaca retak.

Saat Fisika membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah Sagi yang sedang membopongnya dengan mengendarai sebuah awan cumulonimbus kecil.

"Eh? Gue naik awan?" Mata cokelat Fisika membulat sempurna. Awan 'kan kayak kapas?"

"Enggak ada waktu buat menjelaskan itu."

Sagi telah terbang melewati istana. Para penjaga mulai membunyikan sinyal darurat atas masuknya dua orang penyusup.

Awan cumulonimbus membawa Sagi ke arah belakang bangunan istana utama. Mereka terus terbang menuju sebuah paviliun kecil. Sagi pun menurunkan Fisika di atas si cumulonimbus. Lalu ia mulai mengayunkan pedang berbilah hitamnya dan melompat turun pada para pria berpakaian Jirah yang berkerumun di bawah.

Bunyi besi saling berdenting. Fisika tetap merasa aman di atas awan
cumulonimbus Sagi, hingga sesuatu tiba-tiba membuatnya terjungkal.

Seorang wanita dengan topi kerucut bertepi lebar memandang Fisika dengan tatapan hina. Ia mengarahkan tongkat sihirnya ke udara dan munculah tunas-tunas kecil dari bawah tanah yang terus tumbuh menjadi tanaman merambat.

Tubuh Fisika terikat. Ia tertahan oleh sihir tanaman yang sangat ia kagumi. Tetapi ini bukan waktu yang tepat memahami sistem sihir sebuah dunia.

"Penyusup!" Wanita bertopi kerucut menjatuhkan sesuatu dari langit. Sangkar emas yang dalam sekejap mengurung Fisika dalam sihir tingkat tinggi.

Fisika mulai menebak-nebak. Jenis gelar penyihir apa yang disandang sang wanita. Sepatutnya bukan seorang Wizard. Karena gelar ini merujuk pada Penyihir pria yang sangat bijaksana. Bisa jadi, dia adalah seorang Witch, gelar umum yang disandang oleh Penyihir wanita.

Sagi berhasil mengalahkan sebagian penjaga yang menghalangi. Semenit kemudian, para pasukan tambahan akan mengepung area taman paviliun.

Dia melirik cemas ke arah Fisika. Setidaknya dia baik-baik saja walau terkurung sangkar emas.

"Kau!" Seorang pria bermahkota emas muncul dibalik punggung sang Penyihir. Binar mata Fisika membulat saat mengenali pria tersebut. Orang-orang di Galangga mengenalnya dengan Gareen si Putra Mahkota.

"Hati-hati Yang Mulia. Pria di depan ini cukup berbahaya." Mari kita sebut dia dengan nama Onna sang Witch.

"Bung? Apa yang kau lakukan dengan menyusup di kediamanku?" Gareen malah bersikap santai dihadapan Sagi. Tanpa Sagi tahu, itu hanya tipu muslihat belaka.

"Mengambil apa yang menjadi milikku."

Alis Gareen bertaut bingung.

"Milikmu? Di istanaku? Kau pasti gila."

Sagi mulai mengayunkan pedangnya ke arah depan. Selama ini, Sagi tidak pernah menggunakan pedang itu untuk melukai lawan. Ia memegang bilah dengan terbalik. Hingga selama pertarungan, ia hanya menggunakan punggung pedang untuk membuat semua lawannya terjatuh.

"Benda biru bulat yang kau punggut di kota Bern. Itu milikku." Sagi menuntut. Dia melirik ke arah Fisika. Gareen menyadari hal tersebut.

"Pacarmu? Wah, sungguh tidak kusangka. Dia tidak terlalu cantik. Tapi cukup manis. Aku sedikit tertarik menjadikannya selir waktu itu."

Sel yang bertanggung jawab terhadap emosi di dalam tubuh Sagi bangun dari tidurnya.  Anak-anak sel yang lain mencoba menahan si Emosi untuk tidak keluar.

"Yang Mulia." Onna menginterupsi. "Izinkan hamba untuk menyerangnya. Dia pasti berniat mencuri kristal itu."

Gareen hanya tersenyum tipis.

"Tidak perlu. Bawa tawanan wanita itu ke dalam istana. Si pria akan aku hadapi."

"Tapi Yang Mulia, ada mana berbahaya yang dipancarkan dari tubuhnya."

Onna tidak ingin meninggalkan Gareen. Dibanding gadis dalam sangkar, keberadaan pria di hadapan mereka yang perlu di waspadai.

___//_/__/___
Tbc

Kuanta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang