Fisika terbangun oleh denting piring-piring yang sedang dicuci dalam westafel. Ia mengerjabkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan mata dengan sinar lampu yang bersinar remang-remang dalam ruangan.
"Gue di mana nih?" kata Fisika pada dirinya sendiri. Ia menyibak selimut yang semula menyelimuti tubuhnya.
"Lo udah bangun?" Seorang pria dengan rambut pirang dan tindik di telinga mengibaskan tangannya yang basah setelah mencuci piring.
Fisika memasang sikap siaga. Merasa heran dengan ruangan modern yang ia lihat. Semua pintu dan jendela tertutup rapat dan dipaku berantakan dengan papan-papan. Hening tanpa suara sama sekali.
"Oke sikap yang normal. Lo perlu terkejut. Tapi gue lebih terkejut karena lo tiba-tiba muncul di dalam rumah gue begitu saja. Bagaimana bisa itu terjadi? Lo mutan? Btw, gue Libra."
Alis Fisika bertaut bingung. Ia perlahan-lahan menyusun kepingan memori dalam ingatannya. Lalu ia menghembuskan napas dengan berat.
"Dunia ini. Dunia seperti apa?"
Libra menatap bingung, tetapi ia tetap menjawab, "Jakarta."
"A- Apa?" Fisika terbalalak.
"Jakarta yang sudah berubah menjadi kota penuh zombie."
Fisika perlu mencerna informasi barusan dengan sangat baik. Ia berpikir sejenak lalu kian terbelalak. Dia mengacak-acak rambut frustasi karena terjebak di sebuah dunia paralel yang baru dan sialnya, tidak ada Sagi maupun Izar.
"Lo baik-baik saja?" Libra bergerak ke arah lemari es. Mengeluarkan sebotol minuman kemasan dan menyerahkannya pada Fisika. "Minum dulu."
Fisika mengamati benda tersebut. Kemudian menengadah pada Libra dengan tatapan ketakutan.
"Apa ... lo melakukan sesuatu terhadap tubuh gue?" Fisika bertanya penuh curiga. Pasalnya, tidak mungkin ia bisa baik-baik saja jika ditemukan tidak sadarkan diri di kamar seorang pria asing.
"Bagaimana gue bisa menyentuh lo? Tubuh lo mengalirkan listrik. Gue perlu memakai tumpukan kain untuk menutup telapak tangan gue dan membawa lo ke atas sofa. Lo tiba sehari yang lalu. Lo ini manusia mutan atau? Hasil percobaan sebuah eksperimen?"
Fisika cukup lega mendengar itu. Sihir Sagi menolongnya untuk tidak di sentuh oleh sembarangan pria. Mendadak, dia merindukan pria yang sering dipanggilnya Baginda itu.
"Lo baik-baik saja?" Libra kembali mengulan pertanyaan yang sama untuk kesekian kali. Ia harap-harap cemas pada Fisika. "Lo belum mengenalkan nama lo."
"Fisika. Nama gue Fisika."
"Serius? Nama lo kayak mapel anak sekolah."
"Yeah, memang. Bokap gue yang kasih nama."
Fisika tersenyum untuk sesaat. Dia tidak tahu bagaimana caranya bisa kembali pulang. Sagi dan Izar entah mengapa bisa dihubungi atau tidak. Fisika tidak memiliki wifi portable Sagi yang bisa diakses lintas dunia paralel.
"Sekarang sudah malam?" Fisika mendadak bertanya pada Libra yang telah duduk di salah satu sofa tunggal.
"Iya. Lepas magrib. Lo enggak minta gue ajak keluar rumah bukan?" Libra terkekeh lalu mengambil sebuah buku dari atas meja untuk dibaca. Jenis novel fiksi sejarah terjemahan.
"Sejak kapan wabah zombie ada di sini?" Fisika ingin mengorek informasi lebih banyak tentang Jakarta yang bisa disebut di dunia paralel kelima.
"2020 sejak pemerintah mengadakan vaksin masal untuk seluruh rakyat. Enam bulan setelahnya, dunia berubah. Kehidupan menjadi kacau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuanta (End)
Science FictionKuanta merupakan novel Fiksi Ilmiah-Fantasi yang menggambarkan tentang keberadaan dunia paralel. Ketika hanya bermodalkan ikut giveaway dan memiliki aplikasi SHAREit. Seseorang bisa pergi mengakses dunia tersebut. Tidak percaya? Buktikan sendiri! #...