02. I am Sorry

6.5K 426 23
                                    

Usai memasak, Tessa mendesah kasar, melangkah malas menuju kamar Alva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai memasak, Tessa mendesah kasar, melangkah malas menuju kamar Alva. Dengan sebelah kakinya, dia mendorong pintu pria itu tanpa mengetuk, melenggang masuk dan detik kemudian kedua matanya membola melihat Alva keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat. Ingat, pria itu telanjang bulat! Tanpa mengenakan apapun.

Kedua mata Tessa memanas, wajah serta telinganya pun ikut merasa panas, dengan kecepatan penuh dia meletakkan mampan di atas meja belajar Alva, lantas meraih handuk di atas kasur dan melemparnya tepat di wajah pria gila itu.

Sontak saja Alva terkejut setengah mati, astaga kedua matanya melotot tak percaya melihat sang Kakak telah berdiri bersedekap di hadapannya. Sial, Alva tidak tahu jika perempuan itu melenggang masuk sembarangan seperti ini. Biasanya Tessa selalu mengetuk terlebih dahulu.

Tolong beritahu Alva, apakah Tessa telah melihat ereksinya? Jika sudah, Alva bersyukur akan itu, setidaknya di masa depan Tessa tidak lagi terkejut.

"What the fuck?!" Alva memutar tubuhnya, membelakangi Tessa sembari melilit handuk di pinggang. Sebenarnya dia hanya berpura-pura marah.

"Kau yang apa-apaan. Sudah berulang kali ku katakan jika selesai mandi pakai handuk. Sampai kapan kau terus seperti ini?!" Theressa balik berteriak, menahan kekesalan dan amarah yang bergemuruh.

"What is wrong? Ini kamarku, apapun yang ku lakukan terserah padaku. Dan lagi, kenapa kau masuk sembarangan tanpa mengetuk? Itu tidak sopan, jangan mengorek privasiku." Alva memperlihatkan wajah garang. Hah, keduanya memang selalu bertengkar sedari kecil.

"Mengorek privasimu? Siapa yang lebih sering menyelinap masuk di kamar? Sepertinya kalimat itu lebih cocok padamu. Berhentilah masuk sembarangan ke kamarku atau aku akan benar-benar mengadu pada Mommy!"

"Silakan saja!!" Alva berteriak di depan wajah Tessa, membuat rambut gadis itu berterbangan akibat napas pria itu. Setelah berteriak, Alva menjauhkan tubuhnya membenarkan handuk yang melilit di pinggang. Astaga, Alva paling tidak suka pakai handuk, dia lebih suka bertelanjang.

Kini kedua manusia itu saling membuang wajah, menahan amarah yang sepertinya akan meledak. "Aku akan benar-benar mengadu!"

"Do you think I'm scared? Aku akan memberitahu pada Mommy bahwa kau telah meninggalkanku berangkat sekolah terlebih dahulu bersama Steve!" Alva berteriak, menggebu-gebu. Yang tadinya dia tidak kesal, namun semakin lama akhirnya dia geram juga.

"Jangan menuduh, kau sendiri yang selalu datang terlambat. Aku tidak mungkin mengikuti kegilaanmu."

"Oh baik. Biarkan saja, asal tidak bodoh sepertimu."

Kedua mata Tessa membesar, mendengar hinaan Alva membuat matanya berkaca-kaca. Dia memang bodoh dan itu karena siapa? Karena pria gila itu, Alva tidak pernah membiarkannya belajar dengan benar. Ada saja kelakuan pria itu yang terus mengganggunya, menyuruhnya ini itu, bahkan Alva tidak mau mempekerjakan pelayan. Jadi kapan lagi Tessa memiliki waktu belajar? Tidak ada.

THERESSA MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang