07. Pengganggu

3.5K 294 20
                                    

Malam yang dingin, di sertai hujan deras di luar sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam yang dingin, di sertai hujan deras di luar sana. Seketika Alva terjaga karena kesulitan tidur, kedua matanya mengerjab menatap langit-langit kamar. Ada banyak yang ada di pikirannya. Menyelesaikan setahun lagi sekolah dan berpisah lagi dengan Tessa, karena gadis itu memilih kuliah di Harvard sementara Alva ingin kuliah di Tiongkok. Astaga, rasanya begitu berat berpisah meskipun itu masih lama.

Terlebih perasaannya, sudah sangat lama. Sepuluh tahun dia menahan perasaan ini, dan semakin lama... semakin membesar saja, Alva sungguh tak tahan. Sempat muncul ide gilanya, namun rasanya itu tidak baik. Theressa akan membencinya seumur hidup, Alva yakin itu.

Apalagi kenyataan yang membuat gadis itu pasti akan sangat terpukul. Meskipun Alva tidak tahu apa sebab kedua orang tuanya mengadopsi Tessa sejak bayi, tapi Alva yakin.. itu semua ada alasan yang baik. Ya, Alva percaya pada kedua orang yang ia sayangi itu.

Karena masih tak dapat memejamkan mata, akhirnya Alva memilih untuk ke kamar Tessa seperti biasanya. Mengendap-endap seperti maling, menatap wajah gadis itu yang nampak selalu cantik meskipun dalam keadaan terlelap, bibir ranum yang sedikit terbuka. Kedua bola mata hijau kala terbuka, kini nampak terpejam damai. Namun tetap terlihat sangat cantik.

Tessa merupakan perempuan tercantik kedua di dunia ini setelah Ibunya Issabella. Hati Alva telah terkunci hanya untuk Tessa seorang, dia tidak akan membiarkan gadis manapun yang akan memasuki hatinya selain Theressa.

Sebelum ikut merebahkan diri, tatapan Alva menggelap saat melihat celana pendek yang di pakai oleh Tessa, memperlihatkan paha yang putih mulus, dan juga tanktop berwarna hitam, sangat kontraks dengan warna kulit gadis itu.

Puting terlihat menonjol di karenakan gadis itu tidur terlentang. Oh damn, membuat kejantanan Alva mengeras. Dia menarik napasnya dalam-dalam, berusaha kuat menahan diri agar tidak menerjang Tessa saat ini juga.

Setelah mengatur napas, Alva memutuskan untuk merebahkan tubuh di samping Tessa, menatap gadis itu, kedua matanya tak lepas melihat tubuh indah Tessa.

Dulu, Alva ingat sekali ketika keduanya masih berumur lima tahun, Alva sering mandi berdua dengan Tessa, tidur bersama.. ya seperti sekarang. Tapi ketika keduanya berpisah saat di sekolah menengah pertama, Alva tidak percaya ketika kembali.. gadis itu berubah drastis.. berubah menjadi bidadari yang paling cantik, indah layaknya seorang dewi.

Tubuh seksi menggoda, serta kedua gumpalan mungil yang selalu mengganggu fokus Alva kala itu. Demi Tuhan, Alva sangat mencintai Tessa. Ya, dia bahkan merasa rasa cintanya ini adalah obsesi, tapi siapa peduli. Ava pastikan Tessa akan menjadi miliknya dengan cara apapun. Jika tidak bisa dengan cara baik-baik, Alva bisa memilih cara yang singkat meskipun sangat beresiko.

Dengan sedikit gugup, tangan Alva terangkat menyentuh perut rata Tessa, membelai dengan gerakan lembut, perlahan.. tangan itu merambat ke atas hingga tepat di gundukan kenyal itu. Oh damn, Alva mengumpat di dalam hati kala telapak tangannya meremas benda lembut itu, namun tak lama setelahnya dia menarik tangannya kembali, menatap ke arah celana pendeknya yang menggembung.

THERESSA MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang