"Berapa banyak teman cowok yang anda punya?"
"Banyak."
"Apakah ada laki-laki yang sedang anda cintai?"
"Ada, orangnya ganteng banget."
"Sudah punya pacar? Berapa jumlah mantan pacar anda?"
Perempuan dengan rok span bewarna hitam itu bangkit dari duduknya, kemudian menarik dasi laki-laki berambut klimis yang membuatnya jengkel. "Gak usah ngeledek deh! Lo sendiri gak pernah punya pacar! Dasar jomblo lumutan!"
"Maaf, anda belum memenuhi kriteria untuk bisa bekerja di perusahaan ini." Laki-laki yang bernama Alaska Ricardo itu memperbaiki letak dasinya dengan penuh kharisma.
Megan Carolina, gadis itu berdecih, tangannya terangkat mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi. "Sumpah, lo nyebelin banget! Bisa profesional gak sih? Gue beneran butuh kerjaan!"
Sudut bibir Alaska tertarik, membentuk senyum miring.
"Perusahaan mana yang mau menerima perempuan bar-bar, tidak sopan dan berpenampilan seperti gembel? Attitude kamu bahkan sangat buruk."Seperti gembel sungguhan, Megan mendaratkan bokongnya di lantai sembari selonjoran, perempuan itu menatap Alaska dengan hidung yang sudah kembang kempis.
Laki-laki itu benar-benar membuatnya jengkel, padahal semalam dirinya telah bergadang untuk membuat surat lamaran yang sempurna, telah berdandan serapi mungkin agar menarik. Bahkan, Megan sudah mempersiapkan matang-matang untuk interview kali ini.
Siapa sangka yang mewawancarainya adalah musuhnya sendiri?
Belum ada satu jam, suasana hati maupun penampilannya telah berubah total.
Megan dan Alaska adalah musuh bebuyutan dari SMP, sampai kuliah. Berpisah setelah sarjana sebab Alaska yang pergi ke luar negeri.
Lulus kuliah, Megan senang berganti-ganti pekerjaan dan ketika ia merasa telah cukup mempunyai pengalaman dan kemampuan, akhirnya ia bertekad untuk masuk ke dalam perusahaan ini.
Keduanya saling menatap sampai menebarkan aura permusuhan, tetapi tak berlangsung lama, sebab keduanya yang tak mampu menatap wajah satu sama lain.
Megan tertawa terbahak-bahak, Alaska apalagi.
Sadar akan hal ini, Megan langsung berdehem dengan keras. Ia lantas berdiri dan melipat tangannya. "Gak usah bawa-bawa attitude ya! Lo aja sama sekali gak baca CV gue! Terus pertanyaan lo .... " Perempuan itu memegangi keningnya sembari geleng-geleng. "Aneh!"
Alaska memutar kursinya dengan angkuh. "Terserah saya dong."
Entah sudah keberapa kalinya Megan membuang napas. "Oke kita emang kemusuhan, tapi harus profesional dong, meskipun sebenarnya gue males satu kantor kantor sama lo! Gue butuh banyak-banyak cuan!"
"Kenapa gak nikah aja sama cowok kaya raya atau sugar daddy?" tanyanya dengan sinis.
"Kan gue udah cinta sama cowok," jawab Megan dengan santai. Ia kembali duduk di kursi yang berhadapan dengan Alaska. Namun, matanya justru menatap jemarinya yang saling meremas di bawah meja.
Jari telunjuk Alaska menggeser CV milik Megan. "Silahkan pergi dan semoga mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari ini," ujarnya dengan datar.
Perempuan itu mengangkat kepalanya. "Sumpah, lo tuh ya!" Ia mengepalkan tangannya, kakinya dihentak-hentakkan dengan kesal. "Udah pergi gak bilang-bilang, muncul lagi bikin darah tinggi! Brengsek lo!"
Air mata Megan luruh, perempuan itu mengunci tatapannya dengan mata milik Aska.
Ia memang kesal sebab Alaska yang dengan egois menolak surat lamaran kerjanya, tapi Megan lebih kesal karena keegoisan laki-laki itu yang pergi tanpa pamit.
Bahwasanya Megan senang dapat melihatnya lagi.
Alaska tercengang melihat perempuan yang biasanya senang mencari masalah itu menangis. "Gue—"
Telunjuk Megan menuding dada Alaska. Ia berteriak, "LO TAHU GAK? SAAT ITU GUE PIKIR KITA SALING MENCINTAI MESKI TERLIHAT SALING MEMBENCI, TAPI APA? TIBA-TIBA PERGI KAYAK DITELAN BUMI!"
Laki-laki itu mematung di tempatnya. "... tapi sekarang gue udah kembali," jawabnya pelan.
Megan membuka matanya, gadis itu kemudian menatap Alaska dengan tatapan kosong. "Ini pasti mimpi," gumamnya.
"Gak, lo gak mimpi! Gue emang udah kembali buat lo!"
Perempuan itu kembali mengeluarkan air matanya. "Al?"
Kepalanya menggeleng kuat, Megan lantas berlari dan menubruk tubuh jakung pemuda tampan ini.Kedua lengannya memeluk dengan erat. "Jangan pergi, jangan pergi ... gue mohon."
Alaska sempat terkejut dan bingung. Namun, ia tetap membalas pelukannya.
"Kenapa, lo kangen sama gue? Bukannya lo benci sama gue? Bukannya kita ini musuh?" Alaska tertawa, tangannya bergerak mengelus rambut panjang musuhnya.
Siapa sangka? Dibalik sebutan musuh bebuyutan, sebenernya keduanya sama-sama menyimpan perasaan?
Megan diam saja, ia tidak ada tanda-tanda akan menjauhkan tubuhnya.
"Jadi cowok ganteng yang dicintai lo adalah gue?" tanya Alaska dengan senyum geli.
"Lo juga nolak gue kerja di sini gara-gara ngira gue suka sama orang lain, 'Kan?"
Perempuan dengan bulu mata lentik itu mendongak untuk balik menatap Aska.
"Iya. Lamaran kerja lo emang gue tolak, tapi lamaran cintanya gue terima kok." Seulas senyum manis terbit di bibirnya.
Megan melepaskan pelukannya, perempuan itu menyengir lebar."Mau dua-duanya."
"Ada syaratnya."
"Apa?"
"Nikah dulu sama aku."
"Nikahnya diam-diam aja tapi, biar kita aja yang tahu. Kita, kan ... musuhan."
Bantu suport sampai tamat 🐳
Yuk vote dan komen, kasih kritik dan saran juga🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship(END)
RomanceGenre : Fiction, Marriage life, Romance. Megan Carolina, dia gadis yang bisa dikatakan sedikit bar-bar. Namun, pintar dan cukup cekatan. Musuh bebuyutannya adalah Alaska Ricardo, partner ributnya yang tak lain adalah atasan tempat Megan bekerja. Ya...