"Bawa gue pergi dari sini."
Sean segera menoleh dengan banyak tanda tanya di dalam kepala, ditatapnya lamat-lamat Megan yang duduk menunduk di seberang meja. "Gimana? Pergi ke mana maksudnya?"
Perempuan itu menekan telapak tangannya dengan kuku, lantas balik menatap lawan bicaranya dengan seksama. "Gue mau nikah sama lo, asal kita pergi dari sini. Ke manapun, ke tempat yang sunyi dan tenang."
Butuh waktu lama untuk Sean mencerna kalimat itu. Sayangnya laki-laki itu masih belum mengerti.
"Lo ada masalah di sini? Kenapa?" Sean bertanya dengan hati-hati.
Ketika keduanya tidak mengeluarkan suara, suasana apartemen Sean terasa lebih mencekam. Setiap sudutnya membuat Megan merasa was-was.
Takut, tapi ada sesuatu yang lebih ia takutkan dari ini.Bulu kuduknya berdiri ketika Sean bangkit dan menyentuh pundaknya, merangkul dengan sangat lembut ... membunuh jiwanya perlahan.
"Megan," bisiknya.
"Ya?"
"Ada yang lo sembunyikan?" tanyanya pelan.
Gawat, Megan merasa sesak ... kenapa ia kesusahan menghirup oksigen hanya karena pertanyaan sederhana?
"Gue mau pergi dari sini, gue capek... gue ingin bebas," jawabnya dengan suara nyaris tidak terdengar.
"Karena orangtua lo?" tanya Sean lagi. Ia menjauhkan tubuhnya untuk mengambil minuman dingin. "Megan dengar... gue nunggu lama buat menikah sama lo bukan dengan cara kabur seperti itu. Gue siap ketemu orangtua lo dan meminta ijin mempersunting putrinya bagaimanapun caranya."
"Lo gak mengerti mereka."
"Gimana gue bisa mengerti kalau lo aja selalu larang gue ketemu sama mereka?"
"Jadi mau kabur bareng atau gue aja yang pergi?"
***
"Gue baik-baik aja, lo gak usah repot-repot nemenin gue, Git!"
"Lo udah banyak minum, Ska!"
Alaska mengacak rambutnya, laki-laki itu meletakkan kepalanya di meja, kemudian menangis lirih. Saat itu juga Gita mencari kesempatan untuk menyingkirkan botol serta gelas di meja.
"Gue udah nikah sama Megan. Gak ada alasan buat Lo dekat lagi sama gue, Git. Sorry." Selama ini Alaska sudah cukup bersabar dan mengikuti semua keputusan Megan, tapi pada akhirnya dia meninggalkannya. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk ia menutupinya lagi kan?
Anehnya, Gita hanya mengangguk, tatapan matanya nampak sendu, tapi tidak terlihat terkejut.
"Mungkin lo emang lagi ada masalah, tapi terus menyiksa diri dengan alkohol bukan solusi.""Terus gue harus gimana buat lampiasin rasa sakit ini? Gue... cuma target balas dendam bagi Megan."
Gita mengusap pundaknya.
"Gue kaget, Ska. Gue juga sakit pas tahu fakta kalau lo sama Megan udah nikah ... tapi lo kelihatan bahagia sama dia," gumamnya. Pada malam ia mengantarkan Alaska, Gita mendapati foto mereka berdua di ponsel Alaska. Juga buku nikah yang sengaja dikucilkan di dalam laci lemari.
"Dia bikin gue bahagia buat ngehancurin hati gue." Bibirnya tersenyum masam. "Megan berhasil, perempuan seimut dia, kok bisa jahat banget ya? Haha."
"Lo percaya gitu aja? Langsung nyerah tanpa cari tau?"
"Gue gak tau, dia nutupin banyak hal dari gue, Git ... gue cuma bisa terima setiap keputusannya."
Meski sadar jika Alaska tak pernah mencintainya, tapi perasaannya untuk laki-laki itu benar-benar tulus. Maka dengan menekan rasa sakit yang ada, sebisa mungkin ia akan membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship(END)
RomansGenre : Fiction, Marriage life, Romance. Megan Carolina, dia gadis yang bisa dikatakan sedikit bar-bar. Namun, pintar dan cukup cekatan. Musuh bebuyutannya adalah Alaska Ricardo, partner ributnya yang tak lain adalah atasan tempat Megan bekerja. Ya...