Megan menatap Alaska yang sedang tertidur lelap di sampingnya. Tangannya terulur, membelai rahang laki-laki itu, kemudian mendekatkan jemarinya ke depan lubang hidung Alaska.
Ia bernapas lega, Alaska masih bernapas.
Alaska nyata di sampingnya, bersamanya.
Sedetik kemudian, terdengar isakkan lirih dari perempuan itu.
Megan membekap mulutnya, menangis terisak-isak saat jam sudah menunjukkan waktu orang-orang tertidur.
Ketika malam, sunyi dan tenang. Megan justru merasa cemas dan takut.
Ingatan bagaikan mimpi buruk terus menghantuinya, resah di hatinya tidak akan mungkin hilang sampai dirinya menemukan ujung dan memastikan semuanya berakhir dan baik-baik saja.
"Yang? Kok? Kamu kenapa?" Alaska langsung beranjak bangun, laki-laki dengan wajah bantal itu menangkup pipi Megan eskpresi cemas yang sangat ketara.
Megan menggeleng pelan, perempuan itu mengelus jemari Alaska, kemudian menurunkannya.
"Gara-gara aku marahin kamu tadi siang ya?" tanyanya tanpa melepaskan pandangannya sedetik pun.
Bibir Megan tertawa, tetapi air matanya tidak mau berhenti luruh.
"Iya, aku takut banget," jawabnya.Alaska segera menarik Megan ke dalam pelukannya. "Maaf banget, aku tuh cuma khawatir karena kamu datang terlambat, aku cemas ada apa-apa sama kamu," jelasnya.
Perempuan dengan gaun tidur itu membalas pelukannya, ia memejamkan mata rapat-rapat.
"Beneran kamu nangis karena tadi? Sebenarnya ada apa?" tanya Alaska memastikan.
Tadi saja Megan masih baik-baik saja. Bahkan siang tadi tidak marah dan membujuknya.
"Kamu tuh pemberani, kayaknya bukan itu deh alasannya."
"Aku pemberani, tapi kamu adalah ketakutan terbesarku."
***
"Yang, bangun. Aku udah bikinin kamu sarapan nih." Alaska menarik-narik kaki Megan agar perempuan itu terbangun.
Iya ini hari sabtu yang artinya adalah libur, tapi Alaska takut karena istrinya tak kunjung bangun padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.
Alaska ingin membiarkan Megan tidur sampai siang, tapi juga ragu sebab ketika istrinya tidak bisa tidur ketika malam, pasti akan rewel.
Meminta ditemani streaming, karaoke dan nonton drama sampai menjelang pagi lagi.
Alhasil pagi sampai sore tidur dan malamnya akan bergadang lagi.
Megan menggeliat, lantas beranjak duduk dan merentangkan kedua tangannya dengan bibir monyong.
Perempuan itu membuka mata. "Kok gak dicium?" protesnya.
"Oh iya ya." Alaska kandung meletakkan piringan di nakas, kemudian mendekatkan wajahnya.
"Gak jadi deh," jawabnya. Ia bangkit, lantas memakan sarapan yang dibuatkan oleh suaminya.
Meski sudah berkali-kali dighosting, tapi kesalnya terus terasa. Alaska berdecak sebal karena tidak jadi mencium Megan, laki-laki itu menghentak-hentakkan kakinya.
"Yang, jangan-jangan kamu tuh pegawainya plankton ya?" tanya Megan yang terdengar seperti tuduhan.
"Kamu ngelindur?"
"Jadi ini rasanya chumbucket yang katanya mirip kaos kaki basah?" Megan menelan sarapannya dengan terpaksa.
Sejujurnya, ini sangat tidak enak, tapi kerena yang membuat adalah suaminya, maka Megan akan menghabiskannya sampai tidak tersisa.
Perempuan itu mengacungkan jempolnya. "Kaos kaki basahnya gak buruk kok," ujarnya dengan mata yang sudah berair.
Jadi jangan tanya bagaimana perjuangan Megan yang tetap menelan makanan buatan Alaska meski rasanya sangat tidak biasa.
Tatapan Alaska jatuh pada kaki telanjang Megan yang membiru. Laki-laki itu dengan cepat berjongkok. "Astaga, dari kapan? Kenapa aku baru lihat?" tanyanya panik yang terkesan lebay.
"Kemarin lari-lari pake hels karena terlambat," jawab Megan santai. Seolah tidak merasa kesakitan meski kakinya sedang ditoel-toel oleh Alaska.
Rasa bersalah Alaska semakin membuncah, semalam mendengar Megan menangis, sekarang mengetahui kakinya yang lebam-lebam.
"Sakit banget ya?" tanyanya.
Perempuan dengan rambut mengembang itu menaikkan sebelah alisnya bingung, lantas menoleh ke arah cermin. "Emang wajahku kayak lagi nahan sakit?" tanya Megan balik.
"Ya kamu ngerasain sakit gak?!" Sudah khawatir maksimal seperti ini, Megan justru terkesan santai.
"Gak, malah lupa kalau lebam," jawabnya cuek.
Mengambil ikat rambut, Megan kemudian bersiul sembari melangkah ke kamar mandi.
***
Selesai mandi, Megan dibuat heran dengan Alaska yang sudah memegang alat-alat kebersihan.
Laki-laki itu memakai headbed dan baju tanpa lengan serta celana kolor.
"Hari ini aku yang bersih-bersih rumah, kamu bisa santai. Mau belanja juga terserah, mobil dan ATM udah siap sedia," ujar Alaska dengan senyum manis.
"Aku jadi nyonya, kamu jadi babu gitu?" tanya Megan dengan ekspresi takjub.
Alaska tetap tersenyum manis, ia mengangguk. "Kamu kan ratuku."
Meratukan istri dan menjadikan dirinya sendirinya babu, bisa-bisanya Alaska seperti itu.
"Aku di rumah aja," jawab Megan. Kalaupun pergi, semuanya sudah pernah ia kunjungi.
"Gak perlu bantuin aku, yang. Kamu senang-senang aja," larang Alaska, padahal Megan tidak bilang akan membantunya.
"Aku gak berniat bantuin kok, aku ke ruang karaoke dulu. Semangat sayang!" jawab Megan tersenyum manis.
Saatnya konser solo di dalam rumah!
Antara ingin ikut tapi sudah berjanji akan membersihkan rumah. Alaska menatap punggung Megan dengan lesu, kemudian mendekatkan gagang pel ke bibirnya.
"Gue juga bisa konser sendiri di sini," ujarnya menyemangati diri sendiri.
Entah sound sistem yang memang terlalu bagus dan mahal, atau Megan yang bernyanyi dengan full power.
Suaranya benar-benar terdengar jelas menyapa gendang telinganya.
Perempuan itu sedang ngerap lagu yang terdengar asing untuknya.
Laki-laki itu menutup telinganya yang berdenging, lidahnya seperti ikut-ikutan kesleo ketika mendengar suara Megan.
Mengobrak-abrik kaset lama, Alaska lantas berjalan tergopoh-gopoh ke ruang karaoke.
Ia menyodorkan kaset yang dipegangnya ke hadapan Megan.
"Kamu nyanyi dangdut aja ya?"Bingung mau lanjutin ini cerita atau gak༎ຶ‿༎ຶ
Buat kalian yang udah nunggu, makasih banyak ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship(END)
RomanceGenre : Fiction, Marriage life, Romance. Megan Carolina, dia gadis yang bisa dikatakan sedikit bar-bar. Namun, pintar dan cukup cekatan. Musuh bebuyutannya adalah Alaska Ricardo, partner ributnya yang tak lain adalah atasan tempat Megan bekerja. Ya...