I

699 72 7
                                    

All I can say is it was enchanting to meet you.

╰─── * • * 。 • ˚ ˚ ˛ * 。° 。 • ˚ • * ───╯

Malam hari adalah waktu yang paling San tunggu karena akhirnya ia bisa terlelap dengan nyenyak di bawah sinar bulan yang samar-samar menembus tirai kamar. Bekerja seharian membuatnya lelah dan cepat mengantuk, biasanya begitu, tapi tidak dengan malam ini. San hendak memasuki alam mimpi ketika ia mendengar sebuah suara dari ruangan tempatnya bekerja. Itu bukan suara pelan, namun seperti suara benda jatuh. Mungkin itu kucing, mengingat bahwa ruangan tempatnya bekerja terletak di sisi samping rumahnya yang langsung berhadapan dengan hutan. Tapi San ingat ia telah mengunci pintu dan karena San terlalu takut untuk mengintip keluar di tengah malam, ia memilih untuk melanjutkan tidurnya yang tertunda.

Apapun yang terjadi di ruangan itu, San bisa mengeceknya di pagi hari.

*****

Kicau burung di jendela membangunkan San yang masih butuh tidur, tapi karena terlalu berisik maka San menghempas selimutnya sambil menguap. Ini masih pukul enam, sementara San mulai bekerja pukul delapan. Tapi tak apa, San akan mandi dan sarapan lebih awal karena ia sudah lapar. Namun kemudian San teringat akan kejadian semalam, di mana suara-suara aneh terdengar dari bilik kerjanya, San pikir suara itu hanya akan terdengar sekali tapi rupanya hingga tiga kali.

Tidak mungkin hantu kan? Pikir San. Ia berjalan mengendap-endap dengan sebuah botol kaca di genggaman, berjaga-jaga jika yang ia temukan adalah sejenis hewan berbahaya atau lebih mengerikannya lagi pencuri. San tidak punya keahlian bela diri tapi bagaimanapun juga ia adalah seorang pria, ia pasti bisa melawan apapun yang ia temukan nanti. Ruang kerja San menyatu dengan rumahnya dan hanya dibatasi oleh pintu, di sisi lain sebagian besar ruangan itu menghadap keluar langsung ke hutan, hanya pagar kayu sederhana yang menjaganya dari macam-macam binatang, San terpaksa memagarnya karena beberapa ekor rubah kerap masuk dan San jadi ketakutan sendiri. Tapi ternyata pagar kayu itu belum cukup, terbukti ia kedatangan tamu semalam. San menyiapkan keberanian ketika memutar kenop pintu, ia mengacungkan botol kacanya di udara, siap untuk bertarung.

Kosong, hanya ada gergaji, palu, dan sebagian besar diisi oleh balok-balok kayu, mengingat pekerjaan San adalah seorang tukang kayu. Lagipula jika yang datang adalah pencuri, apa yang hendak ia dapatkan di ruangan ini? Tidak ada sesuatu yang berharga di sini.

"Halo? Aku mendengarmu semalam dan kau sangat berisik, aku tahu kau belum keluar dari sini." San mencoba menggertak, jika itu hewan pasti akan dengan cepat melarikan diri karena mendengar suara San yang bergema. "Halo? Bisakah kau keluar?"

San melirik ke lantai di mana peralatannya berserakan, ternyata itu yang menyebabkan suara berisik semalam. Tapi itu hanya sebongkah benda mati, tak mungkin bisa jatuh sendiri.

"Baiklah, mungkin aku hanya berhalusinasi." San menyerah, ia keburu lapar, lagipula ini semua tidak ada gunanya.

Hampir diletakkannya botol kaca itu ketika sebuah bayangan bergerak dari bawah meja, lalu terdapat tangan, kaki dan berdirilah seorang laki-laki dewasa yang gemetaran dengan pandangan memohon.

"T-tolong, jangan sakiti aku." Ia berucap lirih.

San terperangah, menganga dengan mulut terbuka dan mata terbelalak, digenggamnya botol kaca itu semakin erat.

"Yang Mulia?"

*****

Akan lebih mudah jika yang San temukan adalah kelinci atau rubah, atau apapun selain Kang Yeosang, Sang Pangeran. Mereka tidak lagi berdiri berhadapan seperti tadi karena San menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Sementara Yeosang menunggu di ruang makan, San masuk ke kamar untuk mengambil selembar baju seadanya. Ia tidak pernah memakai atasan ketika tidur sehingga membuatnya sedikit malu karena tadi berhadapan dengan Yeosang hanya memakai celana piyama dan bertelanjang dada.

THE LOST PRINCE ; SanSang ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang