V

408 53 14
                                    

All these people think love's for show but I would die for you in secret

╰─── * • * 。 • ˚ ˚ ˛ * 。° 。 • ˚ • * ───╯

Jika ditanya apa yang paling San sukai dari pekerjaannya adalah ia tidak tahu jawabannya. San tidak suka memotong kayu, terlebih ia pernah menggores jarinya tanpa sengaja sehingga dirinya kesulitan beraktivitas untuk beberapa hari ke depan. San pernah berpikir bahwa suatu hari nanti ia akan pergi ke kota dan mencari pekerjaan yang lebih baik di sana, tapi tak ia lakukan. Bukan karena ia penakut, tapi karena San merindukan Ayahnya. Selaku kepala keluarga, Ayahnya juga berprofesi sebagai seorang tukang kayu. Ia sering mengintip Ayah sedang membuat lemari atau meja di ruang kerjanya. San tidak melihat pekerjaan itu sebagai sesuatu yang hebat, tapi Ayah bisa menafkahi keluarga dengan pekerjaannya. Ayah tidak pernah memaksa agar San menjadi seperti dirinya, ia memberi kebebasan agar San mampu menekuni bidangnya sendiri.

Namun kemudian Ayah meninggal. Kepergian Ayah menciptakan lubang yang dalam di hati San. Setiap hari dihabiskan waktunya untuk mengenang Ayah dan Ibu, San hanyalah anak remaja saat itu, tapi mimpi-mimpinya dengan cepat terkubur dan tergantikan dengan duka. Lalu San menyadari bahwa ia tidak bisa terus larut dalam kesedihan, maka ia memutuskan untuk menjadi seperti Ayah. Bagi sebagian orang, tukang kayu adalah pekerjaan yang remeh dan rendahan, tapi untuk San menjadi tukang kayu sudah lebih dari segalanya. Dengan begitu, ia bisa mengenang jasa Ayah untuk selamanya.

''Enghhh, silau sekali.'' 

San tersadar dari lamunan ketika Yeosang mengigau, ia menunduk dan mendapati Yeosang bergelung lalu menelusupkan wajahnya pada dada San, menghindari cahaya matahari yang masuk dari sela-sela tirai.

''Selamat pagi.'' Ujar San lalu meninggalkan satu ciuman di dahi Yeosang.

''Pagi, Sannie.''

Ternyata Yeosang sudah mempunyai nama panggilan untuknya, tidak apa-apa, San menyukainya karena terdengar menggemaskan.

''Bangun, Yeosang. Aku harus membuat sarapan lalu bekerja.''

Yeosang menggeram sambil menggelengkan kepala berulang kali, ''Tidak mau, aku ingin memelukmu seharian.''

"Kau tahu itu tidak mungkin.''

Akhirnya, Yeosang mengangkat wajah untuk bertemu pandang dengan San. Berbeda dengan dirinya yang merengut, San tersenyum cerah dengan jemarinya bergerak untuk menyingkirkan poni Yeosang yang berjatuhan menutupi dahi.

"Kau benar-benar suka bekerja ya? Atau kau tidak pandai melakukan sesuatu yang romantis?''

San mendengus, ibu jarinya mengusap pipi Yeosang perlahan. ''Apakah yang kita lakukan semalam kurang romantis, hmm?''

Yeosang membuang muka, kedua pipinya dengan cepat memerah oleh rasa malu. 

''Katakan padaku, kau menginginkannya lagi?''

''Hanya jika hal itu mungkin.''

Satu alis San terangkat, menantang, ''Kenapa tidak? Kita bahkan belum memakai baju lagi sejak semalam.'' 

Tahu-tahu Yeosang sudah telentang dengan posisi San menindih tubuhnya, seringai menghiasi wajah San ketika jemari Yeosang mengusap perutnya dengan sensual. 

"Jangan banyak bersuara, aku tidak ingin desahanmu terdengar dari luar.''

Yeosang mengangguk seraya menutup mata ketika San kembali menciumnya di bibir.

*****

"Aku suka telur orak-arik dan potongan tomat untuk menu sarapan.''

San menoleh dengan wajahnya yang syok, ''Terdengar mengerikan untukku.''

THE LOST PRINCE ; SanSang ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang