"Kak?"
Irene yang sedari tadi melamun langsung menoleh kearah Yerim saat mendengar bisikan dari saudaranya.
"Kakak baik-baik aja?"
"Baik kok."
"Terus kenapa bengong mulu dari tadi?"
"Cuma pengen aja."
Setelah itu Irene kembali menatap keluar kaca jendela mobil sementara kedua orangtuanya duduk di depan dan Irene duduk dibelakang dengan Yerim.
Mobil singgah ke pom bensin untuk mengisi bahan bakar, sementara mereka menunggu, Irene menurunkan kaca jendela mobilnya kemudian memicingkan matanya, seorang pengendara motor sport menarik perhatiannya.
"Ketemu dia lagi?" Gumamnya.
"Siapa kak?"
Buru-buru Irene menaikkan kaca jendelanya.
"Anak kecil kepoan banget sih, udah kamu duduk tenang aja di kursi kamu."
"Ya kan aku cuman mau liat."
"Kepo banget."
"Kalian berdua brantem mulu." Tegur Tiffany.
"Adek nih mom, kepoan banget."
"Kakak aja yang gak mau berbagi, aku kan cuman pengen liat."
"Dih anak kecil mana paham persoalan orang dewasa."
"Tuh kan mom, kakak masih aja anggap aku anak kecil padahal aku udah gede."
"Kalian debatin apalagi?" Tanya Taeyeon.
Tiffany menghela nafas lalu bersandar ke badan jok mobil.
"Anak-anakmu ini dari tadi bertengkar terus, aku mulai pusing karna mereka."
Mobil kembali dijalankan, sesekali Irene melihat kearah si pengendara motor.
"Pacarnya kakak ya?" Goda Yerim dengan menaik turunkan alisnya.
"Mana ada? Sok tau banget, bocil."
"Anak-anak tetap tenang jika tidak maka kita semua akan diamuk oleh ratu singa."
"Jadi maksud kamu aku ini singa? Iya?!"
"Hehehe supaya mereka berdua berhenti berdebat, boo."
Irene dan Yerim terkekeh geli mendengar candaan ayah mereka.
Tibalah mereka disebuah rumah yang sempat menjadi tempat tinggal Yerim dan juga ibunya.
"Rasanya sangat ragu melangkah masuk kedalam sana." Gumam Yerim dengan memperhatikan setiap detail rumah tersebut yang masih sama seperti dulu.
"Gimana kalau kita kabur aja?" Saran Irene.
"Kakak yakin?"
"Jelas, bercanda doang lah. Kakak juga ngerasa ragu masuk kedalam apalagi ketemu sama perempuan yang udah-"
"Anak-anak kenapa masih diluar? Ayo masuk." Panggil Tiffany.
Irene dan Yerim bergenggaman sebagai tanda saling menguatkan satu sama lain.
Setibanya di dalam, kedua bersaudara itu tanpa sadar semakin mengeratkan genggamannya, bahkan kedua mata Irene mulai berkaca-kaca dan masih menatapi wanita yang telah merawatnya.
"Joohyun." Lirih Jessica mulai jalan mendekati Irene.
Dengan perlahan Yerim melepaskan genggamannya akan tetapi masih berdiri di sebelah kakaknya hanya untuk berjaga-jaga saja.
Saat berhadapan dengan Irene, wanita paruh baya itu kini sedang mengusap surai hitam Irene yang terurai.
"Lama tidak bertemu, gimana kabar kamu?"