CHAPTER 4 : Kehidupan Baru

434 82 13
                                    

Langit sangat biru saat ini. Matahari menyembunyikan dirinya dibalik awan selembut kapas itu. Angin pun berhembus sepoi-sepoi sehingga udara terasa sangat lembab. Beberapa daun berguguran dari atas pohon, seorang anak laki-laki sedang menyapu dibawahnya. Garis-garis tanah tercetak rapi oleh gesekan lidi, menjadi satu hal yang elok untuk dipandang. Hal ini membuat laki-laki remaja itu puas akan pekerjaannya.

"Huuft. . ." Abimanyu menghela nafas lega, menyenderkan punggung di pohon tua yang sangat rindang itu. Mata coklatnya asik memandangi tumpukan daun kering hasil sapuannya. Itu sangat menggunung, mengingat sudah hampir 2 bulan lamanya halaman dari gubuk tua itu tidak di sapu.

Beberapa menit beristirahat, Abimanyu berjalan ke arah sungai. Anak itu tersenyum simpul, menyatakan rasa rindunya dengan tempat ini. Bertahun-tahun berlalu sejak kepergian ibunya, anak itu telah tumbuh menjadi seorang remaja yang sangat tampan dan mandiri. Ia bahkan sudah bersekolah dan memiliki beberapa teman. Abimanyu sangat bersyukur dengan kenyataan bahwa Ibu Tabib telah mengangkat dirinya sebagai putranya. Perempuan itu telah menjadi wanita nomor 2 yang paling ia sayangi. Kebaikan yang telah wanita tua itu berikan kepada Abimanyu, anak itu sangat berterimakasih akan hal itu. Dia bahkan telah berjanji untuk menjadi anak yang baik dan rajin dalam ibadah. Mendoakan ibu angkatnya itu untuk selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan dan umur yang panjang.

Abimanyu memandangi sungai didepannya, rasanya pasti segar sekali jika dia menceburkan diri ke dalamnya. Tiba-tiba Abimanyu teringat kejadian masa lalu dimana ia pertama kalinya bertemu dengan seorang teman di sungai ini. Apa Abimanyu berlebihan untuk menyebut orang itu sebagai teman? Karna memang ia tak pernah menemui orang itu lagi setelahnya. Itu pertama kalinya Abimanyu bertemu dengan seseorang sebayanya, jadi biarlah ia menganggapnya sebagai teman. Suatu saat jika dipertemukan, satu-satunya yang dapat Abimanyu ingat dari orang itu hanyalah namanya, dan setitik tahi lalat tepat di pipi kirinya.

Air sungai itu berlinang, terlihat seperti pantulan berlian walaupun warnanya coklat keruh. Didalam sana, pasti banyak sekali ikan. Haruskah ia tangkap beberapa untuk ibu angkatnya? Sepertinya tidak, Abimanyu sudah menghabiskan banyak waktu untuk membersihkan tempat tinggal lamanya itu. Ia harus segera kembali ke desa sekarang.

•••

Tak ada yang bisa mengusik kebahagiaan Abimanyu sekarang, anak itu telah senang selama seminggu penuh. Ia telah lulus dari sekolah menengah pertama. Dan hari ini adalah hari pertamanya memasuki sekolah menengah atas. Anak itu sudah berpakaian rapih sekarang. Ia bahkan telah menghabiskan sarapannya dengan cepat, tak sabar untuk segera pergi ke pondok untuk perkenalan pertama.

Di pondok terlihat sangat ramai sekarang. Orang-orang berkumpul menjadi beberapa bagian. Sementara Abimanyu hanya duduk berdua dengan teman dekatnya, Lintang. Sejak Sekolah Dasar mereka telah berteman dekat, selalu bersama dalam hal apapun.

Setengah jam mereka menunggu, dan sekarang semua murid baru telah dibariskan di lapangan. Pondok ini telah banyak berkembang. Dulu, saat Abimanyu pertama kali masuk di Sekolah Dasar, hanya ada beberapa murid dan sedikit kelas. Jika dibandingkan dengan sekarang, itu sudah meningkat hingga 3 kali lipat. Mungkin akan ada belasan murid di setiap kelasnya.

Abimanyu berdiri dibarisan belakang, mendengarkan dengan seksama kata-kata pengantar sang Ustad didepan sana. Itu hanya berlangsung selama 10 menit, setelahnya barisan dibubarkan dan para murid memasuki kelas yang telah ditentukan. Ada 4 kelas dan Abimanyu berada dikelas C, sama seperti Lintang.

• • •

"Nak Abi, kenapa tidak ingin di asrama saja?" tanya wanita tua itu lembut pada anak remaja didepannya. "Ibu tidak apa-apa sendiri dirumah" Lanjutnya.

"Abi tidak ada teman, Bu" jawab remaja itu pelan. Pada dasarnya hal yang diucapkan Abimanyu adalah suatu kebohongan. Bukan itu perkara utamanya, melainkan uang. Biaya makan dan menginap di asrama pondok bukanlah murah. Memang ilmu yang didapat lebih banyak jika dibandingkan dengan murid yang pulang balik kerumah masing-masing.

DAMAR [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang