CHAPTER 6 : Curi Dengar

229 37 4
                                    

Lorong dengan keadaan sepi membuat langkah canggung mereka terdengar jelas di bangunan itu. Abimanyu berjalan di belakang, sembari menatap punggung remaja tinggi yang berjalan didepannya.

Damar berjalan menuntun Abimanyu ke ruangannya di asrama. Kertas-kertas berisi kaligrafi hasil karya murid dibawa oleh Abimanyu, lengkap beserta satu kantung penuh berisi tinta hitam dan kuas kayu. Sementara Lintang mengekori mereka dibelakang dengan tangan kosong.

"Sebelah sini." Damar membuka pintu yang tak lain adalah kamar miliknya. Kamar paling besar di asrama, karna Damar pengurusnya. Ia menutup pintu setelah Abimanyu masuk. Meninggalkan Lintang di luar yang bibirnya melengkung kebawah karna sedih tak diajak masuk.

Pertama kali masuk, yang Abimanyu lihat adalah pemandangan ruangan dengan dominasi warna kayu muda. Hanya tirai dengan warna jerau semerah delima yang miliki warna mencolok disana. Juga ada sedikit perabot ; kasur yang besar, lemari dan set meja kayu.

"Taruh disini." kata pemilik ruangan itu menunjuk meja, setelah ia mendudukkan diri di kursinya.

"Permisi ya, kak." pamit Abimanyu setelah meletakkan semua barang ditempat yang diperintahkan.

"Tunggu." Damar meraih tangan Abimanyu, menahan anak itu agar tidak pergi. Kemudian menggeser 1 kursi lain ke dekatnya untuk Abimanyu duduki.

"Bantu periksa ini ya."

Abimanyu hanya menurut. Menghormati Damar selaku pembimbing di pondok ini.

"Yang tidak rapih dibawah 5, yang rapih diatas 5, ya." Intruksi Damar untuk Abimanyu memberi penilaian.

Ketika mereka telah memeriksa lebih dari separuh hasil kaligrafi, Damar kembali membuka percakapan.

"Kenapa tidak tinggal di asrama?"

Abimanyu menggeleng. "Kegiatannya sangat banyak, takut tidak sanggup" jawab Abimanyu kemudian.

"Kenapa tidak dicoba dulu?" Damar memandang Abimanyu yang duduk disebelahnya.

"Tidak ada uang kak."

"Kenapa harus bayar? Tinggal di kamar ini, denganku" jawab Damar tersenyum.

"Boleh?" Abimanyu bersemangat.

"Ya, untuk beberapa hari" balas Damar. "Di bulan depan" lanjutnya kemudian.

"Terima Kasih"

Damar pun tersenyum, melihat wajah bahagia Abimanyu. Sepertinya ini kesempatannya untuk kembali mengambil hati Abimanyu, dan membuat pertemanan mereka semakin membaik lagi.

Sementara dibalik pintu, Lintang masih menunggu Abimanyu keluar. "Kenapa lama sekali . ." Batinnya.

•••

Belakangan ini benar-benar lelah, Damar mengikuti Abimanyu kemanapun anak itu pergi. Benar-benar menempel seperti prangko. Abimanyu sempat jenuh dibuatnya.

Kali ini pun, Damar datang menjumpai anak itu. Dengan sengaja mengambil duduk di samping Abimanyu yang sedang membuat minyak dari tanaman kayu putih di teras rumahnya.

"Aku bantu ya" tawar Damar. Yang dijawab gelengan oleh Abimanyu. "Tidak perlu repot" Katanya.

Damar hanya memperhatikan Abimanyu. Lagipula, memang sebenarnya Damar tidak tahu apa yg harus dilakukan terhadap tanaman kayu putih itu.

DAMAR [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang