CHAPTER 5 : Ingin Dekat

325 62 6
                                    

Suasana pasar sangat sepi sekarang. Mungkin dikarenakan hari yang sangat panas, sehingga orang-orang malas keluar bahkan hanya untuk sekadar menggosip ria. Jika dilihat di ujung sana, ada seorang remaja yang sibuk membungkus obat-obatan. Itu Abimanyu. Anak itu sedang membantu ibunya berjualan sekarang. Ia sudah paham banyak tentang obat-obatan, bahkan ia sudah bisa menganalisa berbagai macam penyakit. Mulai dari penyakit kecil hingga penyakit besar. Dari sinilah Abimanyu mengetahui penyakit ibunya dahulu. Batuk yang terus-menerus dengan disertai darah, demam, menggigil, sakit pada bagian dada, sesak nafas hingga terjadi penurunan nafsu makan yang drastis. Itu merupakan masalah pada paru-paru. Abimanyu membayangkan betapa sakitnya ibunya menahankan itu semua dahulu.

"Abiii" Teriak girang seorang gadis yang berlari kearah Abimanyu. Abimanyu membalas dengan senyum ramah. Gadis itu mengambil duduk disampingnya, membantu Abimanyu membersihkan akar ginseng merah.

"Jangan repot-repot, Kak" ucap Abimanyu segan.

"Ck!" Gadis itu mencebikkan bibirnya tak suka. "Jangan panggil kakaak~!" Rengeknya kemudian.

Abimanyu terkekeh. Sejujurnya dia hanya ingin menggoda gadis itu saja. Lucu sekali jika melihat fakta bahwa anak perempuan itu lebih tua darinya, namun tak ingin disebut sebagai kakak. Tetapi tetap saja, dengan kesopanan yang Abimanyu miliki, ia tak tega jika harus memanggil gadis itu dengan sebutan nama. Walaupun gadis disampingnya itu memiliki sifat kekanak-kanakan, lantas tak mengurangi rasa hormatnya pada gadis itu. Mereka sudah lama berteman, bahkan Abimanyu telah mengenali sifat gadis itu dengan baik. Sangat manja dan lucu. Itu bisa dilihat dari penampilannya yang selalu mengenakan baju bermotif bunga, dan kepangan rambut yang rapih. Sangat cantik menurut Abimanyu. Apalagi lesung pipi di pipi kirinya, Abimanyu suka melihat itu. Juga namanya yang sangat bagus, Lian. Seperti nama anak kota, pikir Abimanyu.

"Nenek kemana?" Gadis itu menanyakan tentang ibu tabib.

"Hari ini istirahat" jawab Abimanyu. Jika libur, Abimanyu memang sering menggantikan ibunya berjualan. Padahal, tempatnya berjualan tepat di depan teras rumah. Tapi Abimanyu tak membiarkan ibunya itu keluar untuk berjualan sedikitpun. Kecuali memang saat dirinya sedang kesusahan dan kurang tau-menau soal masalah pelanggan.

Gadis itu mengusak lembut rambut Abimanyu, memperlakukannya seperti anak kucing seraya mengatakan "huhu, anak baik". Dan itu berhasil membuat pipi Abimanyu bersemu merah.

• • •

Jika ditanya apa kejadian selanjutnya dari pertemuan Abimanyu dan Damar sewaktu itu, maka yang ada hanya kecanggungan. Setelah saling bertanya kabar masing-masing, keduanya lebih banyak diam. Tidak ada diantara mereka yang berhasil mendapatkan topik pembicaraan. Ditambah lagi Damar menanyakan hal yang sedikit sensitif. Remaja itu menanyai tentang ibu Abimanyu, yang awalnya dibalas Abimanyu dengan baik. Tapi itu tiba-tiba menjadi buruk ketika Damar menampilkan senyum bahagia saat Abimanyu bercerita mengenai ibunya yang telah meninggal dunia.

Bisa bayangkan bagaimana perasaan Abimanyu saat itu. Apa kisah dukanya selucu itu bagi Damar? Mereka bahkan baru bertemu lagi setelah sekian tahun. Bukan, ini bukan salah Abimanyu yang naif. Ini soal kesopanan Damar dan rasa simpati yang tidak remaja itu miliki. Jikalau pun mereka tidak lagi menjalin silaturahmi karna hal itu, maka Abimanyu akan ikhlas.

Namun disini, ditempat kemarin, remaja itu sedang berdiri menunduk. Menyatakan rasa bersalahnya pada Abimanyu. Sementara Abimanyu hanya mengangguk, ia bahkan tak sanggup untuk sekedar berucap "Ndak apa, aku maafkan". Biarlah sikap Abimanyu terlihat sepele akan permintaan maaf itu, karna sejujurnya Abimanyu memang masih menyayangkan perilaku tak sopan remaja itu. Mungkin perlahan, sakit hatinya bisa pudar.

DAMAR [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang