02

69 28 2
                                    

"AKHHHT!!"

***

Soobin tersentak, pemuda itu berteriak spontan dengan nafasnya yang memburu, serta keringat dingin yang mengucur dari pelipisnya menuju pipi.

"Soobin!"

Terlihat seorang wanita paruh baya masuk dari ambang pintu, mendekati putranya dan memeriksa keadaan putranya itu.

"Soobin? Kamu mimpi buruk lagi nak?"Soora membelai putranya penuh kasih sayang.

Soobin sedikit terhenyak, "lagi?"

"Ibu tau kemarin kamu mimpi buruk, ibu dengar, kamu mengigau, huftt minum dulu,"Tuturnya sebelum wanita itu sedikit berangsur meraih gelas berisi air putih penuh yang diletakkan diatas nampan di meja makan.

"Kamu sama kakak-kakakmu itu sama aja ya, sering mimpi buruk, kalau kamu keganggu jangan sungkan cerita sama ibu, terlepas dari itu, mimpi buruk itu hanya bunga tidur sayang, jadi gak perlu takut"Ucapnya lembut dengan menenangkan Soobin, wanita itu tak berhenti mengusap punggung putranya yang bergetar.

‎Soobin mengangguk,

"Bu, Soobin susah tidur"Adunya.

Soora mengangguk, wanita itu lantas mendekap putranya ke peluknya yang hangat.

"Iya, Soobin kan terus mimpi buruk, selama kamu gak anggap serius kamu gak apa-apa, jangan terus diinget nanti jadi tambah imsomnia, kuncinya, pikiran harus tetap tenang, ya?"

Soobin tersenyum dan mengeratkan pelukan sang Ibu, Soobin slalu tenang kala wanita itu ada disampingnya, Soobin nyaman bila ibunya memeluknya seperti ini, persetan tentang dia yang sudah besar, yang sudah menjadi remaja delapan belas tahun nan nakal dan bandel, Soobin slalu merasa aman jika ada Soora disisinya.

‎Choi Soobin, remaja laki-laki itu seperti tak pernah tenang setiap malamnya, bahkan pemuda itu seperti hampir kehilangan waktu kapan layaknya ia tidur dan beristirahat, sebelum jam lewat satu dini hari, dia slalu saja belum bisa tertidur. Itu sebabnya, Soobin menyiasati waktunya dengan tidur dikala siang agar seimbang.

"Tidur lagi"

Cupp!

Sebuah kecupan mendarat di rambut hitamnya itu, Soora menghapusnya dengan mengusak rambut putranya kemudian melangkah keluar.

"Malam bu,"

Soora menoleh sebentar, "malam sayang"

Usai pintu ditutup, Soobin bernafas lega, perasaannya sedikit membaik meski mimpi itu masih menghantuinya.

Soobin jadi teringat, dahulu ibunya itu pernah menghandle tiga anak sekaligus, saat itu Soobin masih tujuh tahun, keluarganya berpiknik dengan tenda yang sengaja dipasang diteras rumah, kala itu Soobin pernah bermimpi buruk dan berakhir didongengkan oleh ibunya, belum sampai habis kakak laki-lakinya yang berusia tujuh belas tahun juga bermimpi buruk, usai menyadarkan putranya, beberapa detik kemudian kakak perempuannya yang enam tahun lebih tua darinya itu juga bermimpi buruk, ayahnya tidak bisa menghibur dan hanya ibunya lah yang mampu menenangkan perasaan ketiga anaknya.

Kini hanya dia satu-satunya anak tunggal yang masih numpang di rumah orangtuanya, kedua kakaknya sudah berumah tangga masing-masing dan sudah pindah ke tempat baru.

‎Soobin salut, dia sangat mengagumi Soora, itu alasannya juga tiap kali jika ditanya, ia akan memilih ibunya sebagai orang pertama yang paling ia sayang.

"Telfon Beomgyu?akht pasti udah ngorok"monolognya.

Soobin dan Beomgyu itu hanya berbeda tiga bulan, itu mengapa rasanya Beomgyu lah yang paling utama diantara keempat sahabatnya, atau bisa jadi Beomgyu juga yang paling menjadi musuhnya jikalau sedang ribut.

‎Soobin hanya menatap langit-langit kamarnya, abu-abu, seharusnya dia cat hitam saja seperti dinding kamarnya toh tidak ada satupun hiasan.

Jelas saja Soobin tidak bisa kembali memejamkan matanya, setidaknya sebelum pemuda itu kepikiran untuk mengambil headseat dan memutar lagu favoritnya di ponsel IPhone miliknya.

Apakah kamu ingat?
Kamu dan lagu bintangku..
Kita adalah bintang-bintang itu,
Ayo mulai keajaiban sekarang!

Perlahan Soobin mulai terbawa oleh alam tidurnya kembali, dihantar oleh lagu favoritnya yang slalu ada di playlist ponselnya.

Sini👇

BEAUTIFUL MAGIC ISLAND || Choi Soobin [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang